Bab 2

5.9K 1.3K 294
                                    

Jangan sampai ada kata pisah karena sebuah masalah.

-Kita, Cinta dan Papa 2-

***

Azzura menangis kencang, kepala bocah yang aktif merangkak itu baru saja terbentur meja. Sontak saja hal itu membuat Ana panik luar biasa, segara ia mengangkat Azzura ke dalam gendongannya berusaha menenangkan sang putri. Selain itu ia juga dihebohkan dengan Azzam yang merangkak ke sana kemari.

"Azzam, sini sayang. Mama capek." Ana berujar pelan, ia hampir menangis. Perempuan itu susah payah menenangkan Azzura tetapi tangis sang putri tak kunjung reda.

"Azzura, diem Sayang." Ana menepuk-nepuk pantat Azzura, yang terpenting sekarang tangisan putrinya berhenti. Ia mengabaikan kemana perginya Azzam.

Sekian menit berlalu, terdengar suara Haydar dari luar. Lelaki itu baru saja pulang setelah seharian tidak ada di rumah. "An, kamu ngapain sih? Ini Azzam merangkak sampai ke luar rumah loh. Bahaya, seharusnya kamu enggak boleh lengah! Kalau Azzam kenapa-kenapa gimana?"

Ana menghela napas, ia menatap Haydar yang datang bersama Azzam digendongannya.

"Ini Azzura kenapa?"

"Kepalanya kepentok meja."

"Kok bisa?" Haydar meletakkan Azzam di sofa, ia mengambil Azzura dari gendongan Ana. "Sampai merah gini jidatnya."

"Tadi aku gantiin baju Azzam, tiba-tiba Azzura nangis gitu aja."

"Seharusnya kamu bisa mengawasi mereka berdua. Jangan sampai lengah, enggak becus banget sih jagain anak," ujar Haydar, lelaki itu mengusap memar di kening Azzura. Putrinya itu mulai meredakan tangisnya.

"Mata aku cuma dua, mana bisa aku fokus penuh ke mereka!"

"Siapa yang bilang mata kamu ada empat hah?" Suara Haydar meninggi, sontak saja hal itu membuat Ana kaget.

"Seharusnya kamu ngerti Dar, aku sendirian ngurus mereka berdua. Urusan rumah juga aku yang urus. Cape tau enggak sih. Dan sekarang bisa-bisanya kamu bilang aku enggak becus jaga anak, coba deh aku tanya. Ada enggak orang tua yang sengaja ngebiarin anaknya celaka? Enggak ada!"

"Seharusnya kamu lebih hati-hati!"

"Aku udah hati-hati jaga mereka!"

"Terus ini apa?" Haydar menunjuk kening Azzura. "Ini yang kamu bilang hati-hati."

"Kenapa sih kamu enggak pernah ngerti. Aku capek Dar."

"Kan aku udah bilang, seharusnya kamu dibantu sama baby sitter. Tapi kamu enggak mau, siapa yang salah?"

"Aku terus yang salah! Coba deh kamu sehari aja ngerasain ngurus mereka. Tapi kenyataannya apa? Kamu enggak pernah ada waktu buat mereka, berangkat pagi pulang sore, malamnya kecapean." Habis sudah kesabaran Ana, ia meninggikan suara di depan suaminya, membentak bahkan menunjuk wajah Haydar dengan penuh amarah.

"Aku kuliah sambil kerja An, itu semua aku lakukan buat kalian. Buat masa depan Azzura sama Azzam. Kamu pikir aku enggak capek?"

"Seharusnya kamu bisa bagi waktu!"

"Aku udah berusaha bagi waktu!"

Ana mengusap air matanya yang entah jatuh sejak kapan. Kesabarannya telah habis, ia meninggalkan Haydar begitu saja.

Haydar beristighfar, lelaki itu menghempaskan diri di sofa. Ia memangku Azzam dan Azzura  bersamaan, mengecup puncak kepala kedua buah hatinya secara bergantian.

Kita, Cinta dan Papa 2Where stories live. Discover now