Pesan Kris mematahkan semua pikiran negatif ku barusan. Pria ini memang tidak bisa ditebak jalan pikirannya. Rasanya yang menjadi penjahat dalam cerita ini adalah aku sendiri. Tuh, kan. Aku jadi nangis lagi.
***
Flashback
Seminggu berlalu sejak Gita bertengkar dengan Kris karena hal sepele. Gita menjaga jarak, Kris pun tak perlu repot membujuk Gita. Jika cewek itu memang marah padanya, ya, marah saja. Toh, dirinya juga tidak ada salah. Hanya karena dia tidak paham Gita yang ingin bermanja padanya, dia harus minta maaf? Maaf saja, bukan seorang Kris meminta maaf untuk sesuatu hal yang bukan salahnya.
Apalagi, tinggal seminggu mereka akan menghadapi ujian nasional. Kris harus fokus, dan lulus dengan nilai yang baik karena dia akan berencana kuliah di luar negeri.
Meski berusaha tak ambil pusing dengan Gita yang menurutnya semakin menyebalkan, nyatanya, Kris tidak bisa mengeluarkan Gita dari kepalanya. Cewek itu selalu berputar dalam pikirannya. Sesekali jika mereka berpapasan di kantin atau lorong sekolah, Gita tak pernah mau melihatnya, menganggap Kris tidak ada. Begitu pun Kris yang membuang muka setiap kali berpapasan. Tapi setelahnya, dia akan menoleh ke belakang hanya untuk melihat pacarnya. Sampai saat ini, dia tidak paham letak salahnya di mana.
Kris memilih berbelok ke perpustakaan mencoba mengusir Gita dari pikirannya. Mungkin dia bisa mendapatkan solusi dari hubungannya yang dingin seperti es balok.
Kris menuju pojokan yang agak tersembunyi diantara dua rak buku yang besar untuk membaca buku pilihannya sembari berbaring. Tapi sial, temannya lebih dulu ada di sana. Agung.
"Apa?" Agung yang tengah berbaring sembari memainkan game hanya menatap Kris yang berdiri menjulang dengan ekspresi tidak suka spot favoritnya diambil. Seharusnya dia tidak perlu memberitahu Agung tentang tempat ini. Berdecih kesal, Agung mengubah posisinya menjadi duduk, namun tak mau beranjak. Kris segera mengambil tempat di samping Agung dan membaca bukunya dalam diam. Sementara, Agung begitu berisik dengan suara gamenya. Berusaha untuk tidak menghiraukan, Kris memilih berkonsentrasi dengan bacaannya. Namun Agung terlampau berisik, hingga berhasil membuat Kris kesal setengah mampus.
"Lo pergi dari sini." Gumam Kris seperti perintah.
"Emang ini sekolah bapak lo? Gue juga bayar kali di sekolah ini." Agung tertawa melihat wajah kesal temannya. Hanya cowok ini yang berani menantang Kris. Dia tidak takut akan tatapan intimidasi itu. Sudah biasa baginya dari awal bertemu.
"Ini perpustakaan, bukan game zone." Tambah Kris dengan penuh penekanan.
Agung tertawa kemudian menjawab "Ya iyalah, ini perpustakaan. Mana ada mirip sama time zone. Aneh-aneh aja Lo. Sana, cari pacar. Eh, udah ada pacar, ding! Eh, iya lagi marahan."
Kris menghela napas pelan. Menyesal menceritakan apa yang terjadi dengan hubungannya bersama Gita. Entah sihir apa, Kris selalu menceritakan apa pun yang terjadi pada Agung, bahkan ketika cowok itu tidak bertanya.
"Bentar lagi lulus, nih. Baikan lah, sama Gita. Namanya juga cowok, napas aja salah." Agung memberi nasehat dengan mata terpaku pada layar ponselnya.
"Gue rasa, hubungan kami nggak akan berlanjut setelah lulus." Jawab Kris dengan nada getir, meski ekpresinya terlihat datar seperti biasa. Untuk pertama kalinya, Agung repot-repot mengangkat wajahnya hanya untuk menatap Kris.
"Lo mau ninggalin cewek secakep Gita. Rugi besar, bro! Belum tentu ada cewek cantik yang mau sama lo lagi. Mumpung Gita belum sadar dari khilafnya, mending Lo jaga dia, deh."
"Bukan gue yang ninggalin, tapi, Gita yang bakalan tinggalin gue. Dia, mungkin terima gue karena kasihan, dan cuma coba-coba sama gue."
"Idih, kenapa jadi melankolis gitu, Lo?" Kening Agung berkerut merasa heran dengan sahabatnya dalam tanda kutip.
"Pasti itu akan terjadi ketika kita lulus. Dia cantik, pintar, sempurna. Dia bakalan ketemu cowok yang lebih baik dari gue waktu kuliah. Dan, gue akan terlupakan seiring waktu. Kami akan kembali menjadi orang asing seperti pertama kali."
"Kalo Gita cuma suka sama lo gimana?" Tembak Agung dan berhasil membuat Kris gelagapan.
"Itu suatu hal yang mustahil. Hubungan ini cuma mainan buat dia." Kris menampik dengan senyum terpaksa.
"Ya udah, kalo lo aja udah pesimis gitu. Lepasin aja Gita. Lo putusin dia sekarang."
Kris terdiam dan menatap Agung. Mungkin, benar kata Agung. Putus dari Gita adalah jalan keluar terbaik.
"Ya, Lo benar. Gue bakalan putusin Gita setelah pengumuman kelulusan. Gue mau lanjut kuliah ke Amerika. Gue harus fokus, Gita cuma menjadi penganggu pada akhirnya." Ucap Kris dengan lantang, meski pada akhirnya hatinya tidak membenarkan.
Dalam ruang kecil hatinya, Kris berharap bisa bersama Gita meski harus terhalang jarak.
TBC
❤️❤️❤️
Halo-loha apa kabar rakyat dunia orens? Semoga sehat selalu yaa! Baru update lagi nih, semoga masih sabar menunggu endingnya. Mungkin karena dulu jedanya cukup lama cerita ini udaj ga banyak yang baca. Tapi pasti masih banyak pembaca lama yang masih setia sama cerita abal-abal. Udah hampir tiga tahun ya. Gilakk selama itu kalian masih sabar menunggu. Emang kayaknya udah jadi bakat kalian menunggu hal yang tidak pasti 😌😌😌
Seperti biasa aku selalu menantikan vote dan komen kalian. Meski aku kadang ga balas kadang karena kesibukan yang semakin liar, aku tetap baca satu per satu.
Tunggu part berikutnya ya bakalan seru nih. Kayaknya ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Ex!
ChickLitKehidupan Gita Saraswati yang tenang, aman damai sentosa harus terusik ketika atasannya yang baru pindah ke cabangnya. Jarang tidur, sering lupa makan, bahkan sampai lupa hari dan tanggal berapa mulai terjadi dibawah kepemimpinan bos baru. Dan, yang...
The Ex
Mulai dari awal
