Dia refleks melangkah mundur dan bersembunyi dibalik rak makanan sambil mengelus dadanya ketika berpaspasan dengan Daddy. Untungnya, Daddy tidak sedang menatap kearah depan.

Matanya menemukan apa yang dia cari-cari, refleks senyumnya terbit. Berjongkok untuk memungut benda itu, dirinya seketika mematung saat suara Bryan terdengar, seperti tengah memanggil seseorang yang dia yakini adalah dirinya.

Dia mengintai sedikit disudut matanya dan ternyata memang benar. Bryan tengah menuju kearahnya. Jantungnya berdebar-debar melebihi dirinya ketika jatuh cinta. Meski begitu dia menyahut dengan dehaman.

"Ini uang kamu jatuh." Bryan menyodorkan uang yang dia temukan dilantai sedangkan Beltran tetap berjongkok membelakanginya.

Lelaki itu menggeleng. "Bukan punya saya"

Setelah mengatakan itu, dia langsung berlari keluar sedangkan Bryan menatapnya bingung. Disisi lain, Bryan merasa akrab dengan suaranya. Dari postur tubuhnya yang nampak tak asing, Bryan teramat yakin bahwa dia sangat mengenali betul sang pemiliknya.

***

"Alexa, dicariin Robin!" Teriak salah satu siswi membuat Alexa yang tengah bergibah dengan teman sekelas lainnya refleks tertoleh.

Adara menolehkan lehernya kebelakang hanya untuk melihat Alexa. "Ciee yang lagi dicariin pacar."

"Apaan sih, Dar!" Alexa jadi malu-malu.

Berbeda dengan Alinza yang terang-terangan menunjukan ketidaksukaanya terhadap hubungan Alexa dan Robin.

"Lex, lo nggak bisa ya putusin Robin?" Alin bertanya tiba-tiba.

Raut wajah Alexa berubah. Tak hanya Alexa, tetapi Agatha dan Adara tampak sedikit terkejut ketika mendengarnya.

"Maksud lo apa, Lin?!"

"Maksud gue—"

"Lexa, cepetan kali. Kasian si Robin nungguin lo." Pekik salah satu teman sekelasnya.

Alexa menoleh, "Iya, iya!!"

Sebelum keluar menemui Robin, Alexa menatap Alin sebentar. Jelas dia tidak suka saat mendengar apa yang Alin ucapkan tadi. Memangnya Alin siapa yang harus dituruti disetiap ucapannya?

"Lo ngomong apa sih, Lin? Kok kayak gitu sama temen lo sendiri?" Adara berujar, merasa kurang suka dengan ucapan frontal Alin.

"Gue hanya ingin yang terbaik buat temen-temen gue. Alexa terlalu buta untuk ngelihat kalau Robin bukan orang yang baik buat dia."

"Lo khawatir tanpa alasan. Alexa bahagia sama dia, itu cukup membuktikan kalau Robin orang yang baik buat dia."

"Lo tahu, gue nggak pandai nyembunyiin hal yang nggak gue suka. Dan hubungan mereka cukup buat gue terganggu. Mungkin hari ini Alexa bahagia sama dia, tapi besok bisa jadi keadaan berubah."

Adara memijit pelipisnya, merasa pening. Yang dikatakan Alinza tidak salah sepenuhnya, namun sepertinya juga tidak mudah untuk memberitahu Alexa. Meski sikap mereka sangat berbanding terbalik—bila Alin dengan sikapnya yang selalu elegan dan berkelas, maka Alexa adalah cewek yang bertingkah laku seenaknya dan juga mulutnya yang hampir tidak pernah berhenti berbicara—namun, mereka memiliki satu kesamaan, yakni dengan sikap keras kepala yang sama.

"Gue tahu lo khawatir dan gue bisa ngerti alasan kenapa lo khawatir. Tapi omongan lo juga perlu diperhatikan, mungkin Alexa bisa aja mikir kalau lo sedang mencoba mengatur kehidupan dia disaat sebenarnya lo ingin yang terbaik buat dia." Dengan sikapnya yang dewasa, Agatha jadi penengah masalah diantara mereka.

Harmony ; family relationshipWhere stories live. Discover now