Chapter 3

223 36 20
                                    

-

-

-

❊ Տᑌᗰᗰᗴᖇ ᕼOᒪIᗪᗩY ❊

...

...

....

Happy Reading!

Malam ini, Hinata sedang berada di dapur untuk membuatkan secangkir cappuchino dan coklat hangat untuk Seiya dan dirinya. Setelah selesai, Hinata membawa minuman itu ke ruang tengah dimana ada Seiya yang menunggunya sambil menonton tv.

" Seiya-kun?" panggil Hinata dengan suara lembutnya. Tapi nihil, lelaki itu malah mengacuhkannya. Hinata tersenyum tipis, dia meletakkan dua cangkir gelas itu di meja sebelum duduk di samping lelaki itu. Hinata tahu kalau kekasihnya itu masih marah kepadanya karena kejadian tadi sore. " Seiya-kun, kau masih marah?" tanyanya selembut mungkin.

Lagi-lagi Seiya tidak menjawabnya, lelaki itu lebih memilih berpura-pura fokus menonton acara tv yang sebenarnya tidak menarik sama sekali.

Hinata mengembuskan napasnya, sudah 2 jam Seiya terus mengabaikannya. Baru pertama kalinya, Hinata melihat Seiya marah selama ini kepadanya. Bahkan untuk kejadian di taman hiburan dua hari yang lalu, Seiya tidak bersikap seperti saat ini.

Gadis mungil itu bermaksud membalik tubuh Seiya sebelum ponsel lelaki itu mengeluarkan bunyi dering. Seiya mengambil ponselnya yang tergeletak di meja, keningnya mengerut melihat nama yang terpampang jelas di sana. Dia melirik Hinata di belakangnya sebentar, sebelum akhirnya meninggalkan gadis itu sendiri di sofa tanpa kata-kata.

Padahal alasan kenapa Seiya bersikap seperti itu adalah hal sepele menurut Hinata. Hanya gara-gara seorang kurir yang bertanya alamat kepada Hinata, Seiya mengira pria itu menyukai kekasihnya. Tapi Seiya juga tidak bersalah, bagaimanapun juga Hinata cukup risih dengan kurir itu yang memandanginya tanpa berkedip. Terlebih ada Seiya yang jelas-jelas berada di samping Hinata, tapi teracuhkan. Bahkan dengan tidak sopannya, kurir itu mengatakan dengan gamblang ucapan seperti ini, 'Nona sangat cantik, akan sangat beruntung bila saya bisa dekat dengan anda...'

Hei! Itu sama saja menyiram bensin dalam api! Kira-kira seperti itulah pikiran Seiya. Sampai akhirnya, Seiya yang tersulut emosi segera memaki kurir itu dan membawa Hinata pergi secepatnya.

" Hah... Sepertinya akan sulit." keluh Hinata dengan tarikan napas panjang. Sambil memikirkan ide untuk membujuk lelaki itu, Hinata mengambil cangkir berisi susu coklat hangat favoritnya dan meminumnya perlahan.

Sementara di sisi Seiya, lelaki itu terlihat mengobrol dengan orang yang telah meninggalkannya beberapa minggu ini dan seenak jidatnya menyuruh kekasihnya untuk tinggal di apartemennya. Seiya mencibir kakaknya dan di tanggapi ocehan tak bermutu sang kakak.

" Hohoo, baka-otouto apa kalian sudah melakukannya?" tanya sang kakak dengan nada menggoda.

Seiya mengernyit, " Melakukan apa?"

Perempuan di sebrang sana terkikik geli, " Ayolah. Adik kecilku ini tidak mungkin tidak tahu maksud ucapanku...."

" Kheh. Aku tidak tahu maksudmu dan tidak ingin tahu Nee-chan aho!"

Lagi-lagi orang di sebrang telpon Seiya tertawa kencang," Yare-yare~ kenapa adik manisku ini sensitif sekali sih?"

Seiya merotasi bola matanya malas," Ya sudah, ku tutup telponnya." jengahnya.

𝐒𝐮𝐦𝐦𝐞𝐫 𝐇𝐨𝐥𝐢𝐝𝐚𝐲 (completed)Where stories live. Discover now