[11] Ingus sang penyelamat

6.6K 474 38
                                    

Warning: Awas ada adegan gila, yang bakal membuat kalian tegang sampai melar!
Jangan lupa coment tiap paragraf nya😉

0ooo

Aisyah menarik selimut tebal sampai menutupi seluruh tubuhnya. Cewek itu lapar dan haus. Namun karena merasa pusing dan tak sanggup ke dapur. Ia pun memilih tidur. Bayangkan saja jarak kamar ke dapur itu sangat jauh. Apalagi harus melewati tangga, bisa-bisa Aisyah terguling pingsan dari tangga ke bawah.

"Aduh, dingin banget sih. Mana laper lagi. Ini gimana lagi cara matiin asenya?"

"Ya Allah datangkan manusia yang baik yang mau merawat hamba. Andai aja cowok edan itu gak nyuruh gue tadi. Mungkin gak akan kayak gini. Andai aja ibu gak pindah rumah, mungkin gue lebih baik nginep dari pada disuruh-suruh sama dia sampai sakit gini. Rasanya gue pengen mati aja nyusul ayah!"

Aisyah mengeratkan pegangannya pada selimut tebal. Lalu memejamkan matanya hingga tertidur.

•••

Tengah malam pukul 12.00 Ari terbangun dari tidurnya. Ia merasa gelisah, saat makan malam tadi ia tak menemukan keberadaan Aisyah. Ditambah lagi saat dirinya melihat Aisyah basah kuyup gara-gara membelikannya pizza. Membuat jiwa kemanusiaannya seketika hadir yang membuatnya serba salah.

"Gue cek aja kali ya ke kamarnya. Gue kan punya kunci cadangan."

Ari berjalan menuju dapur, ia menyuruh dulu salah satu pembantunya untuk membuatkan bubur, serta menyiapkan obat untuk dibawa ke kamar Aisyah.

Ari nampak kesusahan untuk membuka kunci kamar Aisyah, karena sebelah tangannya memegang nampan yang berisikan obat, air putih, dan bubur.

Setelah terbuka, Ari melihat seluruh ruangan kamar Aisyah. Nampak gelap, seperti tidak ada penghuninya. Ari meraba-raba dinding untuk mencari saklar lampu.

Saat lampu menyala, Ari langsung menyimpan nampan yang ia bawa di atas nakas. Lalu menutup serta mengunci pintu kamar Aisyah, takut ada orang yang mengetahui Ari masuk.

"Heh, kismin bangun!" Ari membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh Aisyah.

"Ibu, dingin. Dingin Bu, ayah aku mau ikut sama ayah aja," gumam Aisyah.

Ari menatap cewek itu miris. Bagaimana tidak Aisyah terus bergerak-gerak gelisah sambil sesekali bergumam.

"Woy, gue anak majikan lo bukan ibu lo, bangun gak lu?!" Ari mencubit pipi Aisyah dengan keras.

Namun, tak ada pergerakan sama sekali dari cewek itu, padahal Ari mencubitnya dengan amat keras. Ari pun dengan kesal mengambil satu gayung air dari kamar mandi. Lalu, menyiramkannya tepat di wajah Aisyah.

Aisyah terbatuk-batuk serta mencari udara, karena hidungnya sedikit terkena air. Mata, dan hidung Aisyah memerah. Membuat Ari tambah iba dan merasa bersalah. Ditambah lagi sekarang Aisyah malah bersin-bersin.


"Eh, eh, lo gak mati kan? Enggak ngidap penyakit Corona, kan?"

Aisyah menatap Ari tajam, "Bisa gak sih sehari aja jangan ganggu. Gue pusing, sakit, mau istirahat. Gue tahu, gue cuma pembantu yang gak berhak ngatur-ngatur majikannya. Tapi, please kali ini aja jangan ganggu dulu."

3 Big BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang