"Eh, forget. Ralat deh, duit mereka nggak akan habis soalnya kan Dad banyak duit kalo Daddy miskin auto gue coret dari KK"

Bara berdecih, bersuara dengan pelan, "Justru kalo lo ketauan judi, lo auto didepak dari rumah ini"

"Nggak akan ketahuan kalo nggak ada yang bilang. Jadi kalo Mom Dad tau, orang yang pertama gue curigain jelas lo" Beltran menunjuk Bara dengan tatapan sengit. Kemudian keluar dari kamar Bara, melupakan tujuan awal dari mendatangi kamar saudaranya.

***

Beltran menekuk wajahnya bete. Berbeda dengan Daren yang chatingan sambil senyum-senyum, juga Gama yang asyik ngegame.

Beltran menghela napas. "Gue lagi bete, cuy. Kalian nggak ada niat ngelawak gitu buat naikin mood gue?"

Daren dan Gama serempak menoleh, lalu menjawab dengan datar bersamaan, "Nggak."

"Cih,"

Beltran kemudian memicingkan matanya, seketika jiwa keponya menggebu ketika melihat Daren yang memerah malu. Mencoba memanjangkan lehernya untuk berusaha mengintip isi chatingan Daren, tapi sayangnya Daren menyadarinya. Lelaki itu mendelik, kemudian langsung memindahkan posisi duduknya berhadapan dengan Beltran agar cowok itu tidak bisa macam-macam.

Melihat itu Beltran kembali berdecih. "Sok sibuk chating, kayak punya pacar aja!"

"Memang belum tapi seenggaknya Zila udah mulai respon. Nah, elo sama Nashanya pakabar?"

"Udah pacaran."

Daren tertawa keras. "Ngaku-ngaku lo, njing. Bangun, Ngab! Dari kemaren-kemaren perasaan halu mulu deh lo! "

Beltran memutar bolamata, memilih tidak membalas Daren. Namun daripada itu, dia jauh lebih kepo dengan Zila yang mulai mau didekati lelaki yang masih sespesies dengan makhluk melata seperti Daren. Setahunya, Zila mati-matian menolak dan menghindari Daren, juga beberapa kali menyakiti Daren dengan sarkasnya.

"Biasalah. Pada akhirnya, nggak ada yang bisa nolak pesona gue. Pesona gue terlalu wow dan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, makanya orang-orang nggak akan sanggup menyangkalnya." Ujar Daren pede ketika Beltran menanyainya.

"Halah, bullshit!"

"Beneran anjir. Minggu kemaren, dia nolak cokelat yang udah gue beli mahal dan rela-relaan impor dari Belgia. Tapi sekarang, gak tau lagi kesambet apa, pas gue deketin, dia mulai baik yah walaupun masih rada cuek" Daren menjelaskan, kemudian berpikir sebentar, "Apa mungkin karena gue minta bantuan Trisya waktu itu kali ya?"

"Trisya?" Bahkan Gama yang fokus pada game langsung menoleh kompak dengan Beltran.

"Lo kenal cewek bidadari itu?" Tanya Beltran tak percaya.

"Dia sendiri yang nyapa gue pertama kali"

"Ck, mulai lagi lo, anying. Yakali cewek modelan Trisya mau nyapa lo."

"Lah, kagak percaya dibilangin. Terserah dah."

"Gue sebenarnya pengen banget jadiin dia target dari awal masuk. Tapi cewek secantik dia terlalu sayang kalo cuma buat main-main, enaknya langsung diseriusin"

"Nasha lo letak dimana?" Gama berujar sebelum akhirnya melanjutkan permainannya.

"Tapi kalo dikasih cewek modelan Trisya, siapa yang mau nolak? Tapi gak deh, gue berusaha setia sama Nasha. By the way, kalo gue minta bantu Trisya deketin gue sama Nasha mau gak ya dia?" Beltran berpikir.

Harmony ; family relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang