Sebenarnya Irene sampai kini masih belum menerima jika ketiga putra cantik dan manisnya melakukan pekerjaan yang amat berbahaya, terutama si bungsu yang harus turun langsung ke lapangan. Tapi meskipun ia menolak keras, ketiga putranya pasti memiliki cara untuk meluluhkannya.

" Injun kemana?" Jaemin dan Haechan yang tadi asik fokus menatap televisi menoleh kearah Irene yang kini berjalan kearah mereka.

" Nggak tau." Jawab Haechan acuh, Jaemin menggelengkan kepala menatap kakak keduanya,
" Injun hyung tadi bilang mau ketemu temennya bun." Sahut Jaemin. Irene menganggukkan kepalanya kemudian berlalu menghilang di balik dapur.

Haechan langsung mengalihkan pandangannya kepada Jaemin, "Emang Injun hyung punya temen na?"

" Nggak tau." Jawab Jaemin acuh dan memfokuskan pandangannya kearah televisi, Haechan mendengus kasar, untung adik tersayangnya.

.
.
.
.
.
.



" Kamu nggak papa?" Seorang pria tampan membantu pemuda mungil yang tadi tidak sengaja ia tabrak, si pemuda mungil yang jatuh itu hanya mengangguk.

" Kamu yakin? Baju kamu kotor begitu" ucap si tampan, Renjun, si pemuda mungil yang menjadi korban itu mendengus keras, sebenarnya ia tak masalah mau bagaimana tentang penampilannya, ia bukan Jaemin yang selalu tampil modis maupun Haechan yang selalu menawan dengan keseluruhan serba adidas. Dengan tersenyum Renjun mendongak menatap langsung pria yang sialnya sangat tinggi untuk tubuhnya yang terbilang mini.

Seketika Renjun merasa sedikit dongkol karena perbedaan tubuh mereka yang terlalu mencolok, "Nggak papa, lagian kamu nggak sengaja. Udah aku buru-buru." Ujar Renjun buru-buru, namun belum sempat ia melangkah si pemuda tampan tinggi yang tak ia ketahui namanya itu malah mencekal lengannya erat.

" Apalagi?" Tanya Renjun berusaha keras menstabilkan suaranya agar terlihat tenang, demi apapun ia buru-buru dan pria di depannya ini malah mengulur waktunya.

" Kamu beneran nggak papa? Aku bisa tanggung jawab." Desaknya agar Renjun menerima tawarannya. Si mungil mengeryit heran, baru kali ini dia menemui seseorang yang mendesak agar di suruh bertanggung jawab.
" Udahlah lupain, aku buru-buru." Dengan keras si sulung Na itu menyentak cekalan si pria yang sampai kini tak ia kenal, dengan tergesa ia segera berlari menuju cafe tempat ia dan temannya akan bertemu.

Samar-samar, Renjun masih mendengar teriakan si pemuda tampan tadi di belakangnya. Dengan menggelengkan kepala ia berusaha acuh, meskipun dalam hati ia menggumamkan sebuah nama.

" Lai Guanlin, ya?"

Nama si pemuda tampan yang entah mengapa Renjun akui memang tampan.











.
.
.
.
.
.
.




Irene menggeram marah, wanita yang masih sangat teramat cantik meskipun telah memiliki tiga putra itu kini menatap nyalang dua orang yang tengah tertawa bersama di atas pohon, siapa lagi jika bukan sang suami dan putra keduanya? Na Suho dan Na Haechan. Entah apa yang tengah keduanya itu pikirkan, bahkan dengan santainya dua orang itu membuat mainan pesawat terbang dari tumpukan uang yang ada di samping mereka dan melemparnya sembarang arah.

Irene memijit pelipisnya pening, entah bagaimana lagi ia harus menghadapi dua manusia tak berakhlak yang selalu mempunyai ide ajaib dengan tumpukan uang-uang itu. Belum sempat rasa pusingnya hilang suara tembakan dari arah taman belakang membuat bunda cantik ini hampir terjengkang, bahkan jantungnya berdebar sangat keras saat ini.

" Apa lagi sekarang?" Gumamnya lirih. Dengan lunglai Irene melangkahkan kakinya menuju taman belakang, matanya seketika membola mengetahui apa yang tengah anak bungsunya lakukan.

" NANA! YAAMPUN." Jaemin yang mendengar teriakan histeris bundanya hanya tersenyum polos sambil berkata " maapin nana ya bun, tadi lupa pakai peredamnya bunda kaget ya?" Tanya nya polos, bahkan ia sampai lupa bahwa kini tangan kanannya tengah terselimuti oleh cairan merah pekat.

" NANA, KENAPA BURUNG DADDY KAMU BEDIL?" Irene yang mendengar teriakan suaminya kini menyandar di salah satu pilar, kali ini ia berminat hanya menyaksikan tanpa ikut campur.

Suho datang terbirit-birit karena penasaran dengan teriakan istrinya setelah mengetahui bahwa objek tembakan putra bungsunya kali ini adalah burung kesayangannya Suho langsung heboh bukan main, ia menatap tak percaya pada seongok tubuh burung yang sudah di mutilasi oleh putra manisnya.

" Weh, weh buwung apa itu?" Tanya Haechan menyusul daddynya, matanya menelisik burung berukuran sedang yang sudah tak berbentuk akibat ulah adiknya, " Buwung puyuh toh." Sahut Haechan menyimpulkan, kepalanya mengangguk-angguk seolah tahu.

" Buwung puyuh gundulmu, itu burung pigeon racing daddy." Sahut Suho dengan kesal, ia impor langsung burung yang telah tidak bernyawa itu langsung dari luar negeri dan sekarang dengan entengnya putra manisnya membunuhnya bahkan menyamakannya dengan burung puyuh. Suho gila, ia sekarang agak menyesal entah karena apa.

" Maafin nana dad, tadi burungnya hinggap di atas pager, nana kira itu burung merpati liar ternyata burung kesayangan daddy toh?" Tanya Jaemin dengan menggenggam pisau kecil yang selalu ia bawa kemanapun dan telah ia gunakan untuk mengeksekusi burung tadi.

" Kamu nggak lihat kalo burungnya punya kalung na?" Tanya Suho dengan lemas, mau mengumpat tapi nanti di sleding sang istri. Jaemin nampak berpikir sebentar sebelum merogoh sesuatu di kantung celananya.

" Oh yang ini?" Tanya Jaemin mengangkat kalung kecil berbandul tulisan PIRA dari emas, " Tadi sih nggak lihat, tapi waktu burungnya jatuh baru kelihatan dad." Ucap Jaemin dengan sangat enteng.

" Ini nana balikin kalungnya dad." Suho hanya bisa tersenyum miris sembari menggenggam kalung kecil di tangannya, ia masih tak bergeming setelah Irene menepuk pelan bahunya dan kemudian malah menertawakannya.

" Makanya dad, punya uang jangan dibuat mainan." Ejek Irene senang, baru kali ini ia melihat suaminya begitu menyesali sesuatu, sepertinya ia harus mengapresiasi putra bungsunya.

" Dahlah, mau nangis aja sekarang." Gumam Suho dengan sangat teramat lirih, malu dia kalo ketahuan sama anak-anaknya terutama si tengah, meskipun mereka partner tapi terkadang si Haechan bisa jadi pengkhianat untuknya. Bahkan sekarang dengan entengnya Haechan malah menertawakan kesedihannya, benar- benar anak kurang ajar batin Suho miris.

" Besuk beli lagi lah, yang bener-bener kelihatan kalo mahal." Gumam Suho pelan.














Hallo ges, maapin ya kalo upnya lama, because kemarin-kemarin aing harus ujian dulu. Tapi sekarang udah kelar yey. Tapi kelarnya ujian juga nggak menjamin aku up work ini cepet karena ternyata aku juga punya work-work lain yang sedang aku garap huhuhu maapin ya kalo nggak konsisten.
Makasih buat yang mau nunggu dan baca.
Jangan lupa vote dan komennya ya.
Paypay
Tbc
..........

☑️The Na Brothers [NOMIN ft MARKHYUK ft GUANREN]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt