C01

3 1 0
                                    

Sebuah anak panah melesat dan tertancap di sebuah pohon besar. Diikuti oleh dua makhluk yang berlarian mengejar satu sama lain.

"Kau melesat lagi Elfen" ucap seorang gadis yang berada didepan

"Kau hanya beruntung" balas pria yang mengejar gadis itu

Mereka terus berlarian, melompat, memanjat semua atraksi mereka lakukan. Setiap pepohonan mereka lewati dengan sangat mudahnya.

Hingga akhirnya pria berambut panjang menghunuskan pedang kecilnya dan mengarahkan ke leher gadis yang dikejarnya.

"Jadi aku melesat?" ucap pria tersebut

"Oke kau menang"

Terdengar suara sayup-sayup di telinga mereka berdua setelah berdamai "Ayah memanggil"

Gadis dengan rambut coklat itu tersenyum sambil melirik orang yang dipanggilnya Elfen

"Yang kalah membersihkan kolam tuan Elendil!" ucapnya berteriak sambil berlari lurus kedepan

Elfen mengangkat salah satu sudut bibirnya "Kau menantang elf yang salah my lady"

Perlombaan mendadak itu dimenangkan oleh Elfen dengan telak. Pasalnya saat tiba di tempat ayahnya, Elfen sudah menghadap pada ayah mereka. Dan gadis dengan mata bulat itu mengerucutkan bibirnya tidak suka.

"Kau curang" ucap gadis itu dengan membersihkan kolam seperti yang sudah dijanjikan

"Oh ya? Maafkan aku my lady Avril"

Elfen hanya duduk di pinggir kolam dan melihat Avril dari atas.

Avril adalah gadis yang mengajaknya berlomba tadi. Karena kalah dari taruhannya sendiri, Avril terus menggembungkan pipinya dan mengoceh tidak jelas.

Elfen menatap pedang miliknya. Melihat apakah ada yang salah dengan pedangnya.

"Ada apa?" tanya Avril setelah meloncat keluar dari kolam

Elfen menatap Avril lalu memasukkan pedangnya kedalam sarung pedang yang ada di belakangnya "Tidak ada"

Elfen beralih pada kolam yang dibersihkan oleh Avril "Kau melakukan pekerjaan yang suci"

"Kau benar, tuan Elendil akan sangat berterima kasih padaku"

Avril bangga melihat pekerjaannya yang dia lakukan.

"Lebih tepatnya berterima kasih padaku. Kalau saja aku tidak menang, mungkin kolam ini akan semakin kotor" Avril hanya menatap Elfen dengan wajah malas.

"Kau cepat sekali tumbuh" ujar Elfen mengenang masa lalu

"Padahal saat kau dibawa kesini untuk pertama kalinya, kau masih bayi" tambahnya

Avril ikut mengingat masa lalunya. Dia tidak pernah melihat wajah kedua orang tuanya. Yang dia tahu hanya makam orang tuanya.

Sudah dua puluh tahun Avril hidup dengan bangsa elf. Dia belum keluar dari tempat ini. Bahkan dia belum pernah bertemu dengan manusia seperti dirinya.

Malam menyelimuti tempat tinggal bangsa elf.

Waktu ini adalah favorit Avril. Ketika malam datang dia bisa melihat bintang-bintang yang bermain.

Dia selalu menikmati malam di malam orang tuanya yang terletak di dekat kolam yang indah. Terdapat dua patung di dekat makam orang tuanya.

"Padahal ada patung kalian, tapi kenapa aku masih tidak ingat wajah kalian?" ucap Avril pada dirinya sendiri

"Ayah, ibu" panggil Avril seakan mereka ada di depannya

Avril tersenyum memandangi patung kedua orang tuanya. Setidaknya dia masih bisa mengenang kedua orang tuanya.

Where Love MeetsWhere stories live. Discover now