"Kamu makan dulu, tadi nggak sarapan. Aku bawain sarapan kamu," kataku sambil melepaskan pelukanku. Aku berdiri dan membungkuk mulai menyiapkan bekal yang aku bawa untuk Felix.

Seharusnya, aku juga mengatakan kalimat maaf kepada Felix. Entah kenapa, hati kecilku mengatakan aku tidak perlu mengatakannya. Berbaikan seperti ini juga sudah menjadi pertanda bahwa kami sudah melupakan kejadian tadi.

💌💌💌

Setelah menemani Felix sampai sarapannya habis, aku langsung berpamitan pulang. Tidak pulang juga sebenarnya, aku akan melihat-lihat outlet di sebuah mall yang tidak jauh dari sini. Rencananya aku akan menyewa satu untuk membuka toko souvenir milikku.

Keluar dari lift aku yang sedikit terburu-buru tidak sengaja menabrak seseorang. "Maaf," gumamku saat ternyata aku menjatuhkan tas orang yang aku tabrak.

"Zemira Thisa? Wah, kita bertemu lagi," ujar orang itu. Aku mengangkat pandanganku, menatap sosok Inayah yang melihatku dengan senyum lebar.

Aku terdiam dan membatalkan niatku untuk memungut tas Inayah. Aku mencoba mengendalikan diriku dan berjalan melewati Inayah. Baru beberapa langkah, aku mendengar Inayah berkata, "Seorang office girl nggak sopan sekali ya, harusnya lo minta maaf yang benar."

Sabar Zem, ingat dia hanya akan mencari ribut dengan lo.

Hati kecilku terus mengingatkan. Sejak sekolah dulu Inayah selalu mencari keributan denganku. Dia beberapa kali memancing emosiku. Entah apa yang membuatnya begitu tidak suka denganku.

"Gue sudah bilang maaf ya tadi dan satu lagi ... siapa yang office girl?" tanyaku yang kini membalikkan badan, menatap Inayah dengan alis terangkat sebelah.

Inaya tertawa sinis, dia memungut sendiri tasnya yang terlihat mahal. "Hanya karena lo nggak pakai seragam waktu itu, lo langsung ngaku bukan office girl? Lo kira gue percaya?" Inayah berjalan mendekat ke arahku.

"Mau lo percaya atau enggak, gue nggak perduli," tuturku pelan dan langsung pergi meninggalkan Inayah. Aku tidak akan membuat keributan di sini, tidak akan mempermalukan diriku di depan Inayah lagi.

Aku dan Inayah punya masa lalu yang tidak baik. Selain Inayah yang suka mencari ribut denganku, aku pernah tanpa sengaja berpacaran dengan gebetan Inayah. Aku benar-benar tidak tahu bahwa saat itu Inayah dekat dengan Kak Bagas, sepertinya dendam Inayah setiap melihatku akan terus berkobar. Padahal, aku sudah dipermalukan habis-habisan oleh Inayah saat SMA dulu.

Setelah dipikir-pikir, saat ini aku juga mengalami situasi yang mirip. Jika Inayah yang gebetannya aku rebut bisa sekesal dan sedendam itu, bagaimana dengan Leta?

Tuhan, aku tidak tahu apa yang akan Leta lakukan. Yang jelas, Leta pasti tidak akan membiarkan Felix menang begitu saja pada pemilihan nanti.

💌💌💌

"Bagaimana toko, Nil?" Aku melihat-lihat beberapa dress di sebuah toko baju, ponselku tertempel di telingaku, aku sedang bertelepon dengan Nila.

"Rame Mbak, kemarin saya juga sudah ke rumah Ibu Kiki seperti yang Mbak minta," sahut Nila.

Aku mengambil sebuah dress berwarna lilac, aku kemudian berjalan menuju ruang ganti. "Iya, tadi Kayana sudah cerita. Bagus kalau kita bisa kerjasama dengan Bu Kiki dan ibu-ibu lainnya. Karena permintaan lumayan besar, kita tidak bisa memenuhi kuotanya secara mandiri lagi," jelasku pada Nila yang bergumam.

"Oh ini harganya dua puluh lima ribu, kita juga ada banyak pilihan warnanya Kak." Aku mendengar Nila yang sepertinya berbicara dengan seseorang.

"Saya matikan ya Nil, besok saya telepon lagi," pesanku pada Nila yang hanya bergumam 'iya'.

Setelah memutuskan panggilan, aku mencoba dress yang aku pilih. Potongan dress-nya sederhana, hanya saja warnanya yang benar-benar menarik mataku. Aku berbelanja bukan karena aku ingin menghamburkan uang, tapi karena memang pakaianku tidak begitu banyak di bawa ke Jakarta.

Lagi pula, aku membeli dress ini dengan uangku sendiri. Aku bukan lagi gelandangan yang mampir ke rumah mantan. Sekarang, aku Zemira Thisa. Perempuan yang punya penghasilan sendiri dan juga kini sudah bersuami.

Aku tersenyum tipis menatap cermin yang ada di depanku. Melihat pantulan wajahku, mengingatkanku bagaimana dulu aku dengan bernyali besar mengetuk pintu rumah Felix. Memikirkan hal itu sekarang, membuatku yakin bahwa aku memang perempuan gila dan kehilangan akal sehatku.

Tapi, karena hal itu aku justru berakhir sebagai Nyonya Caton. Menjadi istri Felix Caton. Mantan pacar yang pintu rumahnya aku ketuk dengan sembarangan.

💌💌💌

Maaf ya aku baru update lagi. Kemarin aku sempat berangkat ke Bandung buat ziarah ke makam bapak angkatku. Naik mobil dari Jambi ke Bandung, pegal juga 40 jam perjalanan (PP). Belum lagi aku sempat bergalau ria gara-gara mantan, kerjaan kantor juga banyak karena aku tinggal cuti ke Bandung.

Yuk diramaikan ya!
Aku juga mau kasih kalian intip cover buku Rumah Mantan (Di bawah ini ya~).

Yuk diramaikan ya!Aku juga mau kasih kalian intip cover buku Rumah Mantan (Di bawah ini ya~)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rumah Mantan (Selesai)Where stories live. Discover now