Kamu, yang diam-diam selalu mengambil potret diriku. Aku, bukan tak tahu kamu menaruh hati padaku. Bukan aku tak berani mengungkap apa yang jua kurasa. Hanya saja, waktu yang sempit ini rasanya tak memberi kesempatan untuk aku berlaku demikian.
Kamu, yang katanya punya nama lain yang lebih keren, saat waktu itu tiba, jangan berpikir untuk menangis sendirian. Ajak teman-temanmu biar kesedihanmu lebih ringan.
Kamu, yang sebenarnya selalu jadi alasan aku bertahan. Ini tulus kuungkap dalam hatiku, "aku mencintaimu". -Abil Naufal |
Kamu, yang selalu berpura-pura tak tahu perasaanku. Kamu tahu, aku lebih suka kita menangis bersama daripada melihat kamu tersenyum untuk menutupi segala luka yang kamu punya.
Kamu, pemilik hati dan jiwa seputih warna kesukaanmu. Kamu tahu, aku tidak peduli walau hanya sedetik di sisa hidupmu, izinkan aku menciummu.
Kamu, yang pandai memainkan tuts hitam putih, sekali saja sebelum kamu menutup mata dan menjemput bahagia yang nyata, aku ingin mendengar kamu jujur tentang perasaanmu. Tolong, katakan "aku mencintaimu, Jihan." -Jihan Abian |
Kamu, yang katanya anak seorang dokter. Bisa paksa ayahmu untuk menyembuhkan sakitku? Bukan apa-apa, aku hanya tidak siap berpisah denganmu secepat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMIT
HorrorRumit. Hanya itu yang bisa menggambarkan kisah mereka saat ini. Tak hanya perihal hati dan perasaan yang rasanya begitu sulit dijabarkan bahkan dengan semua kosakata yang ada di muka bumi ini, kehidupan mereka pun layaknya benang kusut yang mustahil...