"Jangan main-main, dengan gadis dari anak dan cucu mafia sepertiku. Salam hangat dari dewi kematian, Alexsa Putri William." Setelah mengatakan itu Alexsa berjalan menjauh dengan tawa yang menghiasi bibirnya. Entahlah, ia begitu puas setelah membantu malaikat maut mencabut nyawa manusia.

  Noda darah di tangannya perlahan luntur terkena air hujan yang deras. Wajah cantik itu sedikit tertutupi dengan rambut basah. Alexsa berjalan ke arah motornya, kemudian menarik gas meninggalkan tempat kejadian.

   Malam telah tiba, langit kembali diterangi dengan cahaya bulan purnama juga bintang yang berkelap-kelip menambah kesan dingin dan cantiknya suasana malam.

  Alexsa menjatuhkan pantatnya dengan malas di sofa ruang keluarga. Ia menatap tak minat ayah dan kakeknya yang juga tengah menatapnya tajam.

  "What?" Tanyanya tanpa basa basi.

William ataupun Alex tak menjawab pertanyaan dari gadis dengan hondie dan celana pendek khasnya. William segera menyalahkan televisi besar dihadapan mereka.

  Dikabarkan 5 orang pria dinyatakan hilang tadi siang, dan kabar yang beredar mereka telah meninggal. Tubuh dari korban belum ditemukan dan pihak dari keluarga berdoa bahwa ini hanyalah berita belaka saja.

  William kembali mematikan televisi tersebut lalu menatap tajam putrinya. Alexsa yang ditatap hanya memutar bola matanya malas.

  "Kamu kan, dalangnya?" Tanya William sabar. Alexsa mengangguk jujur membuat William dan Alex mengelus dada.

  "Terus, kenapa harus sampai masuk berita princess? Kamu tau kan itu bahaya untuk kamu juga keluarga kita." Alex menasehati cucunya, dibalas anggukan-anggukan kepala dari Alexsa.

  "Sengaja." Satu kata yang mampu membuat William dan Alex memijat pelan jidat nya. Tingkah Alexsa benar-benar meresahkan.

"Apa tujuannya?" William kembali bertanya. Alexsa mengambil toples berisi kacang tanah dihadapannya kemudian membukanya.

"Supaya bosnya tau. Kalau anggotanya mati." Simpel bukan? William terduduk di sofa, ia memijat pangkal hidungnya.

  "Dengan kamu ngirim kepala mereka ke Mr, Jack udah cukup buat dia paham princess." William mencoba menjelaskan. Alex memilih ikut duduk di sofa khusus untuknya, kemudian menatap ke arah cucunya.

"Ngga pa-pa yah. Kasih kejutan sedikit ke keluarganya. Ayah kayak ngga pernah membunuh aja." Alexsa menyindir ayahnya.

  William menatap tak percaya setelah mendengar ucapan putrinya. Sementara Alex terkekeh pelan, ia membuka kaca matanya lalu mengelapnya dengan pelan.

  "Sudahlah, biarkan saja dia Wil. Cucuku sudah besar dia tahu resiko dari setiap perbuatannya, jadi tak apa. Masalah berita, Dady akan perintahkan anak buah Dedy untuk menghapusnya. Besok berita itu telah hilang dari dunia pertelevisian." William mengangguk pasrah, ia tahu ayahnya selalu bisa diandalkan. Ia hanya takut putrinya tertangkap, meskipun itu adalah hal yang tak mungkin.

"Yaudah, Eca yang cantik ini mau bobo. Besok sekolah, good night my father and grandfather." Alexsa memberikan satu kecupan manis di pipi kakek dan ayahnya. Tak lupa pula kecupan hangat ia dapatkan tepat di keningnya dari kedua laki-laki itu.

  Dengan langkah santai Alexsa berjalan ke arah life yang menghubungkan ke lantai 4 kamarnya. Rumah ini masih lebih kecil dari rumahnya di Amerika sana.

 Rumah ini masih lebih kecil dari rumahnya di Amerika sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MAFIA GIRL ||ALEXSANDRIA||Where stories live. Discover now