Haechan mengangguk, ia menerima uluran tangan Mark lalu keduanya masuk ke dalam dan duduk dengan beralaskan tikar. Ya, kedai bakso yang mereka datangi ini bertema lesehan, tidak ada kursi. Hanya ada tikar dan meja.

"Ingin pesan apa den?" tanya si pelayan.

"Baksonya dua porsi, campur ya Mang." jawab Mark.

"Yang satu nggak usah pake sayuran." ralat Haechan.

Mark menggeleng, "Pake. Dua-duanya pake sayuran!"

"Apa sih Kak, aku nggak mau pake sayuran!" protes Haechan.

"Seo Haechan..."

"Ng..Jadi gimana Den, pake sayuran atau nggak?" tanya si pelayan bingung.

"Pake / NGGAK." jawab keduanya bersamaan.

"Ck!" Mark menutup mulut Haechan dengan telapak tangannya. "Bakso dua porsi, campur."

"Baik. Ditunggu ya Den." pelayan itu pun pergi barulah Mark melepaskan tangannya dari mulut Haechan.

"Pwah..KAKAK!!" teriak Haechan kesal.

"Apa?!"

"Ih nggak mau pake sayuran. Sayuran tuh pahit, nggak enak!" ucap Haechan jujur.

"Lo tuh harus makan sayur, jangan makan junkfood terus. Nggak baik buat kesehatan lo!" balas Mark menasehati.

"Kakak nggak mau aku sakit ya?" tanya Haechan menggoda.

"Ya jelas nggak lah. Gue tuh sa--

'Mampus!'

"Sa??"

"Ck nggak jadi, lupain aja!" balas Mark.

"Ck!" Haechan memutar bola matanya malas. "Bilang sayang tuh nggak bakal bikin matahari terbit dari barat Kak. Dasar tsundere!"

"Permisi Den. Ini pesanannya." ucap si pelayan lalu meletakan dua mangkok bakso di meja.

"Makasih ya Mang." Pelayan itu mengangguk dan tersenyum ramah lalu pergi dari sana.

"Ng..Kak, ini sayurannya aku sumbangin ke Kakak aja ya." ucap Haechan memelas.

"Sumbangin, lo pikir gue fakir miskin?!"

"Ih bukannya gitu--

"Nggak usah bawel. Makan!" sela Mark cepat.

"Kak--

"Ck!" Mark menarik mangkuk bakso milik Haechan. Ia mengambil sepotong bakso dan sayuran sawi menggunakan sendok lalu menyodorkan tepat di depan mulut Haechan. "Buka mulut!" titahnya.

Haechan mengurucukan bibirnya lucu. Lalu dengan terpaksa membuka mulutnya dan menerima suapan Mark. Setelah tiga suapan Mark kembali mendorong mangkuk bakso itu ke arah Haechan. "Tuh makan sendiri. Manja banget makan aja minta disuapin!"

'Dih padahal gue nggak minta disuapin. Sakit nih orang!' Haechan membatin.

"Kak..."

"..."

"Kak!"

"..."

"Kak-hmp!"

Haechan membelalakan matanya begitu Mark menyuapkan sepotong bakso berukuran cukup besar ke dalam mulutnya. Sialan!

"Bawel banget sih lo. Kenapa?!" tanya Mark galak.

Haechan menelan baksonya sebelum menjawab, "Kalo aku mau ikut eskul basket masih bisa nggak Kak?"

"Nggak. Nggak boleh. Gue nggak ngizinin lo buat ikut eskul basket!" balas Mark cepat.

"Dih kok gitu?!" protes Haechan.

"Ck Chan, fisik lo itu nggak terlalu kuat. Gue takut lo kenapa-kenapa." jawab Mark.

"Lagi pula kenapa sih tiba-tiba lo pengen ikut eskul basket? Pengen deket-deket gue ya?" tuding Mark.

"Apaan sih Kak, kepedean banget!" elak Haechan. "Aku tuh iri ngeliat Bang San, dia kelihatan keren banget kalo lagi main basket. Jadi aku pengen kelihatan keren juga kayak Bang San."

"Niat awal lo aja udah salah, Seo Haechan!" ucap Mark. "Kita main basket tuh bukan buat kelihatan keren."

"Hehe. Tapi selain itu tujuan aku mau ikut eskul basket tuh biar aku ada kesibukan, jadi aku bisa mengisi waktu luang dengan hal bermanfaat." balas Haechan.

"Dari sekian banyak eskul kenapa lo milih basket?" tanya Mark. "Kenapa lo nggak ikut eskul yang sama kayak Jaemin?"

"Eskul yang sama kayak Jaemin? Photography?" ulang Haechan dan Mark mengangguk. "Aku nggak ada bakat di dunia photography Kak."

"Atau mungkin eskul yang sama kayak Renjun.

"Eskul seni? Astaga Kak, aku tuh buruk banget dalam menggambar. Kalau ada tugas aja, aku paling mentok gambar dua gunung sama sawah." balas Haechan.

"Gini deh, lo suka nulis puisi sama cerita-cerita fiksi kan?" tanya Mark.

"Loh?! Kok Kakak bisa tau?!" tanya Haechan kaget. Karena tidak ada yang mengetahui tentang hobinya itu.

"Gue pernah baca buku diary lo." jawab Mark enteng.

"YAK KAKAK! Itu kan privasi!"

"Kalo udah tau itu privasi tuh taroh yang bener, bodoh. Jangan sembarangan!" balas Mark.

"Aku selalu taruh buku itu di lemari kok."

"Minggu lalu buku itu ada di lantai kamar lo. Karena gue penasaran ya udah gue baca."

"Ehm--okay we must back to topic." ucap Mark. "Jadi bener kan, lo suka nulis puisi sama cerita fiksi?" tanyanya.

"Suka sih Kak, tapi puisi sama cerita yang aku tulis masih abal-abal." balas Haechan.

"Siapa bilang? Itu bagus kok!" ucap Mark memuji.

"Seriusan Kak?" tanya Haechan semangat.

"Hm. Coba deh ikut eskul jurnalistik, supaya lo bisa ngembangin bakat lo." ucap Mark memberi saran. "Mungkin aja nanti karya lo itu bisa diterbitin di percetakan buku terkenal. Who's know, right?"

Haechan mengangguk-anggukan kepalanya, "Kalo mau ikut eksul itu daftarnya ke siapa Kak?" tanyanya.

"Ke Yerin aja, dia ketuanya." jawab Mark.

Haechan membulatkan mulutnya, "Oke deh, besok aku bakal nemuin Kak Yerin."

"Hm. Lo udah kan makannya. Yuk balik!" ajak Mark.

"Bayar dulu Kak!"

Mark memutar bola matanya malas, "Iya gue tau Chan!"

.

.

.

"Gue balik ya Chan!" pamit Mark. Kini mereka berdua berada di depan rumah Haechan.

"Sebentar Kak!" Haechan menahan tangan Mark.

"Ada apa?" tanya Mark.

"Eum..Makasih ya Kak buat malem ini, dan makasih juga Kakak udah nasehati aku tentang eskul." ucap Haechan tulus.

Mark tersenyum dan mengangguk, ia mengusak surai Haechan sekilas. "Sama-sama Chan. Udah ya gue balik."

"Tunggu dulu!" tahan Haechan lagi.

"Apa lagi hm?"

"Ehm--

CUP!

Haechan berlari masuk ke dalam rumahnya setelah mendaratkan ciuman di pipi Mark. Dia malu!

Sedangkan Mark melihat itu hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya. "Gemes banget sial!"

Tbc..

TSUNDERE (MarkHyuck)✔Where stories live. Discover now