satu

2.4K 263 16
                                    

"Aku tahu ini berat untukmu," kata ibunya, dengan sedikit cemas.

Y/N baru membuka satu dari banyak kopernya yang berserakan di kamar barunya dengan bibir manyun dan tanpa berkata-kata. Dia memilih kamar yang paling sedikit rumah laba-laba dan dengan perabot paling modern. Setidaknya, tidak ada yang bisa bilang kamar ini tidak tidak luas.

"Aku cuma tidak bisa lagi melakukannya," lanjut ibunya, terdengar tegang. "Kemanapun aku pergi, dia ada disana. Dan cara orang-orang melihatku ..."

"Kau sudah mengatakan itu padaku," jawab Y/N, sedikit terlalu tajam dari yang ia niatkan. Tapi dia memang sudah pernah mendengarnya. Y/N sudah dengar cerita ibunya tentang orang-orang yang selalu memberi tatapan kasihan setiap ibunya pergi ke supermarket. Y/N sudah dengar cerita ibunya tentang bagaimana semua tatap kasihan itu berubah jadi tatapan canggung dan bagaimana mereka membuang muka begitu ibunya menoleh, jelas terlihat tidak ingin mengobrol.

Apa yang bisa kau katakan pada janda kota yang suaminya meninggal tiba-tiba dalam insiden kecelakaan tragis? Dan apa ibunya benar-benar berpikir bahwa Y/N mendapat perlakuan lebih baik di sekolah?

Dia selalu merasa makin sedikit aneh setiap pulang ke rumah. Dia adalah tipe orang yang selalu terasing, duduk sendiran dan membaca buku saat makan siang, bergumam saat dia bicara dengan orang. Y/N bukannya dibenci, sebenarnya, dan syukurnya dia tidak dibully juga. Semua mata hanya tidak memperhatikannya setiap mereka melihatnya, yang mana Y/N tidak mempermasalahkan.

Tapi saat ayahnya meninggal, semua mata tiba-tiba terarah padanya setiap saat. Orang-orang berbisik di belakangnya. Begitulah hidup di kota kecil.

Tapi setidaknya ada teman seumuran yang sudah mengenalnya disana. Setidaknya mereka akan bisa bersimpati pada gadis yang tumbuh bersama mereka, meski mereka tetap pikir Y/N agak sedikit aneh. Disinilah Y/N sekarang, di kota kecil lain, di tahun terakhirnya pula, dan dia tiba-tiba menjadi orang baru lagi. Dia harus menemukan peranannya di lingkungan baru ini, dan dia punya perasaan tidak enak bahwa kali ini pernannya akan lebih buruk dari saat dulu di kota kelahirannya. Dia harap tidak, tapi harapannya tidak tinggi.

Lagipula, harapannya memang tidak pernah terlalu tinggi beberapa bulan terakhir.

"Sekolah ini menawarkan banyak sekali kelas seni," ibunya melanjutkan dengan penuh harap.

Y/N hanya berjalan ke lemari di kamar dan membukanya. Lemarinya penuh sarang laba-laba, dan dia makin merengut melihatnya. "Bisakah kau berikan kemoncengnya padaku?" Y/N menghela nafas, membalikkan badan menghadap ibunya dan mengulurkan tangan tidak sabar pada ibunya yang duduk diatas ranjang. Ibunya segera memberikan yang diminta dan Y/N mulai menyapukan kemoceng agar dia bisa menggantungkan baju-baju. Dia harap bajunya tidak akan berubah jadi bau jamur.

Suasana hening sebentar, tapi saat Y/N mulai merapikan kaosnya satu persatu, ibunya berkata lagi. "Aku akan keluar dan mencoba menemukan toko furnitur," ucapnya. "Beli rak buku untuk kamarmu. Kau mau ikut?"

Sejujurnya, Y/N ingin ditinggal sendiri.

Berbulan-bulan, yang dia inginkan cuma ditinggalkan sendiri.

Bahkan tawaran untuk menemukan rumah untuk buku-bukunya tidak membuatnya semangat untuk pergi ke kota, tersenyum, memperkenalkan diri pada orang-orang, dan mendengarkan ibunya mencoba menebus fakta bahwa dia sudah meninggalkan seluruh hidup mereka dan membeli mansion tua dan suram ini sebagai gantinya.

"Tidak juga," jawab Y/N jujur, meski tidak dengan tidak baik, menoleh pada ibunya lagi. Y/N melihat kilat sakit di mata ibunya, tapi ibunya bisa menutupinya dengan cepat. Dia hanya bangkit berdiri dan berjalan mendekati putrinya, mengecupnya ringan di kening. "Aku akan pilihkan untukmu?"

INCORPOREAL ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