O1. Kelahiran si Matahari Kecil

7.1K 636 8
                                    

Cuaca siang hari ini sangat cerah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cuaca siang hari ini sangat cerah. Awan-awan putih menghiasi langit biru, sesekali burung bagai titik hitam terbang melewatinya. Matahari bersinar terang, menumpahkan sinar kuningnya pada sebuah lapangan taman kanak-kanak. Beberapa orang tua terlihat berdiri di depan pagar, mengintip suasana sekolah TK dari celahnya. Seorang pria dewasa berumur tiga puluh tahun tengah duduk menyendiri, menjauhi kumpulan para ibu yang tengah asyik berbincang. Johnny, nama pria itu, sedang menunggu anaknya pulang. 

Dengan setelan jas di badannya tentu menjadi perhatian ibu-ibu disana, tapi Johnny sama sekali tidak peduli. Tak lama kemudian telinganya mendengar suara bel yang disusul seruan anak-anak, Ia pun langsung berdiri. Senyumnya langsung merekah saat melihat seorang anak laki-laki keluar dari lingkungan sekolah dengan satu tangan kecilnya yang  memegang tali tas sedangkan yang lain memegang sebuah kertas.

"Hendery!" panggil Johnny sambil melambaikan sebelah tangannya. Sang empu nama memutar kepalanya, mencari siapa yang memanggilngya. Sedetik kemudian senyuman lebar tercetak pada wajahnya dan berlari saat netranya menangkap kehadiran sang Ayah.

"how's your school? Good?" tanya Johnny pada anak di gendongannya. Bocah itu mengangguk semangat dan menyodorkan sebuah kertas di tangannya. Hendery dengan senang menceritakan semua kegiatannya di sekolah hari itu pada sang ayah.

"Lihat, Dery dapat bintang dari bu guru soalnya Dery anak pintar," ucap bocah berambut hitam itu sambil menunjuk sebuah bintang di ujung lembar kerjanya. Johnny tersenyum, mengecup dahi dan memberikan pujian pada anaknya.

_____

"Daddy, kita gak pulang ke rumah?" tanya Hendery saat mengetahui mobil yang Ia tumpangi bersama ayahnya itu sudah melewati komplek rumahnya. Johnny tertawa kecil melihat ekspresi bingung anaknya. Sebelah tangannya mengusap kepala Hendery, "Kita mau ketemu adik bayi."

"Dedek bayi siapa?"

"Adik bayinya kamu"

Hendery terdiam. Mata bulatnya menatap sang ayah, kemudian wajah bingungnya langsung berganti dengan wajah terkejut sekaligus bahagia, "Dedeknya Dery!?"

Tubuh bocah lima tahun itu begerak senang. Akhirnya dia bisa bertemu adik bayi yang selama ini Ia tunggu kehadirannya. Tangan kecilnya mengangkat lembar kerjanya dan menatapnya dengan mata  berbinar, "Nanti Dery bakal ngasih lihat ini ke dedek!"

"Hmm, tapi kenapa kita gak pulang ke rumah? memangnya dedek tidak ada di rumah?" tanya Hendery pada Johnny yang tengah menyetir di sampingnya. Pria dewasa itu menoleh sebentar dan kembali mengalihkan pandangannya pada jalanan, "Dedek sama mommy masih di rumah sakit. Jadi kita jemput mereka dulu sebelum pulang ke rumah."

_____

Jari Hendery tidak bisa berhenti menusuk pelan pipi sang adik yang ada di dekapan ibunya. Pipi yang bulat dengan semburat merah muda yang menghiasi, lucu. Hendery tertawa gemas, "Nama dedeknya siapa, Mommy?"

Tania tersenyum kecil kemudian mengusap rambut Hendery, "Nama dedeknya, Haera."

"Dedek Ra!"

Suara Hendery yang cukup lantang itu mengusik sang bayi. Bibir mungilnya mulai bergetar. Sebentar lagi Ia akan menangis. Hendery, yang melihat wajah adiknya memerah dan bibirnya melengkung ke bawah, dengan dramatis menutup mulutnya yang tebuka lebar, "Sowrryy."

"Dery, ikut daddy dulu yuk," ajak Johnny, berjalan mendekati ranjang yang ditempati sang istri. Hendery menatap sang ayah, memiringkan kepalanya dengan ekspresi bertanya-tanya. satu-satunya lelaki dewasa di ruangan itu menjawab pertanyaan sang anak dan  menggendongnya turun dari ranjang rumah sakit, " Okay. Jangan panggil aku Dery lagi."

"Panggil aku abang. Abang Dery. Hehe."

_____

Euforia yang dirasakan Hendery saat pertama kali bertemu adiknya belum luntur. Saat ini, Ia meminta ayahnya untuk berkeliling komplek sebelum pulang ke rumahnya. Dengan kaca mobil yang terbuka, Ia berteriak, "AKU PUNYA DEDEK BAYI."

"DEDEK BAYI NYA LUCU LOOHHH."

"NAMANYA DEDEK HAERA," bocah laki-laki itu terus berteriak. semua orang harus tahu kalau dia sudah menjadi seorang kakak. Johnny dan Tania hanya bisa tertawa melihat tingkah anak pertamanya itu. sedangkan Haera yang berada di dekapan sang ibu tertidur pulas, tidak peduli dengan suara teriakan kakaknya.

Hendery semakin heboh kala Ia melewati rumah temannya, Lucas. Ia melihat temannya itu tengah bermain sendirian di halaman rumahnya, "LUKAASSS, DEDEK UDAH KELUAR LOHHH"

Lucas terdiam setelah mendengar ucapan Hendery. Sedetik kemudian Ia menjatuhkan mainan di tangannya dan berlari masuk ke rumah dengan heboh. Ibu Lucas, Wina, yang tengah duduk sofa menoleh ke arah pintu yang terbuka kasar. Sebelah alisnya terangkat saat melihat anaknya berlari dengan tergesa menghampirinya, "Mami, dedeknya Dery udah keluar. Ayo, suruh dedek Lucas keluar juga."

Sementara itu, Hendery masih saja bersemangat menyebarkan infomasi yang menurutnya sangat penting. Ia akan berteriak saat ada orang yang lewat. Bahkan saat sudah sampai di rumah Ia tetap menggumamkan kalimat itu. Terlebih saat pintu rumah terbuka dan menampilkan sosok kakek dan neneknya, Ia langsung berlari menghampiri neneknya nya dan berteriak, "GRENMA, DEDEKNYA DERY UDAH KELUARRRR!!!!"

Johnny yang melihat tingkah anaknya itu hanya menggelengkan kepala dan tertawa kecil. kemudian Ia menoleh ke arah Tania di sampingnya, "Cerewetnya nurun dari kamu."

"Kamu juga sama cerewetnya, Tuan Johnny," balas Tania kemudian melempar tas besar berisi baju bayi yang langsung diterima oleh sang suami. Lelaki itu terkekeh kecil dan setelahnya menutup pintu mobil dan menyusul sang istri yang berjalan di depannya.

 Lelaki itu terkekeh kecil dan setelahnya menutup pintu mobil dan menyusul sang istri yang berjalan di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat tahun baru 2024, guys!
31/12/23

Suh Daily Life [GS]Where stories live. Discover now