7. Bunga Aster Yang Tenggelam

Start from the beginning
                                    

  "Lanjutkan bakatmu sebagai pengkritik handal segala bentuk kehidupan di muka bumi ini wahai saudara Hongjoong Zahuwirya." Tawa Moonbin dari kursi kemudi.

     Pas Juyeon mau ngebales ucapannya Hongjoong, tangan Jungwoo nutup mulutnya. Sambil menggeleng Jungwoo berucap, "udahan Juyeon.. tolong dong, sadar diri kalo kamu pasti kalah kalo adu bacot ama Hongjoong. Jadi sekarang diem aja."

  "Sekarang gua ada di keadaan pingin tanya ke semesta, kenapa dari sekian banyaknya keluarga, gua harus takdir ama Zahuwirya?" Batin Juyeon, jelas, mana berani Juyeon ngomong langsung, bisa bisa di coret namanya dari KK terus akhirnya Juyeon jadi pemulung.

    Walau predikatnya bakal jadi pemulung terganteng seantero jagad, tetep aja Juyeon gamau. Mending dia dapet predikat 'tukang ojol terganteng seantero jagad'.

    Tak lama, mereka tertidur, kecuali Moonbin yang sedang menyetir tentu saja. Sekarang jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Moonbin harus mencari pom bensin atau masjid di sekitar sana. Namun ketika menoleh mendapati seluruh saudaranya tertidur, Moonbin antara tega tak tega membangunkan mereka.

    Setelah berperang batin, akhirnya Moonbin memberhentikan mobil itu di halaman Masjid, kemudian dengan kelewat lembut, Moonbin membangunkan satu per satu dari mereka untuk menunaikan shalat sebelum lanjut menuju Pondok Denzel.

  
 
  "Bin," panggil Hongjoong.

  "Hum?" Jawab Moonbin yang sedang memasang kembali sepatunya.

  "Seonghwa pernah cerita tentang Raja Abuwayna ke lu, nggak?" Tanya Hongjoong.

    Moonbin menggeleng, "ga pernah. Jangan jangan lu mikir kalo ini ada hubungannya ama dongeng itu?"

    Hongjoong menggeleng ragu, "sama kayak Juyeon Zahuwirya yang tumbuh dari Juyeon Abuwayna dari kisah yang Seonghwa realisasikan, gua cukup yakin kalo Hongjoong Zahuwirya tumbuh dari Hongjoong Shamal yang denger kisah Raja Abuwayna."

    Moonbin tersenyum lalu menepuk kepala belakang Hongjoong, "karena itu kita disini, kan? Buat tau yang sebenarnya, apa yang terjadi masa lalu kita dan apa yang menghubungkan kita. Untuk itu kita harus tau, Utopia apa yang Seonghwa tinggalin itu."

    Hongjoong membalas senyum Moonbin lalu mengangguk, "iya.."


 
    Mereka sampai di Pondok Denzel pada pukul setengah sepuluh malam. Pondok itu tampak sangat tidak terawat. Ketika Juyeon ingin membuka gerbangnya, gerbang itu telah berderit dan sangat sulit digeser.

  "Bukankah Paman Rudi seharusnya tinggal disini, kan?" Ucap Juyeon.

  "Seharusnya begitu.." Balas Hongjoong sambil membuka pintu depan yang ternyata tak terkunci. Mungkin Paman Rudi—wali mereka ketika masih berusia di bawah umur menganggap jika tak akan ada pencuri karena Pondok Denzel berada jauh dari pemukiman terdekat.

 
  "PAMAN! KAMI PULANG!" Teriak Moonbin, namun tak  ada balasan dari pria paruh baya itu.

  "PAMAN RUDI—"

  "Tak perlu berteriak, aku mendengarnya." Suara parau itu terdengar.

    Keempatnya menoleh dan menemui pria dengan muka garang itu baru masuk dari pintu belakang membawa cangkul di tangannya. Tubuhnya kotor karena tanah begitu pula pakaiannya.

 
  "Apa banyak orang meninggal hari ini? Bagaimanapun, ini terlalu larut untukmu pulang dari memakamkan seseorang." Komentar Hongjoong.

  "Hanya tiga orang namun seluruhnya ditolak oleh keluarga mereka. Aku harus memandikannya, menyolatkannya, dan menguburkannya sendiri. Itu yang menguras banyak waktu." Balas Paman Rudi mendudukkan dirinya di kursi.

[✔] Klub 513 | Hidden Chapter | : Hwa! Where stories live. Discover now