Girl

893 107 64
                                    

Ichiro mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya ke tanah, menunggu kliennya yang dari empat puluh lima menit tadi belum juga datang.

Pendar lampu taman membuat beberapa serangga kecil mengitarinya, pemuda merah itu memperhatikannya. Ia sudah bosan menunggu, baterai smartphonenya sudah menunjukkan angka 1% sebelum akhirnya mati dengan sendirinya.

Ichiro mengumpat dalam hati, kalau bukan demi adik-adiknya mana mau ia menunggu klien yang tak jelas ini. Mau makan apa mereka besok?

Kliennya kali ini hanya memintanya mengantarkan barang kepada seorang yakuza dan Ichiro hanya perlu menunggunya di taman kota Yokohama.

Ia hanya berharap orang ini bukan Samatoki. Apabila memang Samatoki, ia juga akan langsung pergi menghindari pertengkaran tak penting.

Punggung disandarkan ke kursi besi tempatnya duduk, helaan nafas pelan lolos dari kedua belah bibirnya. Ichiro sudah merasa cukup sial hari ini.

Mulai dari uangnya yang hilang entah karena terjatuh atau memang kelalaiannya, berdesak-desakan di kereta yang membuatnya sesak, dan baru saja ia dihadang perampok bermodalkan Hypnosis mic illegal.

Memang tak ada efek dari serangan mereka tadi dan pemuda sembilan belas tahun itu dengan mudah menumbangkannya. Atau belum, mungkin?

Dan sekarang menunggu orang tak jelas yang belum juga datang.

Manik dwiwarnanya menangkap pemandangan pria berjaket biru tua, berhelm dengan sepeda motor berhenti di samping tiang lampu taman dekatnya.

Menegakkan tubuhnya, Ichiro berpikir bahwa orang inilah yang dimaksud kliennya.

Terlihat tak asing, Ichiro memperhatikan pria itu, tingginya hampir sama dengannya.

Tampak ia melepas helm yang dikenakannya, menampilkan helaian putih keperakan yang kemudian ia sisir ke belakang dengan jarinya.

Ichiro mengernyitkan keningnya, memperlihatkan wajah malas dengan Yakuza yang dimaksud kliennya.

Ya, Yakuza itu Samatoki.

Samatoki turun dari motornya, menatap sekilas sang pemuda lalu berjalan mendekatinya.

"Dari sekian banyak yorozuya di Jepang, kenapa bawahanku memilih bocah bangsat ini?"

Jelas Samatoki sengaja menyulut api pertengkaran. Ichiro memutar bola matanya malas.

"Sapaan yang ramah, tapi aku sedang malas bertengkar denganmu. Ini, ambil."

Ichiro handak berdiri mengulurkan kotak hitam yang sedari tadi bawaannya, sebelum ia terhuyung sambil sambil memegangi kepalanya.

Samatoki terkejut namun dengan sigap ia menangkap tubuh Ichiro sebelum terjatuh ke tanah berrumput.

"Oi, Kau baik-baik saja?"

Erangan lolos dari bibir Ichiro, menahan rasa nyeri di kepalanya sambil mencoba berdiri.

Pria bersurai perak itu malah membuatnya kembali duduk di kursi. Sebenarnya albino ini khawatir juga apabila terjadi sesuatu dengan Ichiro.

Ichiro merasakan aneh dan sedikit panas ditubuhnya. Efek hypnosis mic tadi?
Tiba-tiba dadanya membesar, jangan lupakan dua tonjolan di ujungnya, pinggangnya serasa menyusut membuat pakaiannya terasa sangat longgar, dan helaian hitam gelapnya memanjang hingga punggung.

Netra sewarna darah Samatoki membelalak, tak percaya menyaksikan kejadian aneh ini. Apakah Ichiro sebenarnya siluman?

Ichiro mengerjap ketika dirasa pusing di kepalanya tiba-tiba menghilang. Ia melirik ke wajah Samatoki yang masih terlihat syok.

Book SamaIchiWhere stories live. Discover now