"Mau saya bawa ke kamar mandi," ujarnya tambah nyebelin.

Tanpa sadar gue malah tersenyum. "Ih punya apaan sih, sombong banget pake mau dibawa ke kamar mandi segala."

"Hahahaaa... gak bakalan saya kasih tahu sebelum sun dulu."

"Ogah!"

"Oke," Tutup Panci mengangguk-angguk, dia lalu membuka kancing kemejanya dan menanggalkan kemeja itu tanpa ragu. Kemeja biru langit itu lalu di simpan di atas kasur secara sembarang. Sekarang tubuh atletis euuum sedikit buncitnya terpampang di depan mata. Dia membuka ranselnya, lalu mengambil sesuatu di dalam sana sambil melirik ke arah gue dengan tampang yang ngeselin. Gue bersedekap tangan di depan dada, sementara dia sekarang mengeluarkan dan memasukan sesuatu yang dia pegang dan belum gue tahu apa itu. Mukanya minta digampar sandal banget sumpah. Dia pikir gue bakalan kepo kali.

Dari pada meladeni keusilannya, lebih baik gue ke dapur dan ngambil jeruk. Tapi baru aja gue berbalik, tiba-tiba sebuah suara menahan pergerkan gue.

"Duuh..  duh... apa ya ini berat banget,"

"Apa sih, Mas."

"Yakin gak mau tahu?" tanyanya sambil menaik-naikkan sebelah alisnya. "Entar nyesel loh,"

"Ya apa?" Gue mendekat ke arah dia, dan dia buru-buru menutup ranselnya lagi. Lalu jati telunjuknya bergerak-gerak di depan gue, tanda gue gak boleh ngingip. Kan ngeselin. Langsung aja gue cubitin kulit pinggangnya. Gue kuliti sekalian.

"Aw... aw... sakit, Yang."

"Ampun gak?"

"Ampun," ujarnya sambil meraih pinggang gue lalu membawa gue jatuh di kasur dengan dia di samping gue, meluk gue. Tawanya langsung berkumandang lagi.

"Ngeselin banget sih," ujar gue seraya tertawa-tawa. Ya, ujung-ujungnya gue gak tahan juga buat ketawa. Dia lalu membalik gue menghadap dia, lalu tersenyum lembut. Sekarang kami saling berhadapan dengan posisi miring atau bisa dibilang menyangping.

"Mandi dulu sana, bau." Gue mendorong dada tanpa bajunya. Agak lengket, pasti keringat.

"Hahahaaa..." Bukannya menyingkir dia malah ketawa lagi. "Tadi di kampus ada pesenbud, terus saya dapet doorprize, Yang."

"Serius? Apaan?" Kali ini gue gak mendorong-dorong dia lagi. Justru bersemangat sambil menikmati tatapan menghanyutkannya.

"Gak tahu, belum saya buka."

"Ya udah buruan buka."

"Bentar," Tutup Panci meraih ranselnya yang ada di belakang gue. Tapi dasar Tutup Panci, bukannya berdiri dulu, dia malah ngambil sambil masih tiduran. Alhasil posisi gue jadi terlentang dan dia menindih gue. Engap banget astaga.

Sebuah benda terbungkus kertas cokelat yang gue lupa apa namanya sekarang menari-nari di depan muka gue. Bentuknya kayak tabung dan cukup gede.

"Buka, Mas."

Tanpa aba-aba Tutup Panci menyobek bungkusan itu. Omong-omong posisi dia udah tiduran lagi di samping gue.

"Celengan?" tanya gue begitu melihat benda yang terbungkus itu ternyata celengan. Gambarnya kuda poni, lucu banget.

Tutup Panci mengobservasi benda yang dipegangnya, lalu mengangguk.

"Iya, ini celengan. Hahaha... lumayanlah buat nabung."

"Hahahaa... iya, buat masa depan kita."

"Bentar, saya ada uang receh." Tutup Panci berdiri dari posisi tidurannya, lalu merogoh-rogoh saku celana bahannya.

Gue ikut duduk dari posisi tiduran gue dan mengamati dia yang lagi nyari uang receh itu.

"Yup, ini dia." Tutup Panci mengacungkan uang berwarna hijau dan ungu yang udah terlipat-lipat gak karuan. Dia lalu memasukkannya ke dalam celengan itu.

"Eh bentar, kayaknya masih ada deh. Di mana ya?" Dia merogoh-rogoh lagi saku celananya dan tadaaaaa... selembar uang berwarna biru berhasil didapat dari saku belakangnya. Gue nangis darah uang warna biru itu dibilang receh sama dia terus disimpennnya juga disaku belakang. Mengabaikan tangisan darah virtual itu, gue pun membuka bantal, lalu mengambil uang dua rebuan dan uang koin seribuan dari sana. Nah ini baru receh. Gue pun memasukkannya ke celengan itu. Terdengar bunyi yang nyaring waktu gue masukkin uang koin di tangan gue.

Gue pun mengambil celengan di tangan Tutup Panci dan mengocoknya. Senyum gue langsung mengembang mendengar suara itu, begitu juga sama Tutup Panci.

"Kita harus sering-sering nabung, Yang."

"Iya, pokoknya kalau Mas ada uang lebih masukin ke celengan ini ya."

"Siap, Ibu Negara!" Tutup Panci langsung hormat. Gue gak tahan buat gak ketawa. Dia juga ikutan ketawa. Akhirnya kami berdua ketawa-tawa. Ya begitulah kami, pasti ada aja yang diketawain meski gak lucu.

😍😍😍😍😍

Eaaah kata Anna sama Pak Nagas jangan lupa nabung geeengss 😙😙😙😙😙

Jawa Barat, 28 Feb 2021
Salam Manis @Guppy_Rh
Jaaa neee 😙😙🍎

Pak Doktor, ACC Dong! ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن