Wattpad Original
There are 7 more free parts

Bab 2 - Peaceful Night

31.8K 3.4K 60
                                    

Yang dikhawatirkan Gwen tidak terjadi. Duke hanya memberi tahu kalau dia mungkin harus meninggalkannya lagi untuk tiga hari. Dia bilang ada masalah di salah satu perkebunan keluarga. Edmund bilang dia tidak bisa percaya pada pamannya yang bertugas sebagai penanggung jawab, dan ingin melihatnya sendiri. Gwen sudah paham. Sejak sebelum mereka menikah, Duke adalah orang yang sibuk. Selain masih menjadi kesatria aktif kerajaan, dia juga adalah kepala Dukedom Rosiatrich. Karena itu, Gwen hanya mengangguk dan membaringkan kepalanya yang cantik di lengan gagah suaminya.

Edmund banyak mendongeng pada istrinya. Tentang musuh yang dia hadapi, tentang hal-hal menarik yang dia temui di negara asing, sampai budaya orang-orangnya. Edmund juga bangga bercerita, kalau kemenangannya artinya dia telah membebaskan ribuan budak di negara jajahan Teutonia yang baru itu. Teutonia adalah salah satu negara pertama di benua barat yang menentang perbudakan. Seluruh wilayah yang mereka kuasai harus bersedia membebaskan budak-budak mereka.

Kebanyakan budak itu masih berada di posisi yang sama dan melakukan pekerjaan yang sama. Bedanya kini mereka harus menerima bayaran dan hak-hak lain yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.

Malam yang seharusnya romantis, di mana mereka bisa saling melepas rindu, hanya diakhiri dengan pelukan dan kecupan di kening oleh sang duke. Kecewa sekaligus maklum, Gwen hanya merengut ketika Duke meninggalkan kamarnya. Gwen pun memeluk bantalnya dan menarik selimutnya. Sambil memejamkan mata, dia mengkhayalkan Edmund, seperti kebiasaannya sejak dia remaja dulu.

Gwen belum menjadi istri Edmund sepenuhnya. Keluarganya seakan paham akan watak Gwendolyn. Gadis itu memuja Edmund sejak belia dan selalu tahu kalau dia akan menikahi sang duke. Namun Edmund yang berteman baik dengan Quentin, kakaknya, selama ini memperlakukan Gwen sebagai gadis kecil atau adik yang tidak terlalu akrab.

Keluarga Remian tidak mengira kalau sang duke akan melamar Gwen setelah sebelumnya menolak lamaran gadis itu. Gwen mengira Edmund mungkin berusaha menjaga kehormatannya karena tidak biasa bagi pihak perempuan yang melamar. Tapi bagi keluarga Gwen, Duke tampak tidak terlalu serius dengan putri mereka. Duke dan keluarga Remian pun membuat kontrak. Dia harus berjanji untuk tidak akan menyentuh Gwen sebelum usia pernikahan mereka mencapai satu tahun. Mereka khawatir putri keluarga kebanggaan mereka tidak akan menerima cinta yang diinginkannya atau ditinggalkan oleh Duke yang kehilangan minat. Setidaknya, jika pernikahan mereka berakhir, Gwen tidak akan menjadi janda yang hamil atau sudah memiliki anak.

Selama satu tahun ini, Duke harus meyakinkan dirinya kalau dia bersedia menghabiskan hidupnya bersama Gwen yang manja dan terlalu ceria itu. Karakternya hampir bertolak belakang dengan Edmund yang dingin dan serius.

Gwen juga diminta untuk saling mengenal dan merebut hati suaminya. Gwen tidak terlalu paham, dia terbiasa dipuja dan dicinta. Padahal yang dia lakukan hanya tersenyum dan tampil dengan aura secerah matahari pagi di depan semua orang. Puluhan lamaran sudah dia tolak dan beberapa disebut pernah dengan bodohnya menyerang Duke Edmund, hanya karena semua orang tahu kalau dia adalah objek pemujaan Gwendolyn Remian.

Gwen bangkit dari rebahnya begitu menyadari realisasi yang tiba-tiba, berkat khayalan sebelum tidurnya. Edmund terlalu sibuk. Mereka sudah tiga bulan menikah, dan dua bulan dari itu Edmund pergi ke medan perang. Kemudian dia mau pergi lagi. Kalau dia tidak harus berdinas, dia biasa sibuk di ruang kerjanya dari pagi sampai petang dan hanya menemui Gwendolyn ketika makan malam dan sebelum tidur.

Pantas saja banyak yang menganggap Edmund menerima lamaran Gwen karena tidak mau repot. Dia seorang duke, dan selalu didesak untuk menikah. Adanya Gwen yang merupakan gadis bangsawan dari keluarga Marquis Remian yang terhormat, serta populer di kalangan rakyat, adalah jalan keluar mudah baginya.

Gwen tahu kalau terus begini, dia tidak bisa mendapatkan cinta sang duke. Dia harus memikirkan masa depannya bersama Edmund. Karena sang duke selalu dingin dan jarang berinisiatif, maka harus Gwen yang aktif.

***

"Aku ingin ikut ke perkebunan bersamamu, Your Grace."

Edmund menghentikan goresan penanya. Dia sedang berada di ruang kerjanya, dengan tumpukan perkamen yang ditabung selama berbulan-bulan selama kepergiannya ke medan perang. Edmund memandang istrinya dengan mata lelah. Dia selalu tidur lebih malam dan bangun lebih pagi, mungkin lebih awal daripada para pelayan.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Mungkin itu akan bagus untuk pengalamanku, agar aku bisa menjadi duchess yang lebih baik." Gwen menyahut malu-malu, merasa bersalah karena menutupi niatnya yang sebenarnya.

"Seorang duchess hanya perlu menghabiskan uang suaminya; beli gaun dan perhiasan, ikut acara amal, percantik mansion keluarganya. Kau tidak perlu menambah bebanmu dengan urusan bisnis, Gwen." Edmund berbicara dengan mata tetap membaca dokumen di mejanya.

"Yah, urusan rumah tangga masih dikerjakan oleh William. Aku ingin melihat perkebunan. Selain mungkin akan belajar hal baru, aku juga dengar kalau pemandangan di sana sangat indah," ujar Gwen.

"Jadi, kau hanya ingin berjalan-jalan?" Edmund bicara sambil melihat mata sang duchess seakan dia baru saja mengatakan hal yang tabu. Apa kata "liburan" tidak pernah ada dalam kamus Edmund?

"Mu-mungkin aku juga bisa membantumu di sana," kata Gwen lagi.

"Membantu apa?" Edmund mendengkus, menahan tawa. Gwen seketika muram. Mungkin itu hanya perasaannya, tapi Duke seakan meremehkan dirinya.

Edmund berdehem begitu menyadari perubahan air muka istrinya. Dia bangkit dari duduknya dan mengelus pipi kanan Gwen.

"Itu perjalanan yang jauh, mungkin kau tidak akan nyaman, mungkin kita juga harus berkuda. Kau mengerti, kan, maksudku? Naik kuda, bukan naik kereta kuda." Edmund menjelaskan lagi.

"Tapi aku ingin ikut, aku ingin lebih sering bersamamu. Bukankah kita pengantin baru?" Gwen merajuk. Apa gunanya dia berpura-pura? Edmund adalah orang yang paling tahu tentang perasaannya. Dia pasti sudah membaca kalau alasan Gwen sebenarnya adalah karena ingin bersama Edmund.

"Baiklah, asal kau berjanji untuk tidak sering mengeluh di sana." Edmund mengacak rambut Gwen yang sudah susah payah ditata oleh para pelayannya tadi pagi.

"Terima kasih, Your Grace," sahut Gwen ceria.

"Gwen, biasakan untuk memanggilku Edmund atau Ed, apalagi ketika kita hanya berdua." Sang duke mengingatkan dengan nada lembut.

Gwen merentangkan tangannya dan memeluk pinggang suaminya karena perasaan senang.

"Aku mencintaimu, Ed." Gwen berkata, tersipu sambil memejamkan mata, merasa tenteram. Dia sudah sering mengatakannya, bahkan sebelum dia menikahi sang duke.

Duke Edmund hanya tersenyum tipis sambil membalas pelukan istrinya tanpa menanggapi apa pun.

The Duchess Wants a DivorceWhere stories live. Discover now