Bab 1

10 2 4
                                    

Dering beker menggema berkali-kali di kamar yang sedikit temaram itu. Di sana, tampak seorang pria berkemeja putih masih pulas di ranjangnya. Ia terlihat sedikit terganggu. Akan tetapi, matanya masih tetap terpejam.

Suara beker terus berulang. Hingga kesekian kalinya, bunyi itu tak jua mampu membuat mata sang pria terbuka untuk setidaknya mematikan deringanya dan kembali tidur. Hanya kepala pria itu saja yang tampak bergerak.

Lama kelamaan, kuping pria itu terganggu.

Dengan mata masih sedikit terpejam dan kepala pening, pria itu meraih beker.

"Jam delapan? Sayang...! Kenapa enggak bangunin aku, sih? Aku bisa telat!"

Pria itu tak mendengar sahutan. Aneh sekali, tak seperti biasanya. Sekali lagi ia berteriak. Berharap sang istri datang dan menjelaskan kenapa ia tak dibangunkan seperti biasa. Akan tetapi, kamar itu tetap hening.

Merasa ada yang aneh dan sedikit geram karena kesiangan, pria itu turun.

Pria itu menginjakkan kaki ke lantai dan menyadari ada sesuatu yang lengket.

Dengan awas, mata pria itu mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Cairan merah kental. Jantung pria itu seperti berhenti berdetak.

Dengan panik, sang pria langsung keluar.

Pria itu melihat ada pisau berlumuran darah tepat di depan kamarnya.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi di rumahku?"

Mata pria itu nanar menyapu ruang tengah.

Ruang tengah itu memang tepat di depan kamar utama tempat di mana sang pria tidur dengan istrinya. Di sana, di atas sofa hitam ruang tengah, tampak sesosok manusia. Alangkah terkejutnya pria itu setelah tubuhnya berada dekat dengan sosok itu. Dalam ruangan yang masih temaram, ia melihat darah di mana-mana. Tubuh sang istrilah yang tergeletak itu.

"Ya Tuhan, ini halusinasi atau hanya mimpi?"

Menyadari bahwa sang istri sudah tak mungkin diselamatkan, pria itu berlari ke kamar si bungsu. Dibuka kamar gadis cilik itu dengan keras. Ia tak sabar memastikan keadaan sang putri di sana.

"Jasmiiin!"

Dengan teriakan yang kencang, pria itu mengekspresikan kekacauan hatinya.

"Ya Tuhan, aku mimpi, kan? Aku yakin ini mimpi! Ini mimpi! Ini mimpi!"

Pria itu berlari ke kamar Javier. Ia berharap ada keajaiban. Ia ingin Javier baik-baik saja. Namun, ketika ia sampai di kamar si sulung, pintunya terbuka. Dari luar ia bisa melihat darah.

Darah yang sama banyak dengan di kamar Jasmin. Keadaan Javier pun tak jauh berbeda. Sama-sama meninggal dengan mengenaskan.

"Javier!"

Pria itu terduduk lesu di ambang pintu.

"Apa salahku, Tuhan?" racau pria itu frustrasi.

Pria itu bernama Julian Aditama. Ia adalah seorang pebisnis di berbagai bidang, salah satunya restoran. Ia merupakan anak kedua dari pria sukses bernama Hartawan Aditama.

"Kalau Engkau mengambil mereka, lalu buat apa aku hidup?" racau Julian lagi.

Julian menangis sejadi-jadinya. Ia sesenggukan seraya terus menyalahkan Tuhan. Ia merasa Tuhan tak menyayanginya.

Di usianya yang ke-43 tahun, Julian cukup sukses dalam kehidupannya. Ia memiliki seorang wanita yang begitu cantik dan setia, ibu dari kedua anaknya. Nama wanita itu adalah Jovanka Alishba.

Wanita yang sehari-hari mengisi waktu dengan menulis di blog itu tampak bahagia menjalani hari-hari sebagai Nyonya Julian Aditama.

Pernikahan yang didasari rasa saling cinta di antara keduanya, membuahkan dua orang anak. Anak-anak ceria nan cerdas itu bernama Javier Abinawa dan Jasmin Aurora. Di rumah besar penuh cinta itu, keempatnya tampak begitu bahagia.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Jun 14, 2021 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

Darah Keluarga JOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz