04. He know

102 24 2
                                    

Pawaret menatap lurus Frame di dinding kamarnya, tangannya terulur mengusap wajah seseorang disamping fotonya.

Pawaret tersenyum tipis, tangan satunya ia gunakan mengusap sudut matanya yang berair,

Tiga tahun aku melewati semuanya tanpamu. Hidupku monoton... Tak apa. Aku hanya harus menyelesaikan kuliahku bukan? Setelahnya aku akan membawamu kembali.

Tahun ini tahun terakhir aku di Bangkok,karna aku akan menyusulmu setelah wisuda nanti. Kau harus menjemputku di airport.

"Tunggu aku,"

Pawaret melihat tumpukan bukunya. Tiga tahun ini dia tidak menyia-nyiakan waktunya. Dia hanya ingin cepat lulus dari Universitas.

Pemuda itu kembali duduk dan kembali menggeluti laptopnya. Pengajuan tugas ahirnya disetujui Dosen. Karna Pawaret memang selalu mendapat ipk tinggi.

Dengan begini aku bisa cepat lulus bukan? Kau harus memberiku hadiah.

Ningpoo dan Traffic,juga Tay bangga dengan kemajuan Pawaret. Meski mereka tau apa alasan kemajuan putranya. Setidaknya mereka harus berterimakasih pada 'anak' itu.

"Setelah ini bagaimana?" tanya Ningpoo, Traffic tersenyum begitupun Tay.

"Jangan menekannya lagi. Sudah. Biarkan Pawaret memutuskan jalannya setelah ini... Banyak hal yang ingin anakmu capai menantu," ujar Tay

"Baik Pa," jawab suami istri itu bersamaan.

"Bahkan,jika dia ingin meninggalkan Bangkok.. biarkan saja. Cucuku sudah sampai sejauh ini untuk anak itu, jadi. Traffic,Ningpoo biarkan Pawaret memilih jalannya sendiri." pungkas Tay yang diangguki oleh putra dan menantunya itu.

Pagi ini Pawaret sudah berada di ruang bimbingan untuk bertemu dosen pembimbingnya.

Light tersenyum dan menghampirinya, "Bimbingan?" tanya Light, Pawaret meliriknya sekilas. Light mengangguk mengerti, "Baiklah, semangat untuk tugas ahirmu. Aku permisi,"

Light, tiga tahun ini dia terus mendekati Pawaret. Namun tetap saja, teman kecilnya itu seakan buta dan tuli akan kehadirannya, "Apa yang membuatmu seperti itu Pawaret! Kenapa kau sama sekali tak mau melihatku sekali saja!" ujar Light sedikit keras.

"Karna kau berniat mendapatkan dirinya," sahut seseorang yang membuat Light berbalik.

"Kau?"

Light tau orang didepannya ini,hanya orang ini dan dua temannya yang tidak memiliki batasan dengan Pawaret.

"Aku Punn Antapahan. Kau, Highlight atau Hi-light bukan? Teman kecil Pawaret," ujar Punn santai kemudian duduk di bangku panjang depan Light.

"Ada apa?" tanya Light tidak ingin berbasa basi.

Punn tersenyum meremehkan, "Ini dirimu yg sebenarnya? Kau pasti sudah sering melihatku dan dua temanku bersama Pawaret. Light, aku peringatkan dirimu.. Lebih baik kau mundur jika ingin mendapatkan Pawaret,"

"Mundur? Kau pikir siapa dirimu!"

"Aku? Teman SMA nya. Aku yang tau apa yg ia jalani. Bukan kau,teman kecilnya.. Aku perjelas, jika kau memang penting bagi Pawaret, dia tidak akan mengacuhkanmu. Semakin kau berusaha, semakin dia akan menjauh."

Light mendecih, "Tau apa kau,"

"Aku? Tentu saja aku tau semuanya. Aku tau kau terus mendekatinya selama tiga tahun ini. Aku tau Pawaret tidak pernah memberikan respon apapun,"

"Cih,"

Punn menghela nafas, kemudian beranjak dan memegang pundak Light,

"Kau tidak akan pernah bisa masuk dalam hati Pawaret, Hatinya beku. Dan hanya ada satu orang yang bisa mencairkanny,dan itu bukan dirimu. Juga bukan kami.. Kami hanya temannya,jadi. Jika ingin hatimu baik-baik saja, jangan berharap bisa memilikinya." tandas Punn kemudian meninggalkan Light yang mematung mendengar ucapan Punn.

REMEMBERWhere stories live. Discover now