Chapter One

1K 127 14
                                    

Happy reading
Jangan lupa komen dan vote
Aku harap kalian tidak menjadi silent reader💜


delapan tahun yang lalu

“aku tidak bisa, Sooji. Ibu memintaku untuk menikahinya, jika aku
menolak .. argh memikirkannya saja aku tidak berani.”

“aku harap kau mengerti keadaanku ini,” lanjut nya.

“ah .. atau kau tunggu aku, tunggu sampai aku menceraikannya. Satu tahun saj—”

Sooji menampar keras wajah pria itu, matanya menatap bengis saat mendengar serentetan perkataan memuakkan yang Jongin keluarkan. Semua mata tertuju pada keduanya, beberapa pelayan mencoba menghampiri tapi wanita itu; Sooji berancang pergi.

“kau pikir pernikahan itu sebuah permainan? Mudah sekali ya berkata begitu! menikah lah dengan wanita itu dan jangan kembali. Aku tahu alasan kau menerima perjodohan ini, karna kau—seorang Kim Jongin lebih takut akan hidup melarat daripada kehilanganku jika membantah kedua orangtuamu.”

Ucapannya tegas, mata Sooji terlihat memerah. Tapi gestur wajahnya tidak menunjukan kesedihan sedikit pun. Jongin mengusap wajahnya yang berbekas karna tamparan Sooji. Wanita itu melenggang pergi dari netranya.

***

Myungsoo mengambil selempangnya, beberapa kali ia berpamit pada teman se-timnya. Topi baseball berukiran huruf D itu dipakainya dan melangkah keluar dari stadiun.

OPPA!!

Dia datang! Ayo mendekat!

Daebak! Tampan sekali ..

Oppa, terimalah hadiahku..

Myungsoo menghentikah langkah saat salah seorang penggemarnya menyodorkan bungkusan kado di depan mata nya. pria itu menoleh dan tersenyum ramah, ia menerima hadiah dari penggemar yang lain juga. Setelah berucap terimakasih Myungsoo lantas masuk kedalam mobilnya. Ia melihat jam dilayar kecil itu, 21.23 malam. Belum cukup larut, pertandingannya hari ini selesai lebih cepat.

“ya, tidak. Aku akan langsung pulang, iya bahuku sedikit terkilir. Kau saja yang datang, titip salamku pada pelatih.”

Ia meletakan ponselnya di kursi sebelah, yang tadi itu manager-nya Byun Baekhyun. Pria itu menanyakan keberadaan Myungsoo yang tiba-tiba hilang usai pertandingan, ia juga menanyakan kedatangannya untuk makan malam tim dan atasan. Myungsoo sebenarnya berniat ikut jika saja bahunya tidak cedera. Tadi saat melempar bola, semangat nya terlalu membara hingga membuat bahu dan lengannya terkilir hingga bengkak. Sungguh sial.

Ia mengemudikan mobilnya pelan ditemani lantunan Goodbye karya Air Suply, sesekali ia meringis dan memijit pelan bahunya ketika terjebak lampu merah.

Kemudi ia arahkan menuju sebuah rumah yang sudah lima tahun ia tempati. Sesampainya di garasi Myungsoo membuka pintu mobil belakang dan membawa hadiah hadiah dari penggemarnya. Setelah memasuki rumah, pria itu membuka setelan tandingnya, dan memeriksa bengkakan di bahunya.

“argh..” ia meringis saat melihat benjolan keunguan didekat tulang belikatnya. Myungsoo lantas menuju lemari obat dan mengolesi luka itu dengan salep.

Nasib menjadi seorang atlet memang begini, harus siap dengan resiko cedera yang bisa dialami kapan pun. Tapi Myungsoo tidak terlalu memperdulikan itu, mimpinya sedari kecil memang menjadi seorang atlet bisbol yang handal, dan sekarang sudah terwujud. Ia memperhatikan trophy, piagam beserta foto-foto pencapaiannya selama menjadi atlet bisbol.

If I Loose You [END]Where stories live. Discover now