#3

1.7K 277 121
                                    

Vanetta baru saja selesai mandi dan memakai seragam nya lalu hendak kembali ke asrama untuk mengambil buku pelajaran nya, yang pertama adalah pelajaran Ramuan. Tapi sebelum itu, mereka akan sarapan di Aula.

Vanetta tersenyum kecil saat melihat pria tua dengan tubuh yang kurus kering itu berjalan seperti mengendap-endap, selama ini, hanya dialah yang menyadari atensi diri nya di sekolah ini dan sering perhatian kepada nya walau ia tak menunjukkan nya secara langsung.

"Morning, Mister Flich."

Pria itu terlihat terkejut mendengar suara gadis itu dan panik ketika menyadari itu adalah Vanetta, spontan ia menyembunyikan suatu buku ke belakang tubuh nya. "Morning, Miss."

Vanetta menyadari gerak-gerik aneh pria ini, kenapa aneh? Karena dia tidak menatap nya sinis. "Dimana Miss Norris?"

"Sedang berjalan-jalan." balas Flich tanpa mau menatap manik indah gadis ini. "Apa yang kau lakukan di sini? Kau seharusnya sudah ada di Aula!" Flich mencoba untuk terlihat galak seperti diri nya yang biasa.

Vanetta diam sejenak, walau ia di bentak tapi ia tahu itu adalah bentuk kepedulian nya. Ia lantas kembali tersenyum dan perlahan berjalan mendekat lalu memeluk pria itu hangat.

Flich tersentak, "A-apa yang ka-kau lakukan—"

"Aku ingin memeluk mu." balas Vanetta tanpa rasa bersalah, "Terimakasih sudah mau perduli pada ku walau mungkin kau tidak merasa seperti itu." Vanetta melepaskan pelukan nya, menatap Flich lalu cengir kecil sebelum akhirnya berbalik dan kembali menuju pintu asrama nya.

Flich menelan ludah nya kasar, tiba-tiba timbul rasa kasihan dan tidak enak hati melihat gadis itu. Vanetta adalah gadis yang lembut dan polos, Flich tidak sampai hati menyakiti nya. Ia menatap kertas yang sejak tadi ia sembunyikan lalu kembali menatap gadis yang baru saja membuka pintu itu,

"V-vlyondra!"

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*

Vanetta duduk sambil makan dalam diam di meja makan asrama Slytherin. Tidak ada yang menyadari kesedihan gadis ini, karena pada dasar nya dia memang sering diam dan tak bersuara di antara murid-murid yang terkenal berandalan ini. 

Vanetta menelan makanan nya pelan lalu tanpa sadar menoleh ke arah barisan guru, lebih tepat nya ke arah kepala asrama nya yang ternyata juga sedang memperhatikan nya membuat Vanetta langsung kembali menundukkan kepala nya.

Rasa sedih kembali menyerang nya. Kenapa pria itu melakukan nya? Vanetta tahu dia guru tergalak dan terdingin seantero hogwart tapi bukan berati ia harus melakukan hal itu kan?

Vanetta tak berani lagi menoleh ke arah pria itu dan hanya terfokus pada makanan nya, ia sengaja mengunyah dengan pelan agar ia tetap punya kegiatan yang membuat nya akan kembali menoleh ke barisan guru tanpa sadar.

Hingga akhirnya bell berbunyi tanda mereka akan memulai pelajaran pertama.

"Hei, pretty girl." Vanetta menoleh ke arah sekumpulan pria tampan dari asrama nya itu, "Saat jam sembilan lewat tiga puluh, apa yang akan kau lakukan?"

Vanetta menelan ludah nya kasar, "Ak-aku punya kelas de-dengan Professor Filius."

"Well," Adrian tersenyum. "Kau bisa tak menghadiri nya karena kau akan latihan Quidditch dengan kami."

Vanetta membulatkan mata nya kaget, "Ta-tapi aku—"

"Lusa akan ada pertandingan." potong Marcust, "Jadi persiapkan diri mu."

Setelah mengatakan hal itu, sekumpulan pria sekaligus senior nya langsung berjalan meninggalkan nya tanpa mendengar balasan nya. Berbeda dengan Adrian yang tersenyum dan Terence yang melambaikan tangan nya kecil sebelum menyusul tim yang lain.

Vanetta menunduk pelan, "Baiklah. . .," lirih nya.

Vanetta meminum air putih nya lalu berdiri dan hendak pergi jika saja suara 'buk' tidak mengagetkan nya, ketika ia menoleh ternyata itu adalah suara tumpukan buku yang di letakkan Professor Snape ke atas meja, tepat di depan tempat nya tadi.

"Bawakan ini ke kelas mu, Miss."

Severus menatap gadis itu sebagaimana ia menatap semua murid, dingin dan suram. Dan seperti biasa, Vanetta mengigit bibir bawah nya dan menatap nya takut-takut, tapi ada yang aneh dengan tatapan nya kali ini, di selingi kekesalan dan kemarahan walau sangat kecil dan hampir tidak terdeteksi.

Vanetta menelan ludah nya kasar, "Alright, Professor." ia lantas meraih tumpukan tersebut lalu berjalan melintasi meja yang panjang lalu berbelok ke arah pintu. Severus mengikuti dari belakang.

Selama perjalanan nya menuju kelas, Severus memikirkan keanehan tadi. Apa dia berbuat salah? Atau apa? Kenapa gadis ini menatap nya seperti itu? Dan kenapa dia memikirkan nya begitu lama? Akh, itu tidak penting. Semua murid juga menatap nya dengan pandangan yang sama. Tidak perlu di ambil hati.

Kedua nya masuk ke dalam kelas, Vanetta meletakkan buku tersebut ke atas meja sebelum akhirnya berjalan menuju meja paling belakang di kelas dan sendirian.

Severus menghela nafas pelan, "Miss Greengar."

Tidak hanya pemilik nama, tapi seluruh kelas menoleh ke arah nya.

"Yes, sir?"

"Ku rasa kau lebih baik duduk di samping Miss Vlyondra."

Semua nya terdiam dan kini beralih ke arah gadis itu yang terlihat kebingungan. "I'm sorry," Astoria mengerutkan kening nya, "But, who's Vlyondra?"

Severus hampir berdeham dan memejamkan mata nya sejenak seraya menarik nafas panjang, "Gadis yang duduk sendirian seperti tak punya harapan hidup di meja paling belakang itu."

Semua nya spontan menoleh ke tempat yang di maksud.

Astoria terkekeh pelan, "Oh. . .," Gadis itu berdiri dan berjalan ke tempat Vanetta, "Aku tidak tahu kau punya nama yang cantik, gadis bisu."

*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.*.

Severus duduk di kursi nya, tatapan nya terkunci pada gadis yang masih menyatat catatan nya bahkan di saat semua murid sudah keluar menuju pelajaran selanjut nya. Dan saat kelas hampir kosong, gadis itu meletakkan bulu pena nya dan menutup buku nya lalu berdiri hendak pergi.

"Ekhem," dehaman Severus menarik perhatian dua orang, Vanetta dan Hermione. "Ku rasa aku perlu bicara dengan mu, Miss Vlyondra."

Hermione langsung bernafas lega dan menepuk dada nya yang sempat jantungan lalu berjalan meninggalkan Vanetta yang mengulum bibir nya sambil menunduk. Ia lantas berjalan mendekat hingga berdiri tepat di depan meja guru nya itu.

Severus tak langsung bicara, ia diam sebentar, ia memandangi gadis yang tak pernah mau mengangkat kepala nya untuk menatap mata lawan bicara nya.

Severus menegakkan duduk nya, "Aku tidak melihat nama mu di kertas tugas."

Vanetta tetap menunduk. Itu membuat Severus kecewa, ia ingin dia terkejut dan tanpa sadar mengangkat kepala nya dan menatap mata nya.

Severus menghela nafas kecil, "Sesuai peraturan, kau akan di detensi—"

Severus terdiam saat gadis itu membuka buku nya lalu mengeluarkan secarik kertas yang terlihat rusak karena sudah di remukkan. Severus langsung menelan ludah nya kasar, bagaimana gadis itu mendapatkan nya?!

"Aku mengumpulkan nya," ujar Vanetta dengan tetap menunduk, "Tapi kau membuang nya."

"Vlyondra—"

"Kenapa kau sekejam ini?" Severus terdiam saat mendengar suara gadis ini bergetar. "Sebegitu besar nya kah kau membenci ku?"

Severus mengepalkan tangan nya kuat, "N-no, Vly—" Severus kehabisan kata-kata. Kenapa gadis ini selalu berfikir bahwa semua orang membenci nya? Hell, itu membuat Severus kesal jika di dalam keadaan normal.

"Aku akan menulis nya ulang, ini sudah terlalu rusak untuk di kumpulkan pada mu, Professor." Vanetta menurunkan tangan nya lalu berjalan mundur, "Aku permisi."
























T B C

Light Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang