WIAIndonesia reading list periode 6 | Mythic Fiction | Adult Romance |
Bagaimana jika ternyata Persephone sendiri yang memakan enam biji delima untuk bisa kembali ke sisi Hades tiap musim semi berganti?
***
Serangan raksasa di Sisilia memaksa Persep...
Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.
🔱Καλή ανάγνωση🔱
Semerbak wangi bunga menguar di udara begitu seorang gadis berlari keluar kastil sambil bersenandung riang. Kaki jenjangnya menapak ringan, menggemburkan tanah. Tiap jejaknya meninggalkan bunga Baby Breath warna-warni yang membentuk pelangi di sepanjang jalan.
Pohon-pohon serta-merta merunduk, menyambut sang dewi dengan ranting yang menekuk gemulai. Rerumputan yang semua menyampir malas pun seketika tegak berdiri, menari mengikuti desir angin yang menyertai dewi berhias kembang mahkota tersebut.
Dialah Persephone, dewi musim semi. Putri kesayangan Demeter, dewi pertanian yang memberkati bumi dan segenap isinya.
Persephone menengadah dan tersenyum kecil, menikmati pemandangan langit biru berhias kilau keemasan di angkasa. Pagi baru saja dimulai, waktu yang tepat untuk menumbuhkan bunga-bunga.
Netra shapire milik Persephone yang memantulkan bias cahaya mentari berbinar laksana intan, berpadu dengan rambut cokelat gelap yang kontras dengan kulit putih dan semburat merah di pipinya. Kembali bersenandung, ia mengitari pekarangan kemudian menuju bukit di belakang kastil. Tujuannya hari ini adalah lemba Nisya di sisi timur pulau Sisilia.
Persephone memelankan langkah dan berjinjit kecil begitu melewati sekelompok jamur madu yang sedang terlelap. Tidak seperti kebanyakan tumbuhan, talus yang menerangi pekarangannya di malam hari itu berisitirahat dari pagi hingga petang menjelang. Mereka terjaga setelah matahari terbenam dan memancarkan pendar serupa lampion di sekitar kastil.
Seekor kelinci yang muncul dari balik semak meloncat kegirangan, membuat Persephone terkekeh tanpa suara dan menempelkan telunjuk di bibir. Ia memetikkan jari pada pohon Kwinsi yang langsung mengulurkan dahan dan membagi padanya buah kuning matang.
"Buah manis untuk yang paling manis." Persephone menyerahkan buah Kwinsi pada kelinci yang menanti penuh harap. Kelinci kecil tersebut menoleh kanan-kiri terlebih dahulu baru kemudian mengambil buah Kwinsi di tangan Persephone dengan malu-malu.
Persephone mengulas senyum simpul saat kelinci di hadapannya berjalan mundur sebagai penghormatan. Sambil memiringkan kepala, Persephone menekuk sebelah kaki dan menarik ujung dress berbalut kembang warna-warni yang ia kenakan.
Melanjutkan langkah yang tertunda, Persephone selanjutnya menapaki bukit. Rumput-rumput di sana terlihat gersang bila dibanding padang yang lain. Mata bulat Persephone membentuk selukis lengkungan disertai gurat samar di dahi. Di puncak bukit tampak beringin tua yang berdiri rapuh dan kesepian.
Persephone mempercepat langkah menuju pohon beringin malang tersebut. Kulit kayunya mulai lapuk dan terbawa angin. Beberapa cabangnya bahkan sudah hancur dan mati. Sungguh sedih menyaksikannya menua seorang diri.
Prihatin dengan nasib beringin purba yang mungkin telah berdiri sejak pertama kali Sisilia dihamparkan, Persephone mengelus permukaan batang pohon tersebut, mengalirkan energi yang membuat serat-serat pembuluhnya beregenerasi dan kembali memadat. Pohon tua yang hampir rebah itu kembali menjadi kokoh seketika.