22 - Diary Kencan Hana - Joshua

Depuis le début
                                    

"Tentang apa?"

Aku menoleh, menatap Joshua yang sedang berbaring menyamping dengan kepala yang bertumpu pada tangannya.

"Tentang kita. Pernikahan ini kan sudah berjalan seperti seharusnya. Kau paham kan? Maksudku tidak ada lagi perjan—"

"Iya aku paham. Lanjutkan."

"Kau juga tahu kan Nenek meminta kita untuk segera memberinya cicit."

"Hmm, lalu?"

Jantungku berdegup kencang, aku tahu kemana arah pembicaraan ini. Aku sudah cukup dewasa untuk mengerti maksud tersirat dari perkataan Joshua.

"Aku tidak akan memaksa. Karenanya aku memilih berdiskusi tentang ini sebelum meminta padamu untuk yaa kau tahu. Aku tidak ingin kau merasa terpaksa. Tapi aku harap kau—"

"Stop."

Aku memotong pembicaraan Joshua. Anak ini terlalu bertele - tele.

"Maaf apa kata - kataku terlalu bertele - tele? Aku tidak tahu bagaimana harus meminta—"

"Joshua...."

"Iya, Hana?"

Aku memejamkan mataku sebentar, menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diriku.

"Jo, kau bukan mau presentasi kerja atau apalah itu. Kau sedang bicara dengan istrimu perihal sesuatu yang tidak seharusnya kau sampaikan sekaku itu."

Joshua tertawa kecil, dia mengusap tengkuknya lalu merubah posisinya menjadi duduk. Aku mengikutinya, jadi sekarang kita duduk berhadapan.

"Jadi bagaimana?" Aku memancing pembicaraan lagi setelah memastikan aku dan Joshua sudah berada di posisi yang nyaman.

"Anak. Ayo kita membuatnya."

"Suttt!"

"Awwsh sakit!"

Aku refleks memukul mulut Joshua, membuatnya membulatkan matanya dan meringis kesakitan.

"Maaf maaf Jo aku tidak sengaja."

"Katanya tadi tidak mau bertele - tele, aku langsung to the point kau malah terkejut setengah mati."

"B-bukan begitu Jo. Aku hanya— ya siapa juga yang tidak terkejut dengan pemilihan kata - katamu."

Aku mundur dari tempatku, lalu sebisa mungkin menghindari kontak mata dengannya. Sial, aku gugup.

"Baiklah lupakan, jadi bagaimana?"

"Hah?"

"Kau siap?"

Tangan Joshua menyentuh rambutku, lalu turun menyusuri wajah hingga mendarat di bahuku. Tapi aku semakin mundur dan menghindari sentuhannya.

"Aku... Tidak Jo, aku belum siap."

Ucapku yakin, membuat Joshua menatapku dengan tatapan yang sulit aku baca.

"Baiklah."

Joshua tersenyum lalu mengusap rambutku. Tapi senyum itu seperti sedikit dipaksakan.

"Aku mau tidur."

Aku buru - buru membaringkan diriku dengan posisi membelakangi Joshua. Dia juga ikut berbaring. Lama aku tidak merasakan pergerakan Joshua. Apa dia marah? Kenapa dia tidak memelukku seperti biasanya? 

••••

"Kita kencan ya hari ini."

"Kencan?"

"Kita kan baru memulai, semalam aku rasa aku terlalu buru - buru. Ayo kita mulai dari sesuatu yang sederhana."

"Baiklah..."

MY HUSBAND - JOSHUA HONG (COMPLETED)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant