Ya benar, aku takut berharap lagi padanya. Kenapa sih, aku lemah sama cowok ganteng, kaya dan baik hati kayak Ko Owen?

Ko Owen: Tapi aku berharap kita bisa menjadi teman, Git. Atau kita bisa menjadi Koko dan adek

Masih ngelawak lagi!

Gita: Udah deh, Koko sarapan sana. Aku mau mandi

Ko Owen: Oke deh, jam empat aku jemput. Dandan yang jelek

Aku tidak membalas lagi pesan Ko Owen yang terakhir dan memilih segera mandi. Kira-kira, apa saja yang dibahas sama dia ya? Apa aku bakalan canggung
***
Aku menghembuskan napas pelan, menetralkan degup jantung yang berdetak nggak normal. Rasanya, kayak anak ABG yang pertama kali pacaran dan nunggu dijemput pacarnya. Ya ampun, aku kenapa sih? Aku kembali berdiri dan meraih gelas berisi air putih, meneguknya sampai habis karena tiba-tiba mulutku kering. Aku menatap jam dinding bergambar produk dari perusahaanku. Masih setengah empat. Tapi aku udah selesai bersiap dari jam tiga karena nggak pengen membuat Ko Owen menunggu. Denting notif ponsel membuatku terlonjak sebentar. Dari Ko Owen pasti.

Sherly: Report program cashback sepuluh ribu belum dikirim Git?

Siiiaaaallll! Bagaimana aku bisa lupa report itu? Deadline-nya kan hari ini? Jam empat! Oh my gaawwwddd.

Gita: Mohon maaf Bu, saya lupa kalo deadline-nya hari ini. Segera saya input sebelum jam 4 🙏

Sherly: Walaupun cuti tanggung jawabnya harus tetap jalan ya, Git

Mana ada namanya cuti banget? Mimpi!

Gita: Maaf Bu segera saya selesaikan

Aku membuka laptop dan mengerjakan secepatnya sebelum Ko Owen datang. Belum ada dua menit dari chat terakhir Bu Sherly, pesannya masuk lagi.

Sherly: Git, ternyata report-nya sudah kamu email ke Pak Kris? Kok, nggak bilang, sih. Ngapain juga kamu email langsung ke beliau. Sudah saya bilang collect ke saya dulu.

Baru akan heran, tapi aku akhirnya paham. Kris menepati janjinya untuk mem-backup sementara pekerjaanku selama cuti. Dia benar-benar memberiku waktu untuk berpikir tentang hubungan kami.

Gita: Hehe maaf Bu saya lupa. Next akan diperbaiki, Bu

Aku menghela napas pelan dan membuka chat Kris. Terakhir pesannya masuk kemarin, saat dia bertanya apakah aku sudah sampai. Meski hubungan kami sedang jauh, bagaimana pun aku harus tetap berterima kasih padanya.

Gita: Selamat sore Pak, terima kasih sudah bantu mengerjakan report-nya

Tidak lama balasannya masuk selang lima menit.

Kris: It's okay. Saya sudah janji untuk back-up pekerjaan kamu sementara ini

Aku tidak membalas lagi pesannya. Apa dia sengaja membantuku, agar aku setuju untuk resign secara sukarela dan kami bisa menikah? Dasar licik, kamu. Aku nggak akan terpengaruh dengan kebaikan dia. Bagaimana pun, dia yang menawarkan bantuan. Aku tidak pernah meminta. Aku juga bisa egois. Aku nggak butuh waktu, aku tinggal membalas, jika lebih baik aku dan Kris tidak bersama, karena karir ku lebih penting. Tidak masalah, jika hubungan kami gagal untuk ke dua kalinya. Itu artinya kami memang tidak ditadirkan untuk bersama.

Kris: Aku melakukan hal ini karena memang keinginanku. Bukan untuk mempengaruhi keputusan kamu tentang hubungan ini. Aku tidak mengharapkan imbalan apa pun. Jangan merasa terbebani. Tidak perlu berpikir negatif, aku tahu kamu.

Hello, Ex!Where stories live. Discover now