"Kira-kira... korban selanjutnya siapa ya?"

Dia menggulir hpnya, membuka galeri untuk melihat foto teman-temannya. Ia tekan satu foto, foto seseorang dengan hoodie pinknya.

"Mungkin dia? Tapi gak tau juga sih..."

Tin tin!

Klakson mobil dari arah depan terdengar. Jeongwoo mendongak, oh, bukankah itu mobil Junkyu?

"Butuh tumpangan?" Tawar Junkyu setelah kaca jendela turun sempurna.

"Tau aja lo," celetuk Jeongwoo menyetujui, kemudian masuk untuk duduk di kursi belakang.

Doyoung mendengus. "Dasar, katanya banyak uang, tapi kok numpang."

"Emang banyak, tapi uang mainan. Tuh, uang monopoli di rumah."

"Apa sih, Len." Junkyu kesal, menginjak gas, melanjutkan perjalanan. "Jeongwoo, gue sama Doyoung ke rumah Kak Hyunsuk bentar ya."

"Lah, gue baru aja dari sana..."

"Sebentar doang kok, cuma mau ngomong sesuatu."

Doyoung melirik Jeongwoo dari kaca. "Lo gak perlu tau, nanti tunggu di mobil aja."

"Gue kepo woi!"

Senyum Junkyu merekah. "Tau banyak itu gak baik loh."

"Lo impostornya ya?" Tanya Jeongwoo to the point.

Junkyu tak menjawab, memilih fokus menyetir agar cepat sampai tujuan. Doyoung juga diam saja mengabaikan Jeongwoo, kakak beradik ini kenapa sih?

"Eh, kalian ada curiga gitu gak?" Tanya Jeongwoo mengubah topik.

"Sejauh ini gak ada, Kak Ajun yang curiga," jawab Doyoung acuh.

"Lo curiga sama siapa, Kak Jun?"

"Sama lo, hehe," jawab Junkyu terkekeh geli. "Gak kok, bercanda. Gue curiga sama semuanya~"

Jeongwoo menghela nafas lega. "Bagus deh kalau gitu..."

"Jeongwoo."

"Apa?"

Doyoung menoleh ke belakang. "Lo gak curiga ke kita?"

"Kenapa emangnya?"

"Gimana ya, kita cuma bertiga. Apa lo gak kepikiran kalau gue dan Kak Ajun bakal bunuh lo disini?"

"H-hah?"

"Gak apa-apa, gak usah dipikirin. Gue cuma bercanda."

"Bercanda lo gak lucu."

"Yah Woo, padahal biar hati seneng loh," timpal Junkyu. "Oh ya, di samping lo ada kotak kan? Isinya snack, ambil aja kalau mau."

Jeongwoo diam, menatap kotak cokelat di sampingnya ragu-ragu. Dia tak berminat sama sekali. "Gak deh, makasih."

"Lo berpikir kalau di snacknya ada racun ya?" Doyoung menoleh lagi ke belakang. "Silahkan dimakan, lo mau ngebuktiin snacknya beracun atau enggak kan?"
























































Yedam turun dari sepedanya, berhenti di supermarket untuk membeli bahan-bahan membuat kue pesanan sang ibu. Sebagai anak yang baik, tentu saja permintaan ibunya harus dilaksanakan.

Tak disangka, Jihoon juga ada disini. Duduk di motornya sambil menyedot minuman bermerk cim ori berwarna ungu.

"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?" Tanya Jihoon risih.

"Keliatan banget jomblonya."

"Anak setan."

"Mulut lo, kak."

Jihoon berdecak malas. "Gue balik, males gue ketemu orang-orang. Bikin pusing."

"Lo kesel gara-gara dituduh Kak Mashiho?" Yedam menahan motor Jihoon, mencegahnya pergi.

"Jelas lah! Gue dapet uang dari mana coba untuk tutupin kasus Yoonbin? Yang harusnya dicurigain itu Kak Hyunsuk, kan dia orang kaya."

"Keluarga Kak Junkyu sama Kak Doyoung juga kaya, lo gak curiga sama mereka?"

"Buat apa? Bukti aja gak ada."

"Bener juga sih... tapi gue curiga, apalagi ke Doyoung. Dia yang punya ide dan tulis naskah tentang Among Us. Ada kemungkinan dia salah satu impostornya, ini baru dugaan ya."

"Yedam." Jihoon menatap tajam orang di depannya tersebut. "Gue.curiga.sama.lo."

"Ke-kenapa?"

"Tuh, hp lo nyala, ada pesan masuk."

Ponsel di genggaman Yedam buru-buru dimasukkan ke dalam kantong. Apa Jihoon melihatnya?"

"Iya, gue liat." Jihoon turun dari motornya, tatapannya semakin tajam. "Lo ngerencanain apaan? Kenapa ada kata bunuh? Lo mau bunuh siapa?"









Bingung ya wkwk
Kalau menurut kalian,
siapa impostornya? :)

That Day | Treasure ✓ [TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now