13. Penantian Berharga

Start from the beginning
                                    

Penasaran sekaligus senang, ia pun menghampiri sang suami sambil tersenyum manis. Namun ia terkesiap saat mendapat tatapan tajam yang menyakitkan. Ia melihat kerapuhan bercampur dengan kemarahan dan kesedihan di mata indah lelaki yang sangat dicintainya tersebut. "Leon ...."

Pangeran Leonard berdiri tegak dan menatapnya dingin. "Kuserahkan tanggung jawab selir kemuliaan padamu."

Putri Carrissa mengernyit heran. "Ada Selir Kemuliaan An-"

"Aku pergi."

Tak ada perpisahan yang manis membuat Putri Carrissa mencuatkan bibirnya kesal karena suaminya sangat tak romantis. Ia memutar tubuh, berniat kembali ke kamarnya namun ia mengernyit heran saat melihat pelayan pribadi Selir Kemulian Anye berlari tergopoh-gopoh dengan berlinang air mata, hendak mengejar Pangeran Leonard. Putri Carrissa pun menghentikan langkahnya.

"Mohon beri jalan, Tuan Putri. Saya harus segera menemui Putra Mahkota."

"Putra Mahkota akan pergi ke medan perang. Saya takkan mengizinkan Anda mengganggunya."

"Namun ini sangat penting, Tuan Putri. Ini menyangkut hidup dan mati Selir Kemuliaan Anye. Putra Mahkota-"

Putri Carrissa mengernyit. "Apakah maksud Anda?"

"Selir Kemuliaan Anye tengah sekarat, Tuan Putri."

Putri Carrissa memicingkan mata. Dalam hati, ia merasa sangat bahagia mendengar berita tersebut. Namun mengapa keadaan Selir Kemuliaan Anye demikian?

***

"Siapakah Anda? Ada keperluan apakah datang kemari?"

Dewi Harnum telah menduga hal tersebut akan terjadi. Oleh karena itu ia membawa surat perintah dari Ratu Aithra dan menyerahkannya pada salah satu pengawal tanpa banyak bicara.

"Anda tunggulah di sini. Saya akan menanyakan kebenarannya terlebih dahulu pada Tuan Putri Carrissa."

Dewi Harnum mengangguk. Kini, hanya ada satu pengawal di hadapannya.

"Buka gerbang untuk Yang Mulia Putra Mahkota!"

Seruan tersebut terdengar bersamaan dengan terbukanya gerbang besar Kekaisaran Alaska. Dewi Harnum melipir ke samping dan menundukkan sedikit kepala tanda hormat pada penguasa yang tengah keluar sambil memacu kuda jantannya tersebut.

Pangeran Leonard menghentikan kudanya tepat di hadapan Dewi Harnum saat perasaan asing melingkupi hatinya. Ia menoleh dan mengernyit samar saat melihat seorang gadis berselendang merah muda yang ia kira adalah permaisurinya masih menundukkan kepala dengan sopan ke arahnya. Pangeran Leonard sangat ingin mendekati gadis berselendang tersebut. Entahlah.

Namun karena ia tak mengetahui alasannya, Pangeran Leonard kembali memacu kudanya cepat. Terlebih saat indra penciumannya tak mencium harum familiar yang sangat ia rindukan.

Lagi pula, sangat tak mungkin jika permaisurinya yang cantik jelita adalah seorang gadis berselendang dengan pakaian lusuh tersebut.

Usai kepergian pengawal di hadapannya, Dewi Harnum membuang napas perlahan, penuh kelegaan. Sejak tadi ia menahan napas karena tak tahan dengan aroma arak yang menguar kuat dari mulut pengawal tersebut.

Tanpa menyadari, jika perbuatannya tersebut menahan harum tubuhnya menguar ke permukaan.

***

Sejak semalam Selir Kemuliaan Anye batuk darah tiada henti pasca penyerangan yang dilakukan Pangeran Leonard terhadapnya. Air mata terus saja mengalir di kedua sudut matanya. Suasana ricuh di kamarnya sejak semalam membuat kepalanya pening. Rasanya ingin sekali ia meneriakkan kata 'diam' sejak tadi. Tetapi ia tak sanggup.

