Sepatu pantofel yang di gunakan nya terdengar menggema. Menyebarkan suatu teror tak kasat mata bagi yang mendengarnya.
Dia tersenyum tipis dan menatap pria di depannya dengan seulas senyuman tipis.
"Aku baru melihatmu. Kau anggota baru?" tanya Shanna. Tatapannya bergerak memindai pria di depannya.
"Mr. Christ tidak pernah mengatakan padaku jika ada anggota baru. Padahal biasanya dia selalu memberiku informasi tentang semua personil yang berada di bawah pimpinan nya" ujar Shanna
"Siapa kau?" tanya Shanna. Senyuman tersungging di bibirnya ketika melihat pria di depannya menelan ludah gugup.
Shanna kembali berjalan menjauh dari barisan pengawal itu. Kaki nya melangkah pada kursi yang menjadi pusat dari meja berbentuk huruf U itu.
Shanna duduk di kursi kebesaran milik Christ yang kosong. Tangannya bergerak meraih pena dan mengetuk ngetukkan nya pelan ke permukaan meja.
"Seorang anggota baru dan Mr. Christ tidak memberitahukannya padaku? Hmm, aneh.." ujar Shanna
"Kalian semua, duduklah. Aku ingin sedikit berbincang dengan kalian" perintah Shanna
Semuanya langsung bergerak mengikuti perintah Shanna.
"Pertama tama, aku ingin berterima kasih. Kalian semua bergerak cepat kemarin. Hingga bisa menangkap orang yang mengendarai mobil nya. Biarpun orang itu tewas, sebelum aku menanyai nya"
"Apa yang kalian lakukan pada mayat nya?" tanya Shanna. Tangan nya masih bergerak lincah memainkan pena.
"Tadinya kami berniat mengotopsi nya. Tapi Raven bilang untuk langsung menguburnya" jawab Grey
Shanna menatapnya dengan pandangan bertanya.
"Siapa Raven?" tanya Shanna
Seorang pria yang dianggap Shanna sebagai anggota baru mengangkat tangannya.
"Aku. Namaku Raven" ujarnya
Shanna tersenyum kecil dan mengangguk.
"Ah, begitu. Lalu? Apa yang kalian lakukan pada mayatnya?" tanya Shanna
"Langsung membuang- ah maksudku menguburnya?" lanjut Shanna
Grey menggelengkan kepalanya.
"Mayatnya sudah aku kirim ke Tim Forensik Khusus. Aku curiga pada kematian nya. Karena sebelum dia meregang nyawa, dia terlihat sangat kesakitan" jawab Grey
Shanna menyenderkan tubuhnya dan mengangguk. Matanya melirik reaksi Raven yang terlihat terkejut.
"Kenapa seterkejut itu, Mr. Raven?" tanya Shanna
Raven menetralkan ekspresi wajahnya dan tersenyum.
"Aku terkejut karena Nona Legiond bahkan sampai menyewa Tim Forensik Khusus untuk mengotopsi seorang pembunuh" jawab Raven
"Tentu. Apapun akan aku lakukan demi kepuasan ku, Mr. Raven. Bahkan jika aku bisa menghidupkan nya kembali untuk bertanya siapa yang memerintahkan nya membunuh Raphael, maka itu akan aku lakukan. Sayangnya itu mustahil" sahut Shanna
Raven tersenyum kecil dan mengangguk mengerti.
