lima puluh dua

744 137 0
                                    

Manusia selalu saja merasa tidak puas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Manusia selalu saja merasa tidak puas.

Bagi mahasiswa, mereka ingin sekali libur cepat. Saat libur, ingin cepat masuk. Saat masuk, ingin lagi cepat libur. Begitu lingkaran setannya, tidak pernah berubah.

Hal yang sama dirasakan pula oleh Karina, Giselle, Winda, dan Ningning. Keempat tengah berada di kantin. Tetapi bukannya makan siang, keempatnya tampak lesu dengan kepala menempel di atas meja.

"Ini beneran minggu pertama 'kan ya?" tanya Winda.

Ningning menghela napas panjang. "Beneran, Kak. Duh, gue gila rasanya! Tugas matkul langsung numpuk semua," keluh si bungsu Liam.

"Masih mending tugas matkul! Gue nih, mingdep udah disuruh sidang proposal! Gila enggak?! Bab tiga gue aja belum rampung, udah disuruh ngajuin surat hari Senin. Tiga hari lagi dong!" keluh Karina.

Giselle mendecih. "Udahlah, gue paling ribet! Udah proyek banyak, terus dikejar deadline proposal skripsi hari Selasa depan. Rin, tunangan lo suruh ringanin beban gue dong!" rengek Giselle kemudian.

"Lah ngapa jadi gue? Kayaknya malah lebih akrab lo sama Kak Tama timbang gue," balas Karina sembari mengetukkan kuku panjang belum terpotong miliknya ke meja.

Winda mengangkat kepala dan berdiri. "Udahlah enggak usah bahas tugas atau tetek bengek lainnya! Mending kita cabut, pada enggak ada kelas lagi kan?"

"Gue abis kelar makan siang harus rapat proyek, Win. Enggak bisa cabut, entar dipotong bayaran gue," sahut Giselle.

"Gue harus nyicil bab tiga gue, biar besok bisa santai," balas Karina.

Winda menatap harap pada Ningning. Hanya si gadis Surabaya harapan Winda sekarang. Winda bisa gila jika berlama-lama di sana, ia butuh penyegaran jasmani dan rohani.

Ningning mengangkat tangan dengan gerakan peace. "Hehe. Maaf, Kak. Gue ada kerkel abis makan siang, hari Selasa mingdep kelompok gue dapat giliran presentasi mingguan."

Winda mendengus seiring geraknya kembali duduk. "Ya Tuhan! Gue sumpek banget asli, mau refreshing," gusar Winda.

Giselle menyeletuk, "Kenapa enggak sama Sena? Lo minta aja sama doi, pasti langsung diiyain. Apa sih yang enggak buat Winda?"

"Nah iya, benar tuh saran Giselle. Lo pergi sama Sena aja. Gue dengar-dengar itu anak punya banyak rekomendasi tempat refreshing tersembunyi di Jakarta. Itu sih dengar dari adik tingkat di UKM yang kenal sama Sena," imbuh Karina.

Winda menggeleng. "Enggak mau ah! Sena cerewet. Pergi sama dia tuh ya, harus makan sesuai jam-nya lah, harus begini, begitu. Kan jadi bete ya," keluh Winda.

"Ya ilah, gitu aja enggak paham, Kak! Itu tandanya Kak Sena sayang sama lo! Dia enggak mau lo sakit, enggak mau lo kenapa-napa, makanya dia cerewet," sahut Ningning.

notre vie | aespa ✔️Where stories live. Discover now