8. Kepingan Aster, Si Bunga Kecil

Beginne am Anfang
                                    

    Bukan, itu bukan senyum seorang psikopat yang bernafsu untuk membunuh mangsanya, namun lebih nampak seperti seorang bajak laut yang menemukan kapal lain yang bisa dia bajak, atau seorang Peterpan yang menemukan petualangan baru di dunia yang baru pula.

  "Mari kita lihat seberapa besar petunjuk yang bisa potongan tengkorak itu katakan pada kita." Ucap Hongjoong.

*

    Juyeon duduk di sofa sambil menatap heran Jungwoo yang mulai mengamati tengkorak yang tersusun kelewat rapih di atas meja makan. Dia bahkan belum sarapan tapi perutnya terasa mual dan tak mau diisi. Anehnya, kawannya yang polos itu tampak tenang melakukan 'ritual' pada tengkorak itu.

  "Ngomong ngomong, gua kagum ama Hongjoong yang seorang guru Fisika bisa nyusun kerangka manusia se rapih itu." Ucap Juyeon.

  "Itu pelajaran dasar, Juyeon. Keliatan banget kalo lu sekolah modal nekat doang." Julid Hongjoong.

  "Gua modal gebukin anak orang." Koreksi Juyeon.

 
    Jungwoo melepas maskernya dan menghela nafas panjang, dia ga ahli di bidang otopsi, tapi melihat para residen dan spesialis Forensik melakukan pekerjaan mereka, membuat Jungwoo sedikit banyak mengetahui dasar dasarnya.

  "Gimana?" Tanya Moonbin.

"Aku ga nemuin banyak hal karena aku bukan ahlinya, tapi aku bisa pastiin satu hal kalo tengkorak ini punya cewek. Umurnya sekitar delapan sampai sepuluh tahun. " Jawab Jungwoo.

  "Lama meninggalnya?" Tanya Hongjoong.

    Jungwoo menggeleng tak tau, "aku tak tau, air udah ngancurin banyak data. Kalo pakai peralatan RS pasti kedeteksi."

  "Sumur tempat Moonbin nemuin tengkoraknya agak jauh dari pondok. Paman punya indra pendengaran yang kelewat buruk, karena itu paman tak tau jika anak ini ada di sana. Lagipula siapa yang ingin membuang waktunya untuk mengunjungi sumur yang udah mati? Mungkin ada anak dari kampung yang main di sana dan jatuh ke dalam sumur dan gaada yang nemuin sumurnya." Ucap Moonbin.

  "Dia gabisa teriak minta tolong karena tenggelam?" Tanya Juyeon.

  "Sumurnya mati, hanya ada air yang seharusnya ga cukup buat bikin dia tenggelam." Balas Hongjoong.

  "Berarti dia mati disana karena menunggu bantuan? Mengerikan sekali.." Ucap Jungwoo lirih. "Orang tuanya pasti khawatir dan mencarinya, kan?" Tanya Jungwoo.

  "Jawabannya simpel, Jungwoo.. sama kayak kita, dia kemungkinan gapunya siapa siapa. Beberapa anak percaya jika pondok ini adalah kastil hantu, beberapa anak sering datang untuk uji nyali, tapi mereka tak pernah datang sendirian dan selalu membawa teman. Jika dia benar terjatuh, seharusnya ada teman yang memberitakan tentangnya, namun tak ada, ada dua kemungkinan, kawannya yang dia ajak ke sana mendorongnya atau dua menang pergi ke sini sendirian." Jelas Hongjoong.

  "Walaupun lu bilang gitu.. lu tetep nggak yakin karena dia mayat seorang gadis, kan?" Tebak Juyeon sambil tertawa.

  "Memang, tapi ga menutup kemungkinan kalo dia datang ke sumurnya sendirian. Lagipula setelah polisi datang, kemungkinan mereka akan membawa kerangkanya ke RS untuk otopsi, kan? Kita bisa tunggu hasil labnya keluar dan kita akan tau siapa anak ini."

  "Jika tak bisa diidentifikasi?" Tanya Jungwoo.

  "Pasrah." Ucap Juyeon.
 
 
  "Bagaimana dengan paman Rudi?" Tanya Moonbin.

    Jungwoo mengangkat sebuah botol bewarna putih, "kematiannya Paman Rudi bukan sebuah kebetulan. Aku nemuin ini ada di bawah tempat tidur, nggak jauh dari mayatnya paman."

[✔] Klub 513 | Hidden Chapter | : Hwa! Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt