1

5 1 0
                                    

-

-

Gadis itu, lagi-lagi dia menggigit lengannya.

Semakin sakit yang dirasakannya, semakin deras pula air matanya mengalir, dia tidak lagi merintih, seolah keanehan itu sudah jadi kebiasaan. Tidak ada yang menghentikannya karna dia hidup sebatang kara.

Kau jangan terlalu cepat mengasihaninya, mungkin saja dia hanya berpura-pura. Hidup ini seperti itu kan? Penuh tipu daya, di zaman sekarang semua orang berlomba berpura-pura menjadi sempurna demi mencuri perhatian banyak orang.

Kau mungkin salah satunya kan?

Aneh sekali, sekarang dia berhenti melakukannya.

Tiba-tiba dia tersenyum dan mengambil android yang ada diatas kasurnya. Apa yang dia lakukan? Aku seperti menonton film, masa dia mengambil pulpen dari tasnya dan mencoba menusuk lengannya, apa dia gila?

Hp nya terus berdering, kenapa dia tidak mengangkatnya? Kenapa dia melamun? Sudah kuduga, dia tidak melanjutkan aktivitas anehnya. Lagipula, kalau dia mau mati, bukannya lebih cepat dengan melompat dari atas gedung, atau memotong lidah, atau menusuk jantung, ah sudahlah itukan tidak berguna.

Kalau dia saja tidak menghargai dirinya lalu bagaimana orang lain akan melakukan yang dia inginkan.

-

-

Tok~Tok~Tok~

"Mel, kau ada didalam?"

Gadis itu terkejut, dia segera membuka pintu dan menyambut tamunya dengan seyum ceria, Mel menyilakan gadis itu untuk masuk.

"Rita lama tidak berjumpa, bagaimana kabarmu? Kau sehat? Ibu , bapak sehat?" Sapanya senang.

"Alhamdulillah mereka sehat Mel, kamu gimana? Sekarang sibuk apa?"

"Ahahaha, aku sibuk mencari arti hidup!" ucapnya lantang, dia terlihat sangat bahagia ketika mengatakannya.

"Mel, kau ini, umurmu sudah 24 tahun, apa kau belum menyelesaikan skripsimu?"

Rita menaruh oleh-oleh yang dia bawa di atas meja kecil samping kasur, matanya seolah menelusuri tempat tinggal gadis yang kini tengah memangku dagunya dengan malas.

"Duh, jangan tanya itu pliss"

Rita menghela nafas kasar, dia juga tidak bisa terlalu memaksa sahabatnya , mengingat kejadian beberapa bulan lalu yang sempat membuatnya takut bertemu sahabat seperjuangannya ini.

"Huh, yasudah. Aku mau nginap satu malam disini, boleh kan?"

Melisa tersenyum dan mengangguk setuju.

-

Malam menyapa kedua sahabat ini, Rita tengah asik membalas chat di androidnya sedangkan Melisa terlelap dalam tidurnya. Sejak tadi dia hanya tertidur, seolah tak ada aktivitas yang cukup layak untuk dikerjakan.

Malam semakin larut dan gadis mungil itu baru saja terbangun. Rita tersenyum melihat sahabatnya dan Melisa menyaksikan itu.

"Senyum senyum gitu, pasti lagi kasmaran" tebaknnya asal.

"Ih gila, belum kepikiran kesitu, aku mau kerja dulu terus bahagiain ortu" jawab Rita serius.

Mendengar ucapan sahabatnya, Melisa tiba-tiba termenung, dia terlihat kecewa dan juga bingung, Rita menyadari itu.

"Eeh udah jangan galau mulu, btw kamu yakin resign kerja di café itu? Padahal gajinya lumayan loh"

"Hahaha kau benar aku tidak boleh galau hanya karna soal itu! Hm iya Rit... aku udah nabung gaji aku dari 5 bulan lalu dan sekarang aku ingin istirahat, aku benar-benar Lelah"

"Baiklah, bersenang-senanglah sahabatku"

"Tentu saja Rita, aku senang kau datang, aku sangat senang" Melisa menatap sahabatnya sayu, seolah ada sesuatu yang tidak bisa dia sampaikan.

-

Drrrrrt~ Drrrrrt~

"Halo, iya?"

"Apa benar ini dengan saudari Rita?"

"Ah iya benar, ini siapa yah?"

"Kami dari rumah sakit Suka Sejahtera, apa anda kenal saudari Melisa Sutama?"

Rita terkejut mendengar nama sahabatnya disebut pihak rumah sakit, dia takut kejadian beberapa bulan lalu terjadi lagi.

"Iya benar dia sepupu saya, ada apa yah?"

"Begini bu, saudari Melisa sedang kritis setelah meminum racun, dan kondisi tubuhnya sangat lemah, setelah diperiksa saudari melisa ternyata juga kekurangan cairan dan jarang makan

"APA? Baik saya akan segera kesana"

Tuuuttt-

"Tidak! Jangan lagi Mel! Rev brengsek, aku ga bakal tinggal diam, gara-gara cowok brengsek itu sahabat ku jadi begini"

-

Sayup kudengar suara tirai yang bergerak pelan dihembus angin, sepertinya aku disini lagi, pasti Rita menangis lagi ! Hah kukira aku sudah mati, apa rencanaku kurang matang? Padahal aku mau ini jadi yang terakhir, aku sudah tidak sanggup menjalani hidupku, aku menyerah.

Ibu, Ayah, adik-adikku, apa kau masih memikirkanku? Padahal aku ingin cepat pergi dari dunia ini, bebanku berat sekali, aku tidak sanggup.

-

"Jadi bagaimana dokter? Apa sangat parah?"

"Oh anda tenang saja, kami sudah melakukan pertolongan pertama jadi racunnya belum sempat menyebar, setelah di cek pasien sudah sadarkan diri, anda boleh masuk melihatnya"

"Baik terima kasih dokter"

Rita terburu-buru masuk dan menemukan sahabatnya yang terbaring lemah dilengkapi alat medis dan infus ditangannya, matanya sedikit terbuka mengarah tepat ke Rita, dia tersenyum lemah.

"Hm, kita bertemu lagi"

Suaranya parau dan lemah, Rita yang mendengarnya tak sanggup membendung air matanya, dia menangis sejadi-jadinya sedangkan Melisa hanya bisa menatap sahabatnya.

"Kumohon mel, berhentilah menyakiti dirimu, aku tidak sanggup melihatmu lemah seperti ini"

"Hm, iyah! Tidak lagi, aku janji" ujarnya tersenyum.

"Jangan tersenyum seperti itu, aku ini sahabatmu, aku tau isi kepalamu sekarang sedang merencanakan hal lain, kumohon mel, aku akan melakukan apapun agar kamu bahagia"

"Apapun?"

"Iyah apapun"

"Kalau begitu bantu aku mati Rit, itu akan membuatku senang"

Bersambung-

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 25, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BEST SICKWhere stories live. Discover now