「 열다섯 」

Mulai dari awal
                                        

Sebuah undangan reunian sekolahnya dulu waktu di Korea. Pemuda itu sempat berpikir kenapa ia juga di undang padahal kan ia tidak sampai lulus di sana, akhirnya ia membalaskan pesannya dan bertanya.

"Gw juga di ajak? Kan gw cuman nyampe semester 1 di sana"

Setelah mengetikkan balasannya ia meletakkan kembali handphonenya di saku celana dan menjalankan mobilnya menuju rumah yang sudah 5 tahun di tempatinya itu.

Sesampainya di sana ia langsung bergegas masuk rumah dan di dapatinya papa kesayangannya tengah menunggu untuk jam makan siang. Ia meletakkan tasnya di kursi samping dan mendudukkan dirinya di seberang papanya.

"Papa kenapa tiba-tiba ngajakin makan siang bareng?" Tanyanya sembari mengambil piring pemberian papanya.

"Pengen aja. Semenjak kalian bertiga udah kuliah papa jadi sering sendirian di rumah, ayah juga akhir-akhir ini lagi sibuk di kantornya" curhat sang papa sembari memasang wajah sedih.

Pemuda itu menatap wajah papanya yang sudah memiliki keriput sedikit. Di elusnya perlahan lalu di ciumnya singkat. "Mau balik ke Korea? Biar papa bisa bareng lagi sama papa Ten" tanyanya seraya menyuapkan makanan kemulutnya.

"Tidak usah, Jeno. Papa tidak mau merepotkanmu" elaknya.

Ya, pemuda yang di maksud itu adalah Jeno. Sekarang sudah kuliah semester 3 jurusan kedokteran, tepatnya ia berkuliah di University of Toronto.

Jeno membasahi bibirnya lalu menatap Taeyong. "Pa.. Jeno ke Korea boleh nggak? Cuma ingin ikut acara reuni, boleh ya?" Tanyanya sembari menatap dalam manik Taeyong.

Taeyong menghentikan kegiatan tangannya lalu menatap Jeno. "Kau yakin ingin ikut reuni?" Tanya balik Taeyong meyakinkan Jeno.

Bukannya Taeyong melarang tapi ia takut Jeno akan bertemu Renjun di acara reuni. Ia juga takut Jeno semakin terobsesi dengan Renjun hingga menculiknya, karena selama di Canada, Jeno sudah melakukan percobaan bunuh diri berkali-kali dan semuanya gagal.

Selama di Canada juga, Jeno mendapat perawatan psikologi untuk memantau perkembagan otaknya. Ia jadi lebih mudah emosi saat sudah terpikirkan tentang Renjun. Kalau mengingat beberapa tahun kebelakang itu termasuk tahun-tahun yang paling berat untuk Taeyong karena ia hampir saja kehilangan Jenonya.

"Kalau papa mengizinkan"

Taeyong mengusap surai lembut Jeno dan mengacaknya pelan. "Jangan melakukan hal-hal yang membuat papa sedih" peringatnya dengan senyum tipis.

Jeno mengangguk antusias dan memeluk Taeyong erat. "Makasih pa"

『•• J N R ••』

"Jun, lu ikut reuni?" Jaemin menyelundupkan kepalanya di sisi pintu dan menengok kedalam.

Renjun yang sedang membaca buku lantas perhatiannya beralih ke Jaemin yang berjalan mendekatinya. Duduk di sampingnya dan menatapnya penuh tanda tanya.

"Ikut! Kalau lu ikut juga" jawab Renjun dengan cengirannya.

Jaemin mengangguk dan melihat buku yang sedang Renjun baca. Buku tentang penilitian alien. Jaemin mengernyitkan dahinya tak percaya. Semenjak pindah ke China selera Renjun berubah total.

Mulai dari harum ruangan, ia menggantinya dengan orange. Ia juga sering memakai kaca mata padahal dulu sangat tidak mau memakai kaca mata. Lebih suka di kamar dari pada keluar bermain. Genre horornya seakan sudah tergantikan dengan penilitian alien. Nafsu makannya menurun drastis sehingga mempengaruhi berat dan tinggi badannya. Dan yah.. Renjun sangat sensitif jika sudah berhubungan dengan Jeno, ia seakan-akan menutup telinga tak ingin mengenal Jeno. Sangat aneh memang.

J N R | Norenmin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang