04. Hari yang menyebalkan

19 8 2
                                    

Aurel tidaklah menyerah, dirinya malah memiliki rencana yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurel tidaklah menyerah, dirinya malah memiliki rencana yang lain.

Baiklah jika dia menghindar, tapi aku cuman butuh informasinya, gumam batin Aurel.

Arga tidak memperdulikan Aurel yang sedari tadi mengikutinya, dirinya malah pergi ke ruangannya. Seketika seorang suster memberitahu jikalau ada seorang wanita yang ingin konsultasi kepadanya. Tidak lain dan tidak bukan itu Aurel.

"Biarkan saja dia masuk," ucap Arga.

Seketika Aurel datang ke hadapannya dan berkata, "aku sakit."

"Keras kepala."

"Memang, waktu masih kecil seorang guru selalu menulis kata keras kepala di catatan rapotku. Ada anak lelaki yang sering menjahiliku, dan aku sering mencubit atau menggigitnya," jelas Aurel.

"Jadi kau mengancam diriku?"

Pandangan sinis itu mulai Arga pancarkan. Namun Aurel tidak memperdulikannya dan mulai mengelak.

"Bukan begitu maksudku, aku cuman minta rangkuman tentang rumah sakit ini."

"Apakah kau sadar, bahwa kau telah memakai waktu konsultasi? Waktunya hampir habis."

Tanpa ragu Aurel menggebrak meja Arga, lalu pergi keluar dari ruangan tersebut dan menunggunya di ruang tunggu.

Benar-benar menjengkelkan, gumam batin Aurel

Tak sengaja seorang suster menghampirinya berkata, "sebenarnya dokter Arga itu baik, dia suka lembut hampir 24 jam dengan sukarela. Karena dia khawatir akan pasiennya."

Biasanya Arga pergi ke Bandara untuk menunggu Aurel datang. Namun, sekarang itu tak diperlukan lagi karena Aurel sudah kembali. Jino masuk keruangan Arga dengan banyak keluh kesah.

"Beratnya hidupku, kenapa kau selalu memberikan tugas berat untukku. Apa salahku?"

"Mengapa? Protes?"

"Lupakan saja," ujar Jino.

"Nih minum," Arga memberikan sebotol air minum kepada Jino.

"Kau tiba-tiba baik kepadaku, aku jadi takut," ragu Jino.

"Kalau begitu kembalikan padaku."

"Tidak aku akan minum dengan puas."

"Jin, aku tanya padamu. Rumah yang kau cari itu untuk kau dan sepupumu kan?" tanya Arga.

"Iya," jawaban polos jino.

"Lalu, siapa nama sepupumu itu?"

"Aurel dan Audi. Aku sekarang tinggal sama Audi kalo Aurel tinggal di ruangan VVIP sebelah ruangan ini."

Arga yang seketika tersenyum membuat Jino merasa penasaran, jarang-jarang melihatnya tersenyum.

"Kenapa?"

"Aku tak mengizinkanmu tinggal berdua bersama sepupumu," jawab Arga.

"Tidak akan, Aurel baru pulang dari luar negeri dan sempat mengalami kecelakaan dan di rawat di sini. Kalau Audi dia sudah aku anggap adik sendiri dan masalah kamar kita berjauhan. Di rumah yang aku sewa mempunyai 3 buah kamar jadi aman," jelas Jino.

"Baguslah kalau begitu."

"Aku pulang duluan ya Ga," ujar Jino.

"Baiklah," gumam Arga.

Arga yang penasaran dengan aktivitas Aurel sekarang, dirinya iseng mengetuk pintu ruangannya.

Tuk-tuk-tuk

"Masuk"

Tatapan mata Aurel teralihkan karena Arga masuk ke dalam ruangannya secara tiba-tiba.

"Ada apa ya dok?"

"Nggak, cuman lihat-lihat. Heran saja kok bisa lantai 6 ruangan khusus para dokter ahli bisa di tempati seorang karyawan magang," ejek Arga.

"Masukan nomormu dan tambahkan teman"

"Untuk apa?"

"Kau minta informasi serta rangkumannya? Maka biarkan nomormu aku save," jawab Arga.

Aurel tidak bisa menolak untuk memberikan nomornya karena ini bersangkutan dengan rangkuman yang dia butuhkan. Aurel mengetikan nomornya di gadget Arga.

"Baiklah jangan sampai besok terlambat," lanjut Arga sambil meninggalkan ruangan Aurel.

"Dok," panggil Aurel yang membuat Arga berhenti berjalan dan menoleh kebelakang.

"Jadi, besok jam berapa saya bisa mendapatkan rangkumannya?"

"Apakah saya bilang akan memberikan rangkumannya besok?"

Ish, dia mempermainkan diriku, gumam batin Aurel.

"Kapan memberikannya itu urusanku. Sudah larut malam tidurlah lebih awal."

Arga pergi secepat tiba-tiba yang membuat Aurel marah-marah tanpa alasan yang jelas.

"Benar-benar menjengkelkan, dia siapa bisa mempermainkan diriku. Dasar cowok aneh, kasar, tidak berperi kemanusiaan," ocehan Aurel.

Tring (suara pesan masuk)

jika ingin rangkuman besok temui aku di taman jam 06.00 WIB. Jangan sampai terlambat, isi pesan dari Arga.

Aurel hanya membaca dan tidak membalasnya. Keesokan harinya, mereka bertemu di taman. Terlihat Arga sudah menunggunya dari kejauhan. Aurel mendekatinya, berusaha meminta rangkumannya itu.

"Mana rangkumannya?"

Lagi-lagi Arga tersenyum tipis dan tidak berkata sepatah katapun.

"Sudah kuduga, kau mengelabui diriku. Jadi kau ingin mengajakku jalan-jalan di saat orang lain membawa hewan peliharaannya?" tanya Aurel.

"Ganti bajumu," titah Arga sambil memberikan baju olahraga baru serta sepatu baru.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

"Mau rangkumannya tidak" 

Aurel tidak bisa menolak dan dia mengganti pakaiannya, memakai sepatu yang Arga berikan.

"Ayo pergi"

"Kau menyuruhku kemari, hanya untuk menemanimu joging pagi?"

"Benar," polos Arga.

"Dasar kau ini, memang punya hak untuk tidak memberikan rangkumannya. Tapi kau tidak berhak mengaturku seenaknya. Ingat jika kau seperti ini aku akan melaporkanmu kepada atasan mu," jelas Aurel sambil meninggalkan arga.

"Tunggu," Arga menghentikan langkah kaki Aurel.

Aurel berhenti, Arga mendekatinya dan membenarkan tali sepatunya yang copot. Untuk ketiga kalinya jantung Aurel berdegup kencang.

"Nanti kalau kau jatuh saat kerja aku yang akan di salahkan," gumam Arga.

Arga Joging duluan meninggalkan Aurel. Aurel tidak menyangka dengan sikap Arga yang sering berganti-ganti seolah-olah tidak bisa ditebak apa yang akan dia lakukan.

-My little world-

My Little WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang