12 - Arti sebuah pelukan

Start from the beginning
                                    

"Kau tidak tidur lagi?"

Bagaimana aku bisa tidur dengan posisi seperti ini Jo.

"Tidak bisa tidur lagi"

"Hana..."

"Hmm?"

Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena posisi Joshua lebih tinggi. Tangannya tidak lagi melingkar di perutku, melainkan berpindah posisi ke atas kepalaku, dia mendaratkan tangannya di sana lalu mengusap rambutku dengan gerakan beraturan.

"Maaf... Aku memperlakukanmu seperti ini. Tapi aku tidak bisa menahannya. Memelukmu, membuatku nyaman. Kau tahu? Aku tidak pernah tidur nyenyak selama ini, tapi rasanya beda saat tadi malam kau tidur disini. Di sisiku."

Aku terdiam. Perasaanku, entahlah seperti apa.

"Kau istriku. Bukankah ini wajar antara suami dan istri?"

Istri? Kenapa Joshua tiba - tiba membahas hubungan pernikahan kami yang sebenarnya bukan pernikahan yang sesungguhnya.

"Jo, hubungan pernikahan kita tidak seperti itu"

Baik. Anggap saja perkataanku ini merusak suasana. Tapi dia harus sadar— ah bukan hanya dia, tapi aku juga. Sejak awal kita memiliki batas.

"Aku nyaman memelukmu. Ini bukan sebuah dosa, jangan mempersulit keadaan Hana. Aku hanya memelukmu. Lagi pula aku suamimu, aku punya hak atas dirimu"

Suaranya terdengar dingin. Tidak seperti sebelumnya.

"Jo.. maaf"

"Biarkan aku memelukmu seperti ini, aku menyukainya"

Dia memelukku lagi. Aku tidak bisa menolak, sejak awal Joshua memang tidak terbantahkan.

°°°

Aku tertidur lagi, baru sekitar jam tujuh pagi aku bangun. Joshua masih tidur di sebelahku. Sakit kepalaku sudah sedikit mereda, meski suhu tubuhku belum normal. Iya aku demam. Mungkin karena kelelahan. Aku jarang sekali sakit, agak heran kenapa tiba - tiba saja aku demam.

"Jangan ke kantor. Diam saja di rumah, kau butuh istirahat"

Ternyata Joshua juga sudah bangun.

"Aku sudah baikan Jo"

"Diam dan menurut padaku"

Baiklah aku diam. Aku malas berdebat dengan Joshua.

Joshua beranjak dari tempat tidur, dia pergi untuk mandi dan bersiap ke kantor. Pasti membosankan hanya berdiam diri di rumah, dan lebih parahnya ini rumah keluarga Hong. Rumah megah namun sepi.

"Hana? Kau sakit?"

Itu Nenek. Dia terlihat sudah sehat. Nenek menghampiriku dengan wajah cemasnya, sedangkan Joshua mengekor di belakang Nenek dengan tangan membawa nampan berisi makanan dan juga obat.

"Tidak nek, aku hanya kelelahan dan butuh istirahat"

"Nenek sarankan kau berhenti bekerja Hana. Fokus pada peranmu sebagai istri, lihatlah sekarang kau sakit seperti ini"

"Nek, nanti aku bicarakan dengan Hana"

Aku belum menjawab tapi Joshua sudah menjawab lebih dulu.

"Baiklah, apapun yang terbaik untuk kalian. Tapi Jisoo, pikirkan baik - baik. Ini demi istrimu, lagi pula Nenek ingin segera memiliki Cicit"

Joshua hanya mengangguk. Di hadapan Nenek, Joshua tidak memiliki daya untuk menolak atau membantah perkataan Nenek.

"Istirahat ya Hana, semoga cepat sehat"

Nenek mengusap lembut tanganku. Ketara sekali Nenek ini orang yang penyayang, memang dia agak sedikit keras dan tegas. Tapi di balik itu semua dia sangat baik dan penyayang.

