✉️ eleven (kandidat nomor 2)

336 80 0
                                    






✉️✉️✉️




Sejak Yoshi mendapat pesan lewat radio sekolah hari Selasa itu, satu hari pun ngga ada yang Yoshi lalui tanpa mikirin siapa yang ngirim. Padahal sebelumnya, Yoshi juga sering dapat pesan kayak gini, baik lewat surat yang ditaruh diloker maupun radio sekolah, tapi dia biasa aja. Sampai-sampai ini anak kepikiran kalau si anon itu pake pelet.

Dari tiga cewek yang menurut Yoshi memungkinkan banget kalau itu si anon, Yoshi juga lumayan akrab sama ketiganya. Kalau dirate, nilai keakraban Yoshi sama Heejin dan Giselle ada diangka 7, sedangkan sama Lua cuma 5.

“Yosh? Tumben sendirian aja?”

Sapaan Giselle barusan membuat Yoshi yang lagi duduk dibangku depan kelas berjengit kaget. Baru aja mikirin tiga kandidat itu, eh salah satunya muncul di depan dia.

“Eh, sorry Yosh gue ngagetin elo, gue ngga bermaksud gitu kok,” ujar Giselle dengan raut bersalah.

“Ngga kok, santai. Gue aja yang tadi ngga ngelihat elo, jadinya kaget,” balas Yoshi, “Ngomong-ngomong lo mau ngapain nih?”

“Ini mau ngasih orderan jaket punya Lia,” Giselle menunjukkan kantung plastik ditangannya, “Lia sudah dateng belum?”

Yoshi mengangguk, “Sudah kok. Tuh anaknya lagi ribut sama Junkyu.”

Giselle melongokkan sedikit kepalanya ke dalam kelas Yoshi, kemudian berlalu ke dalam setelah berpamitan singkat dengan Yoshi. Tidak lama kemudian, sekitar tujuh menitan, Giselle sudah keluar dari kelas dan mengambil tempat duduk disamping Yoshi.

Yohi menoleh heran, “Cepet amat, Selle?”

“Hooh, soalnya tinggal ngasih doang. Btw, elo ngga ada niatan buat order ke gue juga nih, mumpung ada promo spesial loh,” ujar Giselle yang akhirnya malah promosi.

Online shop punya elo memangnya jual apa aja?”

“Banyak,” balas Giselle penuh semangat, “perlengkapan tulis menulis mulai yang biasa aja sampai yang lucu, perlengkapan gambar sama seni cocok buat elo nih, terus segala jenis pakaian kaos, hoodie,  pokoknya banyak banget deh.”

“Sama ini nih, gelang custom,” Giselle menunjukkan pergelangan tangannya yang dilingkari sebuah gelang, “Lo bisa request warna tali sama gantungannya,” jelas Giselle.

Melihat gelang custom Giselle, Yoshi jadi tertarik ingin punya juga. Tapi yang jadi fokusnya sekarang bukan itu, tetapi bandul gelang itu yang merupakan bunga callendulla.

“Lo sesuka itu ya sama bunga calendulla, Selle?”

Gisellle mengangguk, “Bisa dibilang gitu sih, tapi ngga calendulla addict kaya Heejin.”

“Jadi lo mau order barang dagangan gue ngga?” Tanya Giselle kemudian.

“Boleh deh, mau yang gelang tapi model cowok, bisa kan?”

“Bisa dong,” Giselle menunduk menyatat pesanan Yoshi di ponselnya, “Mau bandul apaan?”

“Kunci deh,” sahut Yoshi cepat, “Selle, mau nanya sesuatu dong.”

“Apa nih? Mau nanya gue buat jadi pacar elo ya?” Giselle terkekeh, sedangkan Yoshi merengut, “Engga.”

“Canda,” Giselle tertawa, lalu melirik Yoshi, “Mau nanya apaan deh?”

“Lo pernah ngalamin sesuatu yang spesial dihari Selasa gitu ngga?”

“Selasa kapan?”

“Pokoknya hari Selasa kapan aja, pernah ngga?”

Mengerutkan kening bingung, Giselle mencoba mengingat apakah dirinya pernah mengalami sesuatu yang ‘spesial’ dihari Selasa. Tapi Giselle rasa, dia ngga punya suatu kejadian yang kata Yoshi spesial.  atau dirinya lupa?

“Gue rasa, gue ngga pernah ngalamin sesuatu yang spesial dihari Selasa,” ujar Giselle pada akhirnya, sebelum tiba-tiba dia melotot seolah mengingat sesuatu, “Eh ada ding kejadian hari Selasa yang paling membekas diingatan gue?”

“Apa tuh?”

“Kalau menurut gue ini ngga spesial, cuma lumayan berbekas. Jadi hari Selasa waktu awal kita kelas sebelas kalau ngga salah, gue pernah naik sepeda mau ke minimarket, terus ngga sengaja kesempret orang.”

“Oh yang waktu itu gue pulang les bukan sih? Terus gue akhirnya nganterin elo pulang?”

“Iya itu!” seru Giselle,  “Terus satu lagi, elo pernah minjemin jaket elo ke gue waktu gue bocor kan. Terus lo beliin gue obat juga.”

“Lah iya juga.”

“Tapi ngomong-ngomong kok selalu berhubungan sama elo ya, Yosh?” Giselle menaik-turunkan alisnya, “Wah apakah ini pertanda kita jodoh, Yosh wkwkkw,” goda Giselle.

“Ngada-ngada, tapi ngga tau juga sih,” balas Yoshi santai menanggapi Giselle.

Yoshi diam sebentar, menimang-nimang pertanyaan dipikirannya sambil menatap Giselle yang sibuk lagi dengan ponselnya. “Terus, lo pernah ngirim pesan sebagai anonim lewat radio sekolah ngga, Selle?"

“Ya pernah, ngirim ke mas crush hehehehe” ujar Giselle, “Seru loh, lo ngga mau nyoba gitu?”

Wah apa kata Giselle tadi? Crush? Yoshi jadi kepikiran kalau crush Giselle itu dia. Sedikit kepedean tapi gapapa.

“Lain kali aja deh hehehe,” Yoshi nyengir, “Selle, crush lo si-

“SELLE! BURUAN! DITUNGGUIN MISS SUZY TUH!”

Ucapan Yoshi terpotong begitu saja dengan teriakan Karina barusan. Padahal tadi hampir aja.

Sorry, Yosh, gue duluan ya, Miss Suzy nungguin pesanannya nih. Entar kita lanjut lagi,” setelah berkata begitu, Giselle segera berlari pergi menuju ruang Miss Suzy, meninggalkan Yoshi yang bahkan belum sempat jawab 'iya'.

“Giselle, bukan sih?” monolog Yoshi pada dirinya sendiri.













✉️✉️✉️









Thankyou buat kalian yang mampir kesini (◍•ᴗ•◍)❤ semoga hari kalian selalu baik!! ⊂((・▽・))⊃


Messages | ft. YoshinoriDove le storie prendono vita. Scoprilo ora