"Gue juga gak tahu, soalnya tadi gue kesini niatnya mau ketemu ibu. Eh, tahunya udah gak ada orang. Dan ada tulisan itu!"

"Emang ibu lo gak ngasih kabar gitu?"

"Nggak. Boro-boro ngasih kabar, kalau lihat gue aja ibu jadi kayak benci gitu. Setelah ayah meninggal ibu tuh jadi bener-bener beda tahu gak?"

"Beda kayak gimana? Jadi Ultraman?"

"Bukan tapi dia jadi selalu ketus sama gue. Kalau marah-marah emang dari dulu ya tapi gak separah sekarang."

"Yang sabar ya, hidup tuh emang berat!"

"Gue ceritain ke lo karena gue gak punya teman curhat, kadang gue pengen ibu masih ada disisi gue dengerin keluh kesah gue. Padahal disini setelah kepergian ayah bukan ibu doang yang sedih, gue juga."

"Iya gak pa-pa... Kalo lo butuh temen lo tinggal kesini aja gue sipa kok jadi pendengar baik lo!"

Aisyah mengangguk, "eh btw Fir, kamu punya handphone gak?"

"Punya, emang kenapa?"

"Boleh pinjam gak, buat ngehubungi ibu gue?"

"Nih." Aisyah menerima handphone itu dan langsung mengetikkan nomor telepon yang ada di tempelan kertas di pintu rumahnya.

Via telp

"Hallo, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita paruh baya di sebrang sana.

"Bu, ini aku Aisyah," jawab Aisyah semangat.

"Mau ngapain kamu telpon saya?"

"Bu, Aisyah kangen sama ibu, dan terus kenapa rumah kita mau di jual?"

"Bukan urusan kamu, sana kerja lagi nanti kamu dipecat ibu yang repot."

"Bu, aku mau ikut ibu ya, aku gak mau pisah sama ibu. Aku bakal ngomong ke pak Brama keluar kerja terus ikut ibu, ya Bu?"

"Kamu jangan berani-berani keluar dari pekerjaan kamu ya! Ibu susah-susah daftarin kamu kerja dirumah orang kaya, eh kamu malah pengen sia-siain. Kamu tuh udah gede jangan manja deh! Inget kalau kamu berani keluar atau gak mau lagi kerja di rumah tuan Brama, ibu pastikan kamu enggak akan ibu akui sebagai anak lagi."

Tut

Sambungan terputus secara sepihak. Tanpa bisa dicegah air matanya mengalir, dia terduduk diteras depan rumah sambil terisak. Safira yang melihat itu pun menatapnya iba, sesekali dia mengusap punggungnya.

"Yang sabar ya, Syah. Gue ngerti kok kondisi lo, jangan sedih lagi dong, masa Aisyah yang dulu gue kenal kuat jadi cengeng sih?" Safira memeluk Aisyah sambil terkekeh.

"Makasih ya Fir, lo emang sahabat pengertian, padahal kita udah gak ketemu lama banget lho."

"Santai aja, kan seorang sahabat harus saling memahami dan mengerti. Jangan mau manfaatin doang, ya gak?"

"Iya, lo bener Fir. Thank's sekali lagi."

"Iya sama-sama."

3 Big BabyWhere stories live. Discover now