Alin menurut saja. Berjalan disamping Agatha sedangkan Alexa berada disebelah Adara. Alin tak sengaja bertatapan dengan Alexa, sementara perempuan ith pun terlihat kaget saat kedua mata mereka bertemu. Cepat-cepat keduanya mengalihkan pandangan.

Sudah seminggu mereka tidak berbicara. Sebenarnya Alexa ingin meminta maaf, ia merasa berlebihan. Dia tahu kalau Alin khawatir, dan tak seharusnya Alexa menanggapinya dengan emosi. Teramat ingin meminta maaf, tapi sangat menyayangkan gengsinya yang terlalu tinggi untuk melakukan itu.

Sesampai di toilet, Agatha dan Adara langsung masuk sedangkan Alinza dan Alexa sengaja menunggu diluar. Kali ini suasana tampak canggung, tidak ada yang ingin membuka suara atau lebih tepatnya tidak mau. Gengsi berhasil menguasai mereka hingga terpecah dan tak saling tegur. Andai keduanya tidak memiliki ego tinggi, mungkin hubungan pertemanan mereka sudah membaik.

Mengerutkan dahi bingung ketika mendengar suara Agatha dan Adara yang terdengar panik dari dalam toilet, keduanya langsung menghampiri temannya.

"Ada apa?" Tanya Alin.

"Itu coba lo berdua liat!" Adara menunjuk bilik toilet dengan tangan bergetar membuat keduanya seketika penasaran.

Mendekat kearah bilik toilet dengan langkah hati-hati, namun ketika sampai, mereka tak melihat apapun.

Brakkk.

Pintu kamar mandi dikunci dari luar membuat Alexa sukses melotot.

"Shit!" Gumam Alin pelan. Harusnya ia lebih cepat menyadari dari gelagat Agatha dan Adara yang terbilang aneh sejak tadi.

Alexa menggedor pintu sambil berteriak, "Gat, Dar, bukain dong! Woy!"

"Agatha! Adara! Lo berdua masih disana kan?" Pekik Alexa lagi.

Percayalah! Jika bukan Alinza yang terkurung bersamanya saat ini mungkin Alexa tidak akan sepanik ini. Bisa dibilang selama seminggu ini ia berusaha menghindari Alin namun dengan teganya kedua sahabatnya itu mengurungnya berdua dengan Alin disini.

"Nggak bakal sebelum lo berdua maapan" Ujar Adara, Agatha mengiyakan. Rencana ini memang kekanakan tetapi mereka tidak punya pilihan lain selain mengikuti rencana yang diusulkan Adara.

Beberapa orang yang ingin masuk ke dalam toilet, dihentikan oleh Adara. Gadis itu menyuruh untuk pergi meminjam toilet kelas sepuluh. Bodohnya lagi orang itu menurut dan segera menuju toilet adik kelas.

Didalam, Alexa sudah berhenti menggedor pintu. Dia mengusap wajahnya kasar lalu melirik Alin yang menatapnya datar. Alin tampak tenang, tidak seperti dirinya.

Padahal Alin sendiri merasa hal yang sama, hanya saja dia menyembunyikannya. Dia tak nyaman berada berdua bersama Alexa dengan kondisi hubungan seperti ini. Namun, dia juga tak akan membuang-buang tenaga seperti yang Alexa lakukan karena Alinza tahu itu akan percuma. Kedua temannya tidak akan membuka pintu sebelum mereka berdua benar-benar berbaikan.

Beberapa menit suasana hening, tidak berniat sama sekali membuka suara. Mereka saling melirik kemudian langsung membuang muka dan seperti itulah seterusnya.

Suasana benar-benar canggung dan tidak nyaman.

"Udah maapan aja sih, lama bener. Rendahin ego, turunin gengsi, udah beres! " Pekik Adara mulai kesal. Tak tahu bahwa Alexa sama kesalnya. Untuk mengendalikan ego dan gengsi tidak semudah seperti yang mereka bayangkan

Alin menghela napas panjang. Patut mengacung jempol kepada dua temannya yang terbilang nekat. Baiklah, Alin akan mencoba seperti yang mereka inginkan. Lagipula mau berapa lama lagi dia harus terjebak bersama Alexa dengan keadaan canggung.

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now