"Karena meskipun kau di sini, kau masih tetap bekerja — tapi tidak apa-apa. Maksudku, kita tidak perlu pergi ke tempat spesial dan lagi pula menara itu terlalu diagung-agungkan berlebihan." Taeyong memelankan suaranya dengan sopan, sesuatu yang tak pernah dilakukan sebelumnya. Saat cahaya dari bawah sana terpantul di lingkaran biru matanya, ia menunjuk ke arah manusia yang seperti semut, yang sedang berjalan di sekeliling taman. "Kau ingin aku dengan sukarela berada di tempat penuh orang seperti itu?"
Jaehyun memanggil pelayan dan dengan percaya diri menyebutkan pesanan mereka. Ketika pelayan itu pergi, ia duduk lebih tenang dan ia cukup puas akan dirinya sendiri sambil menonton manusia mikroskopis di bawahnya. "Kau sudah bersikap baik sepanjang hari ini jadi kau harus berbangga. Kurasa kau sebenarnya bisa berada di tengah keramaian, hanya saja kau memilih untuk tidak melakukannya karena kau terbiasa sendiri."
"Observasi yang bagus," yang lebih tua berkata.
Mereka tidak perlu menunggu lama untuk pesanan makanannya tiba.
Le Jules Verne sesuai dengan gaya hidup yang teliti jika dilihat dari suasananya yang mencakup nostalgia abad ke-19, menjadi rumah bagi koki dan juga connoisseur (ahli pencicip) wine ternama. Maka, mereka sangat layak mendapatkan bintang-bintang restoran Michelin itu.
Seorang somelier (ahli wine) memilihkan mereka anggur yang sempurna. Dikombinasikan dengan wine Prancis yang klasik, restoran ini berhak menarik harga lebih mahal, atau dua kali lipat.
Merah gelap berputar di gelas Jaehyun. Melihatnya setelah disejajarkan dengan mata, ia tidak bisa memandangi pria yang sedang larut dalam minumannya dari gelas bening tersebut. Sang penembak jitu menyesap anggurnya, mungkin untuk yang kesepuluh kalinya — anggurnya memang seenak itu, dan ia melihat ke luar.
"Pecandu adrenalin pasti berani bergantung dari ketinggian ini." Ia melirik menggoda pasangannya. "Jangan coba-coba."
"Aku tidak tertarik. Apa yang akan kudapatkan kalau aku melakukannya?"
"Aku akan panik, marah, hilang kewarasan?"
"Cukup meyakinkan, tapi tidak. Kau saja." Taeyong menyarankannya dengan serius sebelum menyela Jaehyun saat ia hendak membuka mulutnya. "Tapi apakah kau merasakannya? Ketika kau melihat ke bawah, apa kau merasa ingin melompat?"
Pertanyaan itu tidak membuatnya terkejut. Malah, membuatnya terisap masuk bergabung ke dalam topik percakapan itu dengan membayangkan kejadiannya.
"Terkadang aku merasakannya, atau memikirkannya, suara yang berkata 'melompatlah!'. Tapi sejauh yang aku tahu, semua orang merasakan hal yang sama saat mereka melihat ke bawah terlalu lama dan terbawa suasana. Karena meski kau tidak akan melakukannya, kau ingin tahu apa yang akan terjadi kalau kau terjun bebas. Seberapa takut dan pasrahnya kita saat itu? Apakah perasaan itu akan membuatmu ingin melakukan sesuatu? Kalau ya, apa itu? Mungkin, sembari menunggu tubuhmu terpelanting di permukaan, kau masih menggantungkan harapan kosongmu itu, berharap kau bisa selamat — walau kau tahu itu mustahil."
Taeyong mendengarkan tanpa raut mencemooh sama sekali di wajahnya. Ia memandangi Jaehyun, sesekali memandangi bibirnya seakan mengikuti gerakan di sana sebelum kembali bertemu dengan sepasang mata sehitam arang.
"Tergantung. Kalau kau mati perlahan, kau akan berkelana di deretan kenanganmu. Suka ataupun tidak, pikiranmu akan menayangkan adegan-adegan masa lalumu. Terserah apa yang akan kau lakukan dengan kenangan itu. Bertemu ajalmu secara cepat dan instan tidak memberikanmu waktu untuk bermain-main dengan pikiranmu. Kurasa itu sangat hampa."
"Kau terdengar begitu yakin," kata Jaehyun sebelum menghabiskan anggurnya.
"Aku yakin. Aku sudah pernah mengalaminya. Aku belum mati, belum diizinkan untuk mati. Tapi aku sudah pernah berkali-kali berdiri di ambang kematian. Apakah kau akan mengerti ucapanku, Jaehyun?" Sang pelempar pisau masih bertanya meski sudah tahu jawabannya. "Menenggelamkan seseorang sampai hampir mati lalu menarik mereka keluar dari air hanya untuk mengisi paru-paru mereka dengan udara — memompanya penuh hanya untuk kembali ditenggelamkan. Jadi kalau itu terjadi lagi, dan lagi, kau akan terbiasa. Dan kau tidak akan pernah bisa membedakan hidup dan mati lagi."
YOU ARE READING
[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)
Mystery / ThrillerNiat keji bersembunyi di balik topeng yang berkilau. ⚠️ TW// Darah, gore, adiksi rokok, penyiksaan, kekerasan eksplisit, pembunuhan, kata-kata kasar. Karya asli oleh: 127ghouls on AO3 Link: https :// archiveofourown(dot)org(slash)works(slash)2309162...
Part 11
Start from the beginning
![[5] What Lies Ahead: Unmasked (JaeYong)](https://img.wattpad.com/cover/260567820-64-k531618.jpg)