"Tapi bukan hal mustahil untuk menemukan siapa yang memerintah nya" lanjut Shanna
"Mr. Grey apa kalian semua ada di tempat ini tadi malam?" tanya Shanna
Grey mengangguk "Ya, Nona. Kami semua yang berada di sini. Karena memang hanya kami yang di utus oleh Mr. Christ untuk menjadi tim khusus"
"Bagaimana jika aku bilang ada seseorang yang mengaku sebagai bagain dari Tim Khusus yang mendatangi ku. Dia berkata jika dia yang seharusnya berada di sini. Di tempat ini, bersama kalian." ujar Shanna
Grey mengerutkan dahinya bingung "Tapi yang diutus oleh Mr. Christ hanya 20 orang. Dan kami semua ada disini." sangkal Grey
"Bagaimana jika aku bilang... Ada orang lain disini? Seseorang yang menyamar?" tanya Shanna dengan senyuman tipis
"Kalian memang diperintahkan untuk menjadi Tim Khusus oleh Mr. Christ untuk mengawasi anggota keluarga ku. Tapi kalian tidak diberi tahu identitas satu sama lain, kan? Lebih tepatnya, kalian mengetahui jika kalian di beri tugas yang sama saat sudah sampai di tempat ini" lanjut Shanna
"Tapi bagaimana bisa kami tidak menyadari ada seorang penyusup diantara kami, Nona? Itu agak nya sedikit mustahil" ujar seseorang bernama Nathan
"Dia orang luar. Orang luar yang aku maksud adalah orang yang seharusnya tidak berada dalam Tim Khusus yang Mr. Christ perintahkan" jawab Shanna
Shanna tersenyum kecil.
"Dia orang yang membuat tahanan kemarin mati. Racun atau sejenis nya.." ujar Shanna
"Apa hasil autopsi sudah keluar?" tanya Shanna
Grey baru saja akan menggelengkan kepalanya ketika seseorang mengetuk pintu markas dan masuk setelah Shanna meminta nya untuk masuk.
"Ada surat dari Tim Forensik Khusus" ujar seorang tukang pos. Kaki nya sedikit gemetaran begitu memasuki markas.
"Terimakasih" sahut Shanna. Dia langsung mengambil surat yang di sodorkan oleh tukang pos itu.
"Ahh, hasil autopsi" gumam Shanna puas
Shanna membuka surat itu dengan hati hati. Dia membaca lembar demi lembar dengan seksama, memastikan tidak ada satu kata pun yang terlewat.
"Wow. Pantas saja dia kejang kejang. Karena ada dua racun di dalam tubuhnya" ujar Shanna
Tangannya menutup surat itu dan menatap para anggota terlatih di depannya dengan seulas senyuman tipis.
"Jadi.. Siapa yang bertanggung jawab atas ini?" tanya Shanna
"Seseorang harus bertanggung jawab, kan? Bukan begitu, Mr. Raven?" tanya Shanna lagi
Raven sedikit tersentak dan mengangguk kecil setelahnya.
"Tentu. Karena orang itu membunuhnya, kita jadi tidak bisa mendapat informasi" sahut Raven
Shanna menganggukkan kepala nya setuju.
"Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada nya? Sebagai balasan karena telah membuat informan kita mati?" tanya Shanna lagi
Raven diam diam mengepalkan kedua tangannya dan berdehem.
"Membunuhnya, Nona" jawab Raven
Shanna membuka laci kerja Christ dan mengkokang sebuah pistol. Dia membidik Raven dan bersiap untuk menarik pelatuknya.
"Ucapkan selamat tinggal? Atau menjadi informan ku?" seru Shanna dengan seringai
Semua sontak langsung mengarahkan pistol pada Raven yang terlihat pucat.
"Siapa kau sebenarnya?!" seru Grey
-TBC-
Agak pendek, huhuhu ಥ⌣ಥ biarin ya? Aku janji buat chat depan, bakal panjang. 2k word deh, asal jangan bosen aja 🤣
YOU ARE READING
Contract With Devil
Fantasy"Apa yang kau mau??" "Kekuasaan, balas dendam dan kematian orang orang yang sudah menghina ku" "Menarik. Apa yang kau tawarkan?" "Diriku sendiri" Pria itu menatap gadis di depannya dengan tatapan menyelidik. Dia menyeringai senang setelahnya. "Tentu...
Contract with Devil: Part 8
Start from the beginning
