"Saraaaaaap! Neeeeek!" ia menepuk pipiku keras dan memelukku lagi, untuk kesekian kalinya.
Masih gak percaya katanya, padahal aku mulai ngerasa ini modus aja biar dia bisa abusive.
"Rumah lo...gede banget. Si Om ini kerja apaan sih?" aku terkagum-kagum saat Nina ajakin nongkrong di patio. Bayangin! Rumah tinggal punya patio ala-ala hotel berbintang. Ada taman depan, patio, lalu kebun. Patio nya juga ada lebih dari satu, mengingat instruksi pada ARTnya: "Bukan yang deket kolam ya, yang di pojok..."
Jeez. Bakrie lewat.
"Ssssst. Diem gausah nanya-nanya. Ini waktunya gue yang tanya." ia menjawab misterius.
Nyampe ke patio yang adalah saung-saungan ala Timur Tengah, dengan bantal dan permadani dan alat seesha, di bawah pepohonan rindang.
Oase banget setelah perjalanan dua jam stress takut nabrak alay-non-protokol nyamber-nyamber dan mak-mak-emosi-jiwa-tanpa-sein barusan. Aku mendelosor. Dengan cepat jadi rileks dan cerita-cerita seru.
"Jadi, gue ke sini selain kasih oleh-oleh dan bikin lo jantungan...gue butuh pendapat lo juga, Nek."
Setelah sesi pembagian souvenir yang diwarnai pekikan senang, aku menceritakan soal Avant. Semua-muanya. Termasuk...kejadian semalam.
"Oh my God."
Ala Janice, plus kibas-kibas tangan ikonik.
"Iya, Nek. Oh my God. Gimana ya..." aku mengambil gelas berisi rose tea dan me-refill-nya entah untuk kesekian kali.
Ia memelukku lama. Pelukan cewek itu, beda banget sama cara menghibur cowok, meski Kiky sekalipun. Bener-bener bisa menjebol bendungan perasaanku. Aku yang tadinya sedih tapi baik-baik saja seperti Pingkan Mambo, mendadak ugly-crying ala Awkarin seketika begitu dipeluk dan ditepuk-tepukin Nina.
"Nek. You know what it means..." ia berkata sambil tetap memelukku, "It's Johnny Depp's law."
"HAH? Apaan tuh?!" aku melepaskan diri dari rangkulannya.
"If you love two people at the same time, choose the second one. Because if you really love the first one, you wouldn't have fallen for the second." Nina menjawab serius.
Wow. Did Johnny Depp really says that?!
"Bentar. Dalam kasus gue, yang mana yang first, mana yang second nih..."
"Dharma second lah. Kan lo komitmennya ama si Avant duluan..."
Hmmmmmmmm.
"Lo jadi gue..."
"Nek. Gue gak jadi lo pun, gue pilihnya Dharma." potong Nina segera.
"Gue ini adalah penganut paham cinta adalah oksitosin, Nek..." Nina mulai menjelaskan, "Buat gue, cinta itu bukan perasaan yang magical-magical amat. Bentuknya banyak, bisa bromance, sahabatan kayak kita, suami-istri, ke anak-anak, semuanya love. You missed them when they're not around. Got it?"
Aku mengangguk.
"Lalu ada physical obsession, sama aja, ini juga bukan perasaan tralalala. It's simply, lo liat orang lo demen apa kagak, atau lebih jauh lo sanggup gak have sex sama dia... Bisa banget lo cuma physical obsessed ama orang, tapi secara personal gak ngangenin. FWB-FWB dan ONS-ONS itu laaah.
Kalau dapet kombo cinta dan obsesi fisik pada seseorang... That's romantic love. Ini yang sering digembar-gemborkan sebagai "love" sama orang umum. Ini yang dimaksud sama Johnny Depp barusan.
Pertanyaan gue, apakah lo ngerasa romantic-love pada Avant dan Dharma?"
Hooo. "Iyalah."
"Lalu, apakah keduanya kira-kira merasakan romantic-love pada lo?"
Nah. Ini. "Avant enggak sih kayaknya. Sure, he loves me, but he has no interest doing anything physical. Apalagi physical obsessed."
"Yaudah. Jelas kan jawabannya." Nina menjentikkan tangan, "Masalahnya ini tuh lo mau nikah. Nikah itu Nek, ama orang yang lo cinta dan nafsuin aja, berat. Buat nikah tuh gak bisa cuma modal cinta doang, tapi butuh compatibility!
YOU ARE READING
Plot Twist
ChickLitMeskipun dikategorikan sebagai single happy person, sebetulnya Neria juga menginginkan apa yang dimiliki oleh sahabat-sahabatnya: rumah, suami, anak...keluarga. Neri lalu bertemu dengan dua lelaki dari masa lalu: Dharma dan Avant. Tapi, tidak semuda...
Surprises & Forgiveness
Start from the beginning
