Pertemuan & Perpisahan

24 3 4
                                    

Kita pernah menjadi satu
Yang akhirnya menempuh jalan yang buntuh
Kita pernah bersama
Yang akhirnya berakhir di jalan yang berbeda

12-04-20

☁️

Ada beberapa orang yang tidak mau di perhadapkan denga kedua sinonim itu. Mereka selalu bertanya dan berpikir ;

'Apa gunanya ada pertemuan, kalau kita tahu tidak ada yang abadi
Apa gunanya ada perpisaham, kalau kita tahu kenangan bisa meninggalkan kepedihan'

Setiap hari, setiap jam, menit dan detik.
Semesta akan selalu merangkai sejuta pertemuan yang bersamaan dengan itu, dia juga akan menciptakan perpisahan. Kita hidup untuk memulai, menyambung, atau mengakhiri sebuah pertemuan. Tentang emosi dan perasaan, itu hanyalah bumbu pemanis di tengah perjalanan kita nanti.

Mari kita bayangkan... bagaimana perpisahan dan pertemuan dalam hidup itu terjadi...

☁️

Ada sebuah bus berhenti di depan halte yang kita tempati, kita menetapkan tujuan kemudian menaiki bus itu. di situlah kita memulai pertemuan. Kemudian dalam perjalanan, kita menikmati pemandangan diluar
jendela yang memanjakan mata; ada gunung, sawah, burung yang hinggap di atas tangkai pohon mangga, atau kupu-kupu yang hinggap di atas sebuah tangkai bunga dandelion di padang bunga, kita menikmati
indahnya alam di luar jendela.

Kemudian pandangan kita beralih ke dalam bus, kita melihat interaksi yang membuat kita tertawa. Seorang ibu yang tertawa mendengar celotehan anaknya yang berseragam smp, mengatakan tentang bagaimana mengerikannya pria botak dengan perut buncit di sekolahnya, atau seorang ibu yang kesusahan merapikan wajah bayi cantiknya yang berlepotan coklat. Lalu kita juga melihat beberapa pasangan yang ada di bus itu, saling bercengkrama, ada yang saling berpelukan, berciuman, dan saling menyandungkan syair
puisi untuk sang kekasi. Sampai mata kita dibuat berhenti karena menangkap sepasang mata yang juga menatap kita, dengan penuh canggung “Dia” berjalan ke arah kita, tangan yang diselipkan di punggungnya terangkat sambil di ikuti sapaan “hallo”.

Tanpa bantahan dan singgungan, kita memulai percakapan, saling mengenal dan memahami. Kita berbagi pikiran, beban, dan rasa. Kita berdiskusi tentang bagaimana indahnya kehidupan didalam bus itu, tangan kita saling menggengam dan merasakan kehangatan masing-masing, kemudian tertaawa bersama.

–“lalu dari semua itu kita merasakan sebuah emosi yang tidak mau kita lupakan"

Sampai akhirnya, bus itu berhenti di depan sebuah halte. Tempat perhentian yang mengharuskan kita harus turun dari bus itu, meninggalkan semua yang ada di bus itu. tempat dimana tujuan yang kita tetapkan dahulu menunggu untuk di jemput. Di saat itulah perpisahan terjadi. Dengan paksaan kita pun menuruni bus itu...

Meninggalkan ibu dengan anaknya yang sedang menangis. Dan meninggalkan pasangan-pasangan yang sedang menyandungkan syair perpisahan..

Meninggalkan “Dia” yang duduk diam di kursi bus, matanya yang berwarna biru terang menatap dari balik jendela dengan tatapan hampa, tangannya terkepal dan suaranya bahkan tidak terdengar untuk sekedar
mengucapkan selamat tinggal..

☁️

Saat itulah kita mempertanyakan esensi dari sebuah pertemuan hidup. Kita akan mulai menyesal dan marah. “kenapa aku harus menaiki bus itu? kalau saja...” kalau saja dan kalau saja. Ketahuilah, kita tidak bisa menaiki bus itu untuk kembali. Karena bus itu sudah ditetapkan dengan rute untuk terus “maju”
seberapa kalipun ia berhenti, ia akan terus berjalan kedepan—artinya dia tidak bisa kembali, rute itu tidak ada.


Begitulah kita mengetahui bagaimana esensi dari sebuah perpisahan hidup. Bahkan setelah kita menetap dan tidak pernah melihat bus itu lagi. Setiap hal yang terjadi dalam bus, itu selalu menjadi matahari pagi saat kita bangun, dan menjadi bulan saat malam, ketika kita tertidur. Menyisikan emosi yang sangat berbanding terbalik dengan apa yang kita rasakan saat berada didalam bus. Ada begitu banyak pertemuan dan perpisahaan yang telah dirancang.

"Hidup tidak selamanya lurus, adakalanya dia harus menempu jalan buntu.
Hidup tidak selamanya berjalan dengan sebuah genggaman, adakalanya dia, kita,
kamu dan aku, harus memprioritaskan diri untuk melepas dan berjalan sendiri"














Next



















[A/N]

Salam sehat selaluuu dari semanggi yang sekarang lagi rebahan chantikkk

'Anggelinaa
'7321
🍀🍀🍀🍀🍀

logophile☁️Où les histoires vivent. Découvrez maintenant