04. Capek?

41 6 0
                                    

Dika meletakkan kembali inhalernya ke dalam tas. Hari yang panjang, dimana ia dan yang lain harus berkumpul pagi dini hari menyiapkan pesanan, kemudian menimba ilmu, dan saat pulang harus berurusan kembali dengan suasana dapur kecil mereka. Berita buruknya, hari panjang itu terjadi setiap hari.

"5 Pesanan terakhir hari ini. Siapa yang mau antar sekalian beli makan malam?" Rain muncul dengan papper bag di tangannya.

"Gue udah tadi pagi. Yang lain aja lah," jawab Cendana.

Lintang menyikut lengan Jevan yang tengah asik membaca buku. "Lo aja, bang?"

"Yaudah deh, sini. Ikut gue, Ji. Tapi kalian juga jangan salahin gue kalau kena tilang."

"Lewat jalan tikus kan bisa," saran Dika.

"Gue nggak tau banyak jalanan Jakarta, Dik."

"Sama, gue juga!" celetuk Jian mengangguk cepat.

"Nanda?"

"Capek ah," Nanda mendesah malas kemudian membaringkan tubuhnya di sofa.

"Dika?"

"Ngantuk, ntar gue nabrak tiang lagi."

"Dianter ojol aja, gimana?"

"Sayang ongkirnya. Mending ongkir dari pembeli untuk kita aja, kan lumayan. Lagian biasanya kita juga yang antar kok," jawab Nanda.

Rain hanya menghela napas malas.

Sekarang pukul dua dini hari. Nanda menatap jam dinding di kamar Dika yang sudah hampir tiga bulan ia tempati bersama si pemilik. Suasana hati yang buruk membuatnya tak kunjung terlelap sejak pukul dua belas tadi.

Di ranjang terlihat Dika yang tengah tertidur. Sedangkan dirinya hanya berputar-putar di ruang tersebut.

Seperti ada yang membuka kenop pintu dari luar. Ternyata Eyang.

"Belum tidur ya?"

"Eh Eyang ya. Belum, dari tadi melek terus, nggak tau kenapa," Nanda tersenyum ke arah kakek dari Dika tersebut. "Eyang sendiri kenapa belum tidur?"

"Seperti biasa, tahajud."

Nanda kembali terdiam saat Eyang berlalu dari sana.

Otaknya kembali dipenuhi pikiran-pikiran.
Udah hampir tiga bulan aku di sini, jauh dari rumah. Kenapa Papa nggak ada usaha sama sekali buat nyari aku? Bahkan menghubungi lewat telepon atau chat pun nggak.

Nanda kembali memilih merebahkan tubuhnya di kasur. Atau aku memang nggak pernah diharapkan?

Menyadari ponsel di atas nakas bergetar, Nanda segera meraihnya. "Nandine?"

Kalian ingat Nadine? Wanita yang Nanda sukai. Wanita bersurai hitam kecoklatan sebahu dengan kepribadian periang yang berhasil membuatnya jatuh hati. Hanya saja ia harus menelan pil pahit saat mengetahui kenyataan bahwa Nadine telah menjadi milik orang lain, katingnya sendiri.

Nandanjing
Lo udah tidur?
Gue bisa minta tolong?

02.11

Hm

Belum kok
02.12

Begadang mulu ih :(
Nanti sakit.

02.12

Lo juga

Mau minta tolong apa?
02.12

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 29, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SEVEN DREAMER || NCT DREAMWhere stories live. Discover now