"Makan dan minum obatnya. Jangan pergi kemanapun, aku ke kantor dulu"

"Iya Jo"

"Cepat sehat Hana"

Joshua mengacak rambutku pelan. Dia tersenyum singkat dan kemudian berpamitan untuk pergi ke kantor. Bukannya memakan sarapanku tapi aku malah berpikir keras. Kenapa tiba - tiba Joshua bersikap seperti itu? Maksudnya kenapa dia tiba - tiba menjadi manis dan perhatian? Apa karena aku sedang sakit? Oh ya pasti karena aku sedang sakit. Tentu dia tidak ingin aku kenapa - kenapa, bisa bahaya jika aku mati sebagai istrinya. Dia juga mungkin tidak ingin jadi duda di usianya yang masih muda. Lagian Joshua sudah membayar ku tentu dia tidak mau rugi kalau barang yang dia beli tiba - tiba mati begitu saja. Hahaha. Ingat Hana, hubunganmu dengan Joshua hanya sebatas kesepakatan. Bukan pernikahan sungguhan. Dan ingatkan aku untuk tidak jatuh cinta, karena menjadi baik dan berkorban demi cinta hanya akan berakhir dengan rasa sakit. Seperti ibu.

Drrt... Drrtt...

Aku mengambil ponselku saat benda itu bergetar, nama Jeonghan muncul di layar.

"Hmm?"

"Kau sakit?"

"Tau darimana?"

"Dari suamimu, siapa lagi"

"Hanya butuh istirahat sebentar"

"Baiklah. Kau ingin sesuatu? Aku bawakan"

"Tidak Han. Kau kerja saja, aku sudah baikan"

"Baiklah kalau begitu"

"Hmmm"

"Cepat sembuh ya Hana"

"Terimakasih Jeonghan"

"......"

"Jeonghan?"

Hening. Aku kira dia sudah mematikan telepon. Tapi ketika aku melihat layar ponsel, panggilan kami masih berlangsung.

"Jeonghan? Aku tutup ya?"

"Tunggu..."

"Kenapa diam saja?"

"Hana, kau sudah lihat internet?"

"Belum, kenapa? Ada apa?"

"Ah tidak ada apa - apa. Kau istirahat saja"

"Heum baiklah"

Yoon Jeonghan, kau tidak seperti biasa. Aneh sekali.

"Kalau kau butuh apapun, hubungi aku. Aku tutup"

Panggilan diakhiri. Ada apa sebenarnya? Kenapa Jeonghan bersikap aneh?

Karena penasaran aku membuka aplikasi pencarian di ponselku. Hanya berita biasa, seputar politik dan kebanyakan tentang selebritis. Tidak ada apa apa. Tapi tunggu— aku menemukan sesuatu yang janggal. Mataku tertuju pada sebuah judul artikel.

"Kabar pernikahan pewaris utama Hong Corp ternyata benar. Joshua Hong, terlihat sedang berbulan madu di Jepang bersama istrinya"

Aku membuka artikel itu. Tentu aku paham dengan hanya melihat judulnya saja. Dan siapa Joshua yang dimaksud. Tapi istrinya— aku bahkan tidak merasa pergi ke Jepang.

Ada sebuah foto. Foto seorang pria dan wanita yang berpose cukup intim, dimana sang wanita mengaitkan tangannya di lengan sang pria dan sang pria terlihat sedang membisikkan sesuatu ke telinga sang wanita. Di foto kedua, pria dan wanita itu sama sama tertawa lepas. Sangat manis.

Pria dengan Jas berwarna hitam ini tentu aku kenal. Dia Joshua, pria yang semalaman memelukku. Dan wanita dengan dress mewah berwarna rose gold itu, aku juga kenal. Dia Choi  Hye Ji.

Apa maksud semua ini? Apa Joshua pergi ke Jepang Bersama Hye Ji?

Dan Jo, apa arti pelukanmu tadi malam?








To be Continue.....




Beautiful spring 🌸

MY HUSBAND - JOSHUA HONG (COMPLETED)Where stories live. Discover now