B.L.M 17 : Kok nyesek?

Start from the beginning
                                    

       "Terserah." Lino memilih untuk tidak acuh. Memasukan kedua tangannya kedalam saku celana, lantas beranjak meninggalkan Jaeryn yang terlihat berpikir sejenak.

        Sedikit mempertanyakan jawaban yang Lino paparkan. Bukan apa-apa, soalnya ia memang mempunyai kebiasaan tidur sambil berjalan. Pernah suatu ketika ia menginap dirumah Lino, lalu kebiasaannya itu kambuh dan esok harinya tahu-tahu ia sudah ada di kamar Om Taeyong dan Tante Jihyo. Tertidur pulas tepat tengah-tengah mereka. Tidak tahu bagaimana ceritanya hal itu bisa terjadi, yang pasti seingatnya kala itu ia tidur di kamar Jeong In bukan disana.

         Apa iya gue jalan sendiri, terus masuk ke dalam kamar Lino? masa sih, kok gue gak inget yah? gue malah mimpi kalo Lino yang gendong, apa itu cuman mimpi doang? batin Jaeryn bertanya.

        "Ehh, Lino tungguin gue dong!!!" Teriakan Jaeryn menggema, merambat kesegala penjuru koridor menimbulkan efek dengung di telinga. Untung saja koridor menuju kelas pemuda itu saat ini tengah sepi. Hanya ada jajaran bunga yang berjajar rapi di tepian pembatas beton.

        Lino memilih menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone, menyetel musik dengan volume full. Mengabaikan Jaeryn yang terus menerus berteriak, menyerukan namanya dari belakang.

         Kaki Jaeryn yang pendek kesulitan menyusul Lino yang sudah berada di depan sana. Namun jangan panggil dirinya Jung Jaeryn bucin sejatinya Lee Minho jika tidak bisa menyusul sang pujaan hati. Hal ini bukan masalah besar untuknya. Kecil.

        Tinggal beberapa langkah lagi, Lino sudah hampir bisa ia gapai akan tetapi suara bell masuk merusak semuanya. Lino tersenyum lebar, merasa terselamatkan oleh suara bell itu yang berbunyi di waktu yang sangat tepat. Sementara Jaeryn memberengus, dengan berat hati membalikan badan. Mengurungkan niatnya untuk menyusul Lino, hari ini adalah pelajaran Pak Kyungsoo. Guru tampan tapi mematikan.

        Di karenakan kemarin guru Matematika itu tidak masuk, maka hari ini dia masuk menggantikan Pak Sehun yang mengambil cuti untuk mempersiapkan sidang kelulusannya yang sudah berada di ambang mata. Maka dari itu pelajaran Matematika yang asalnya seminggu hanya dua kali berlipat ganda menjadi empat kali. Pak Sehun itu adalah guru magang. Belum menjadi sarjana. Maka dari itu sering mengambil cuti dadakan.

        Seminggu dua kali saja sudah membuat kepala ngebul, apalagi seminggu empat kali. Ingin rasanya Jaeryn marah kepada Pak Sehun, kenapa coba guru bahasa itu memilih cuti. Kenapa tidak mengajar sambil mempersiapkan sidang? apakah hal itu sulit?

         Rasanya Jaeryn mau bolos saja. Namun kelebatan kesepakatannya bersama Lino melintas tanpa di perintah, membuatnya uring-uringan dan mau tidak mau harus mengikuti pelajaran biang dosa itu.

        Iya, biang dosa karena ia akan terus mengumpat dan bersumpah serapah. Mengeluhkan pertanyaan sebaris tapi jawaban beranak. Di ajarkan hanya sebatas perkalian dan tambah-tambahan, tapi saat ulangan di suruh menghitung rumus-rumus Aljabar, bilangan berhimpun, dan jawaban dari x×y. Apa hubungannya coba?

         "LINO AKU BALIK DULU KE KELAS YAH, HARI INI PELAJARAN PAK KYUNGSOO," ujar Jaeryn pada akhirnya. "Aku bakalan buktiin sama kamu, kalo aku bakalan dapat nilai seratus supaya hubungan kita gak ngegantung kaya jemuran tetangga lagi. Bye ... masa depan." Sebelum pergi Jaeryn melayangkan ciuman jarak jauh kearah Lino. Sementara Lino terus melanjutkan langkahnya, enggan menanggapi.

        "Semangat Jung Jaeryn." Mencoba menyemangati dirinya sendiri.

"Kalo ini adalah jalan satu-satunya supaya aku bisa gapai kamu, aku bakalan lewatin jalan itu walau di setiap sisinya terdapat dua jurang kesakitan dan kekecewaaan menganga lebar. Salah melangkah, maka aku akan terperosok ke dalam sana.

BUCINNYA LEE MINHO [LINO] ON GOINGWhere stories live. Discover now