"Segera buatkan ramuan ini," titah seorang tabib istana menyerahkan sebuah cawan berisi daun hijau pada seorang pelayan. Pelayan tersebut mengangguk paham. Sang tabib menatap Selir Kemuliaan Anye yang tengah terbaring lemah di ranjangnya perihatin. "Bertahanlah, Yang Mulia Selir. Saya sangat yakin, Anda pasti bisa melawan racun tersebut."

Selir Kemuliaan Anye menangis dalam diam. Hatinya berdenyut sakit mengetahui jika suaminya sendirilah yang berniat melenyapkannya dari dunia ini. Semua orang menunduk hormat saat Putri Carrissa memasuki ruang kamar sang selir bersama Sina di belakangnya.

Putri Carrissa mendekati Selir Kemuliaan Anye dan memicingkan mata, menelisik keadaan rivalnya dalam merebut perhatian Pangeran Leonard yang sangat memperihatinkan. Dari kaki sampai pergelangan tangannya berwarna ungu kehitaman yang sangat pekat. Putri Carrissa menatap tabib kerajaan datar. "Apakah gerangan yang terjadi, Tabib?"

"Sebuah racun menyebar cepat hampir ke seluruh tubuh Selir Kemuliaan Anye, Tuan Putri. Jika racun tersebut tak segera dikeluarkan sebelum matahari terbenam, Selir Kemuliaan Anye bisa meninggal."

Putri Carrissa mengerjap. Mengapa Pangeran Leonard melakukannya? Apakah Selir Kemuliaan Anye yang menyebabkan Pangeran Leonard bersikap sangat menakutkan pagi ini?

Menyimpulkan hal tersebut, riak sang putri tampak dingin. "Anda pasti telah melakukan sesuatu yang sangat fatal sampai Putra Mahkota melakukan hal ini pada Anda."

Air mata sang selir terus mengalir.

"Pasti ada cara untuk menyembuhkan Selir Kemuliaan Anye, Tuan Putri," ujar Sina yakin.

"Benar. Hanya yang meracunilah, yang bisa menyembuhkannya."

Sina kian terisak.

"Tabib Loth hanya bisa menghentikan batuk darah Selir Kemuliaan Anye, tetapi tak bisa menghentikan penyebaran racunnya. Jika seluruh tubuhnya berwarna ungu kehitaman yang lebih pekat, maka kematiannya semakin dekat. Yang kuketahui, Putra Mahkota selalu menyiksa mereka yang menyebalkan baginya sampai matahari berada di puncak tertinggi." Putri Carrissa tersenyum saat menatap langit cerah melalui jendela kamar yang terbuka sebelum kembali menatap Selir Kamuliaan Anye dingin. "Pikirkanlah keinginan terakhir Anda dari sekarang di sela rasa sakit yang menggigit, Selir."

Air mata Selir Kemuliaan Anye kian mengalir tanpa henti.

"Saya menghadap Tuan Putri Carrissa." Pengawal kekaisaran berdiri di ambang pintu kamar selir sambil menunduk hormat.

Putri Carrissa memutar tubuh. "Bicara."

"Seorang pelayan dari Kerajaan Borealis telah datang, Tuan Putri."

Mata Putri Carrissa berbinar cerah. "Siapkan penyambutan terbaik untuknya. Dia adalah tamu saya yang istimewa."

"Baik, Tuan Putri." Pengawal mengangguk patuh dan berlalu.

Semua orang yang berada di kamar sang selir, kecuali Putri Carrissa, saling bersitatap dengan kernyitan heran di kening. Apakah istimewanya seorang pelayan dari kerajaan lain?

***

Yang mau baca duluan boleh bangeeet. Di KK udah ada 25 bab gratiiiis😍😳

Semangat '45 semuanyaaa🔥

Permaisuriku~ (END)Where stories live. Discover now