Part 3 - Sebelum Pertemuan

22 0 2
                                    

Masih tersimpan dengan kuat dalam memori Azu dan Aoi bagaimana mereka menghabiskan masa balita mereka di dalam paviliun ini. Meskipun tidak sepenuhnya kenangan yang bagus, tetapi bukan kenangan yang sangat buruk juga. Hanya sedikit berbeda daripada balita-balita lainnya, mungkin.

Ketika menginjakkan kedua kaki mereka untuk pertama kalinya setelah lama pergi meninggalkan tempat ini, kedua kembar itu merasa cukup tercengang ketika melihat kondisi paviliun tersebut. Tidak seperti bayangan awal keduanya di mana mereka akan mendapati ruangan yang kotor, berdebu, dan tentu saja berantakan, justru yang ada di depan mata mereka adalah ruangan yang sangat bersih dan rapi. Bahkan tidak ada sedikitpun kotoran atau debu yang menempel pada perabotannya, dari yang besar dan terlihat dengan mata seperti meja dan kursi, hingga benda terkecil sekalipun seperti pengait pintu dan jendela. Udara di sekeliling pun terasa segar tidak pengap seperti kebanyakan tempat-tempat yang sudah lama ditinggalkan.

"Bagaimana menurut kalian? Tempatnya masih sama nyaman seperti dulu kan? Udaranya juga masih sangat sejuk seperti dulu. Kalian tahu, Ba-chan membersihkan tempat ini setiap hari loo... Berharap jika suatu hari nanti kalian pulang, kalian akan merasa senang dan betah tinggal di sini," terang Ayako ketika melihat raut bingung di wajah kedua bocah kembar itu.

"Haishhh ... Tidak usah bingung begitu. Tempat ini juga sangat berarti bagi ba-chan. Bukan hanya bagi kalian saja," tambah Ayako sambil terkekeh ketika kedua bocah itu mengalihkan wajah mereka sambil tersenyum masam. Kawai¹ nee ... batin Ayako ketika melihat itu. Kedua bocah asuhannya itu memang sangat tsundere² sekali, terutama Azu. Namun meskipun begitu, kadang-kadang Aoi juga akan bersikap tsundere sesekali, seperti saat ini. Aoi dan Azu sama-sama tidak mau mengakui jika mereka tengah merasa heran dan bingung. Darimana Ayako bisa tahu? Tentu saja karena dialah yang mengasuh mereka sejak kecil. Jadi, sekecil apapun perubahan ekspresi di wajah mereka, ia pasti akan tahu sekalipun keduanya sangat pintar menutupi emosi mereka di balik wajah datarnya.

"Baiklah, karena kalian sudah ada di sini, kalian istirahatlah dulu. Kalian pasti masih lelah setelah perjalanan panjang. Lagipula, Furusawa-sama hari ini juga belum akan kembali dari Hokaido."

Mendengar itu, Aoi dan Azu mengangguk-angguk sambil matanya masih setia menjelajah sekitar. Meskipun mereka sangat berbakat dalam menyembunyikan emosi dan mengontrol tindakan mereka, tidak dapat dipungkiri berada di tempat ini akan membuat mereka melepaskan hal-hal kaku tersebut.

Seakan mengerti bagaimana suasana hati kedua anak asuhnya, Ayako langsung undur diri setelah sebelumnya pamit sekali lagi untuk membiarkan mereka berdua menikmati harinya. Lagipula mereka juga pasti lelah, dia akan menyiapkan makan malam untuk keduanya karena seluruh anggota keluarga memang sedang pergi jadinya ia sedikit lebih bebas.

Sepeninggal Ayako dan kedua bodyguard yang membantu membawakan barang mereka, Aoi dan Azu langsung bergerak masuk lebih ke dalam untuk melihat kamar masing-masing. Mereka mengitari seluruh ruangan yang ada. Mulai dari ruang tamu hingga kamar mandi mereka cek satu persatu. Terutama kamar mandi, Aoi dan Azu memastikan jika tempat bersih dan aliran airnya lancar. Mereka sangat tidak suka jika diharuskan menempati tempat tinggal yang kamar mandinya kotor dan aliran airnya buruk. Jujur saja, jika disuruh memilih mereka akan lebih memilih tempat tinggal yang tidak bagus sekalipun asalakan kamar mandinya bersih dan aliran airnya lancar.

Selesai mengecek seluruh ruangan dan memastikan kondisi kamar mandi beserta aliran airnya baik, keduanya langsung masuk ke kamar masing-masing dan membereskan barang bawaan masing-masing lalu bergantian mandi. Benar, bergantian. Karena meskipun paviliun ini termasuk luas, kamar mandinya hanya ada dua. Satu di kamar utama yang merupakan kamar ibu mereka dulu, dimana kamar itu saat ini dikunci dan mereka tidak berniat membukanya. Lalu satunya lagi kamar mandi luar yang berada di antara dapur dan ruang makan.

