San menerima botol susu tersebut dengan senang hati, menyedot sekuat tenaga karna dia benar-benar kelaparan. Bahkan ketika Seonghwa menggendongnya, si bayi sama sekali tidak terusik.

Seonghwa mendudukkan San kecil di tengah-tengah kamar YunSan yang sudah diubah hampir 100% menjadi ruang bermain si kecil. Plushie-plushie koleksi San yang tadinya tertata rapi di lemari kini berserakan di lantai.

Seonghwa mengambil salah satu plushie berbentuk anjing shiba inu. Dia mengarahkan plushie favorit San dewasa itu pada San versi bayi.

"Ini apa?"

San melepas dotnya, "Woof!"

Ekor kucing yang lebat dan berwarna abu-abu itu bergerak-gerak antusias.

"No. Ini shiber," koreksi Seonghwa.

"Woof!"

"Shiber."

"Woof!"

San bertepuk tangan, menyangka kalau jawabannya benar. Sedangkan Seonghwa hanya bisa mengeluarkan senyum paksa.

"Terserah Kamu aja deh."

Merasa panggilannya salah, San protes, "Noo~ No mmu, ni canie!" ("Bukan~ Bukan kamu, ini San-ie!")

"Iya-iya. Ini San-ie bukan Kamu."

Menit-menit berikutnya Seonghwa diabaikan karna San sibuk bermain dengan plushienya. Bibir kecilnya bergumam bahasa bayi. Terlihat sekali si kecil asik dengan dunianya sendiri.

Seonghwa buru-buru mengambil satu bantal dari tempat tidur ketika San menguap kecil, meletakan bantal tersebut dekat dengan si bayi kucing.

San menatap bantal yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya. Dengan mata yang setengah tertutup dia menaiki bantal itu, tidur meringkuk sambil melingkarkan ekor kucingnya.

Tidak butuh waktu lama untuk San tertidur pulas di atas bantal . Seonghwa tersenyum kecil, memindahkan bantal ke atas kasur agar San tidak kedinginan sekaligus menyelimutinya.

"Tidur yang nyenyak, San-ie."

Seonghwa menutup pintu kamar dengan perlahan. Pandangannya beralih pada ruang tengah Dorm yang berantakan.

"Okay, Hwa. Mumpung San tidur, ayo bersih-bersih!" monolognya.

Seonghwa tidak menyangka kalau membersihkan Dorm sendirian ternyata memakan waktu yang sangat lama, mungkin sekitar 1-2 jam baru dia selesai. Niatnya ingin mandi lalu setelah itu mengecek San malah tertunda ketika tangis bayi terdengar.

Yah, Seonghwa bisa mandi kapan-kapan.

Seonghwa membuka pintu kamar YunSan dan tangisan bayi itu semakin kencang. Dia menghampiri San yang masih tengkurap di atas bantal.

"San-ie nyari Hwa Hyung?" tanyanya sambil mendekap San dalam gendongannya.

Seonghwa menimang-nimang San kecil sambil menepuk-nepuk punggungnya. Dia juga menggumamkan beberapa kalimat berupa bujukan agar si bayi kucing berhenti menangis.

Satu dari sekian hal yang berbeda dari San bayi versus San dewasa adalah dia sangat clingy dan manja. Ketika bangun, San harus melihat seseorang ada di sampingnya atau jika tidak dia akan menangis kencang sampai ada yang menghampirinya.

Beberapa menit kemudian, tangisan San mereda dan hanya menyisakan isakan kecil.

"Mau susu?" tawar Seonghwa.

San mengeratkan pelukannya pada leher Seonghwa, kepalanya menggeleng, "Nda!" ("Enggak!")

"Hwa mandi, boleh?"

"Nda!" ("Enggak!")

Okay, kalau begitu Seonghwa akan menunggu member ATEEZ lainnya pulang latihan agar bisa gantian menjaga San kecil.

Nyatanya setelah member ATEEZ pulang latihan, San masih belum melepaskan Seonghwa. Dia bahkan akan menangis kencang kalau Seonghwa melepaskan gendongannya. Member lain sudah berusaha membujuk tapi tidak mempan sama sekali.

Jadi, Seonghwa tidak jadi mandi. Dia hanya mengganti bajunya karna baju yang tadi sudah lengket oleh keringat. Itupun berhasil karna Seonghwa meletakan San di kasurnya, sementara dia berganti baju di depan si bayi kucing.

"Hwa nan ndi," ("Hwa jangan pergi.") suara San tiba-tiba.

"Engga. Hwa cuma mau naro ini. Sebentar aja ya?"

San menggelengkan kepalanya, tidak setuju dengan usul Seonghwa, "Janan ndi!" ("Jangan pergi!")

Seonghwa melempar pakaian kotornya di sudut ruangan. Biarkan, toh besok dia bisa membereskannya sebelum San bangun.

Seonghwa menghampiri San kecil yang masih duduk di kasur, "Sekarang mau apa?"

San mengabaikan Seonghwa. Dia memilih bermain-main dengan ekornya, memeluknya dan kadang-kadang menusuk-nusuk benda berbulu itu.

Seonghwa pikir ini waktu yang tepat untuk kabur. Mandi, maksudnya.

Tapi baru satu langkah, San langsung mendongak, "Nan ndi!" ("Jangan pergi!")

"Iya-iya. Enggak pergi kok."

Seonghwa duduk di samping San, memerhatikan si bayi hybrid bermain dengan ekornya.

Tiba-tiba San merangkak menghampiri Seonghwa, duduk di depan Hyung tertuanya. Tangan mungilnya mengucek sebelah mata, mulutnya juga menguap kecil, telinga kucingnya juga melemas, begitu juga ekornya.

"Tidur?"

San mengangguk lucu.

Seonghwa membaringkan tubuhnya, di sebelah kanannya ada sedikit space untuk tidur San. Bukannya ikut berbaring, si bayi kucing malah menaiki tubuh Seonghwa, berbaring di atasnya.

San bergerak-gerak gusar, lalu turun lagi dari badan Seonghwa. Dia memukul perut Seonghwa, sementara si korban memerhatikan dalam diam.

"Yung! Ni yas," (Hyung! Ini keras,") San menunjuk perut Seonghwa.

Ah, Seonghwa lupa kalau dia sedang membentuk otot perutnya. Pasti itu yang dimaksud keras oleh si hybrid kucing.

"Terus gimana?"

San memerhatikan perut Seonghwa, mulutnya mengerucut tanda merajuk. Dia sendiri bingung harus tidur bagaimana.

Seonghwa mengambil satu bantal, meletakan benda tersebut di atas perutnya, lalu menatap San, "Gimana?"

San kembali naik walaupun agak susah karna lebih tinggi. Sementara Seonghwa membantu menahan bobot hybrid kucing tersebut dengan tangannya.

Berhasil.

San bergerak-gerak sedikit seperti mencari posisi nyaman, dalam hitungan menit kamar itu sunyi senyap karna penghuni sudah terlelap.

Yups, Seonghwa juga tertidur. Mungkin kelelahan karna menjaga San seharian ini.

ToBeCountinued

hayyi:3
oke, ini sebenernya buat sanie birthday, but karna satu dan lain hal ku publish sekarang:'
aku punya ekspetasi tinggi sama book ini, mengingat sodaranya yg punya universe mirip bisa sesukses itu

[✓] Little Kitten Where stories live. Discover now