1

31 2 2
                                    

"Aku bersumpah untuk diriku sendiri, kalau aku akan mematahkan rantai perudungan dimanapun aku berada. Agar korban sepertimu tidak ada lagi dalam pemberitaan media."

Seorang perempuan yang menggunakan blazer berwarna abu-abu dan rok abu-abu bertekad didepan batu nisan makam temannya. Dia berikrar sambil merelakan air matanya jatuh dari kedua bola matanya yang berwarna coklat. Dia terlihat sangat terpukul sekali dengan kehadiran makam temannya itu.

Penyesalan terlihat jelas di wajahnya. Sangat jelas baginya tidak bisa mencegah kejadian itu menimpa temannya yang saat ini sudah berada di dunia yang berbeda dengannya. Dengan rasa berat hati, dia mulai melangkah menjauhi batu nisan tersebut dan dia pun pergi menuju stasiun untuk pergi menuju sekolahnya.

Sesampainya dia di sekolah, dia pun membuka sepatunya dan mengganti sepatunya ke sepatu khusus dalam ruangan. Kemudian, dia pun melangkah menuju ruangan guru. Tidak langsung ke kelasnya.

"Permisi," katanya sambil membuka pintunya.

Seorang ibu-ibu dengan rambut panjang dan berpakaian seperti guru formal pada umumnya pun merespon perkataannya dan ibu guru pun menunggu dia mendekatinya sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Ah, Nagisawa-san," Ibu gurunya pun menatap ke perempuan yang dipanggilnya Nagisawa-san.

"Iya bu?"

"Kamu serius untuk tidak mengambil kesempatan untuk lulus tahun ini?" sang guru pun bertanya untuk memastikan informasi.

"Iya. Kesalahan saya sudah banyak sehingga saya berpikir untuk mengulang kembali sebelum mencoba mengikuti ujian universitas tahun depan." Jawab Nagisawa yang sepertinya sudah mantap.

Ibu gurunya pun hanya bisa menarik nafas begitu mendengar jawaban yang mantap tersebut.

"Padahal, kasus yang kamu lakukan itu masih cukup untukmu untuk tetap bisa lulus tahun ini loh. Soalnya pihak korban yang ternyata pelaku kasus pembunuhan di Haruna itu mau memaafkanmu dan tuntutan kepadamu juga dicabut. Dan soal kasus mengemudi tanpa sim juga sebenarnya hanya minor dan terjadi dalam keadaan terpaksa karena tak ada lagi orang yang memang sadar untuk mengemudi."

"Tapi, bu. Saya tak bisa menerima ini semua. Saya merasa sangat bersalah. Sangat bersalah pada diri sendiri dan juga Chisato-chan..." Nagisawa pun berusaha memantapkan kembali argumen yang dikeluarkan sebelumnya.

"Jadi kamu tidak mempermasalahkan untuk tidak lulus tahun ini... apakah kamu bersedia mengikuti kembali dengan ibu saat musim semi nanti?"

Muka sang ibu guru pun terlihat memelas karena mendengar keputusan dari Nagisawa. Namun, jawaban berikutnya membuat matanya melotot karena kaget.

"Tidak. Aku akan pindah sekolah. Masuknya nanti di bulan Juli karena sekolah baruku berada di negara yang berbeda."

Setelah kekagetan dengan jawaban Nagisawa, sang ibu pun mencari sesuatu diantara map-mapnya. Namun, wajah sang ibu pun malah senang dibanding dengan kecewa.

"Sebenarnya ibu kira kamu bakal menganggur setelah berencana untuk tidak lulus, mengingat efek kejadian yang fatal itu. Apalagi, kamu sempat menjadi Hikkikomori," kata sang ibu sambil mencari selembar kertas.

Tak lama kemudian, sebuah map pun dikeluarkan dari kumpulan arsip, dan ketika map itu dibuka, muncul lah selembar surat.

"Surat apa ini bu?" tanya Nagisawa.

"Ini, kamu pasti butuh untuk proses perpindahan nanti. Oh sebentar, ini untuk siswa yang dikeluarkan secara tidak hormat. Untukmu sebentar..." Sang ibu guru pun masih mencari didalam tumpukan kertas itu dan akhirnya dia menemukan suratnya.

Life For You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang