Tema: Impian
Majas: Pleonasme
Kata kunci:
Kamis pagi, empat satu, bantal merah, manis mengkudu, cakar kucing.
.
.
.
Diam-diam pemuda yang kepalanya rebah di atas bantal merah tersenyum, saat kedua bola matany memandang layar ponsel. Sebuah senyum yang manisnya mengalahkan manis mengkudu tersunggiing di bibir tebal.
Jari-jari besarnya sesekali mengusap permukaan layar, menggulirkan ke atas dan ke bawah. Tidak terlalu cepat, agar tidak ada yang terlewat. Entah kenapa hatinya selalu tenang hanya dengan memandang gambar.
"Tunggu aku ...," ucapnya lirih pada layar ponsel. Seolah dirinya tengah berbicara dengan seseorang, padahal hanya berupa gambar. Miris.
Demi cakar kucing yang menyerupai angka empat satu, Bona terlihat seperti orang gila. Hanya memikirkan rencana itu saja sudah membuat hatinya melonjak tinggi ke atas dan tersenyum sendiri.
***
Kamis pagi.
Bona pergi ke sebuah rumah bercat hijau, dengan pagar tidak terlalu tinggi yang dipenuhi aneka tanaman hias ditemani Taro---sahabatnya.
Tetttt ....
Membunyikan bel dengan kencang, membuat pemilik rumah keluar tanpa perlu menunggu lama.
"Oh, Bona, ayo masuk! Ajak sekalian temannya," ucap si pemilik rumah ramah dan membuka lebar pintu pagar mempersilakan keduanya masuk mengikuti langkahnya. "Gak nyasar, 'kan?"
"Gak, kok, Kak. Gampang dicari, beda gang aja ini dari kos Bona."
"Betewe, kenapa banyak kucing, sih?" lirih, Taro bertanya.
"Lha, emang kita ke tempat penampungan kucing. Gimana, sih?" jawabnya yang masih berjalan di belakang si pemilik rumah.
Terdiam, mecerna informasi dari Bona. Taro pun berkata, "Jangan bilang kalau kamu itu pengen pelihara kucing?"
Mengangguk takjub atas tebakan Taro yang sialnya benar. Kok, bisa? Padahal Bona belum pernah cerita pada. Meski begitu dia tetap tertawa, "Ternyata kamu pinter dan cerdas, bisa menebak dengan tepat. Hebat!"
Hebat apaan, sih? Cuma gitu doang, siapa pun juga pasti bisa langsung nebak. Hah, sudahlah biarkan Bona bahagia.