Keduanya duduk-duduk santai di depan kolam ikan koi yang berada di halaman paviliun sambil memainkan alat musik masing-masing. Aoi dengan guqinnya dan Azu dengan serulingnya. Untuk sementara, Aoi dan Azu merasa damai ketika memainkan kedua benda itu. Untuk sejenak, mereka berharap bisa merasakan kedamaian itu dalam jangka waktu yang lama. Namun tentu saja, semua itu hanya sebatas angan-angan saja. Keduanya sangat mengerti jika damai adalah sesuatu hal yang mustahil mereka dapatkan. Mereka sadar siapa mereka.

Malam harinya, setelah memakan makan malam sederhana mereka, dua mangkuk ramen dan ocha hangat, keduanya bermain shogi guna mengisi waktu luang. Dahi Aoi berkerut dalam ketika Azu melakukan gilirannya. Dia sangat serius memperhatikan langkah sang adik kali ini. Aoi tidak ingin kecolongan untuk yang kesekian kalinya.

"Hentikan nii-san! Kau benar-benar menggangguku!" seru Azu ketika dia merasakan hawa tidak enak memancar dari diri Aoi. Dia benar-benar merasa terganggu dengan tingkah Aoi yang dirasanya berlebihan untuk hanya sekedar bermain shogi.

Mendengar protes dari sang adik, Aoi hanya acuh tak acuh seperti tidak mendengar apa-apa. "Yang benar saja! Mana mungkin aku mengganggumu!" serunya, "bukankah kau melihat sendiri dari tadi aku diam duduk manis di depanmu sambil bermain?"

"Kau memang hanya diam, tapi aura-mu benar-benar menyebalkan," ujar Azu sambil mendengus sebal. "Jangan pasang wajah suram begitu ketika bermain. Kau membuat lawanmu ingin kabur!"

"Eeiii ... Jadi kau ingin kabur dari permainan ini ya? Kau sudah merasa akan kalah dariku?" ujar Aoi sambil menaik-turunkan salah satu alisnya dan tersenyum menyebalkan.

"Yang benar saja. Mana mungkin aku takut dengan orang yang sudah kalah 11.435 kali melawanku?" ejek Azu. "Kau lihat? Skakmat! Kali ini aku lagi yang menang."

Aoi membelalakkan matanya melihat pasukannya tidak bisa bergerak kemana-mana lagi. "Bagaimana mungkin?" serunya tidak percaya ketika tahu dia kalah lagi untuk kesekian kalinya dari sang adik. Dia tidak percaya lagi lagi pasukannya berhasil dikepung padahal dia sudah mengetatkan penjagaan dan sudah seteliti mungkin dalam mengambil langkah. Ini tidak adil! batin Aoi menjerit frustasi melihat kekalahannya lagi.

"Sudahlah! Akui saja kalau kau memang pecundang dalam bermain shogi. Jangan terlalu keras," ujar Azu dengan tanpa perasaannya sambil membereskan alat mereka bermain.

Aoi merasakan hatinya retak ketika mendengar kalimat tanpa tedeng aling-aling dari Azu. "Kenapa kau berkata seperti itu? Tidak tahukah kau hatiku sakit mendengarnya?" Aoi mulai berdrama lagi sambil memegang dada sebelah kirinya dan membuat ekspresi seperti anak anjing yang ditinggal pergi induknya dimana jika ada yang melihatnya pasti akan mengatakan Aoi sangat imut.

Namun tentu saja, itu tidak berlaku bagi Azu yang tahu betul bagaimana karakter si kakak kembar. Bukannya merasa simpati, Azu justru merasa jijik dengan tingkah menggemaskan Aoi. "Menjijikan!" ujarnya sambil berdiri lalu melangkah pergi menuju kamarnya. Mendapat respon seperti itu, bukannya segera menghentikan tingkah absurtnya, Aoi malah makin menjadi dengan bergulung-gulung di lantai.

"Sudah malam, hentikan tingkah konyolmu nii-san. Besok akan menjadi hari yang berat untuk kita," ujar Azu sebelum menutup pintu kamarnya dengan sempurna.

Berhasil! Dengan spontan Aoi langsung menghentikan tingkah absurtnya dan berbaring telentang menghadap langit-lsbgit ruangan dengan menjadikan kedua lengannya sebagai bantal. Sambil merenung memikirkan hari esok, Aoi menatap kosong langit-langit itu. Besok ya ....

Besok adalah waktu untuk bertemu dengan si 'dia'. Aoi tidak berharap banyak pada pertemuan besok, tapi setidaknya semoga tidak akan menjadi seburuk yang ada di dalam pikirannya. Semoga baik-baik saja, batin Aoi berharap.

***
1. Kawai : imut
2. Tsundere : bersikap pura-pura. Jika aslinya suka, dia akan bertindak tidak suka. Tindakan dan isi hati saling bertolak belakang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kimi wo MatsuWhere stories live. Discover now