˙12

1K 108 1
                                    

˙˙˙ Welcome Yurubun ˙˙˙

˙˙˙ Happy Reading ˙˙˙

Sudah 3 hari ana tak bertemu atau bertatapan langsung dengan heachan. Ana sengaja datang bekerja di saat heachan sudah pergi kekantornya.

Ia menjaga jarak, ia tak mau dibilang seorang penggoda lagi.

"Kenapa kau?." Max duduk di kursi makan berhadapan dengan ana yang hanya menunduk menatap malas makanannya.

" aku baik saja."

" jelas sekali tidak, katakan nak. Ada apa?." Max berusaha meyakinkan ana. Karna ia tau ana bukan tipikal gadis yang mudah terbuka, bahkan pada ayahnya sekalipun. Ya, itu terjadi setelah kepergian ibunya.

" nothing." 

" Ana, lihat ayah."

Ana melihat ayahnya, dapat max lihat wajah putrinya yang lebih suram dari biasanya.

" katakan, ada apa?."

" sudah ku katakan aku baik saja ayah." Ana mulai malas.

" masalah apa ini?, Katakan pada ayah."

" tak ada, hidupku saja sudah masalah."

" omongan mu ana!." Suara max meninggi.

Ana terdiam sebentar.

" bukankah memang benar, hidup ku masalah karna selalu dipenuhi masalah." Ana bicara lirih, seolah sesuatu telah keluar,Ana menangis.

" katakan nak, siapa yang membuat mu seperti ini?."

" tidak ada, aku hanya melukai diriku sendiri."

" pria itu?, ini pasti karna cinta bukan?, kenapa dia? Katakan."
Pertanyaan max yang bertubi tubi membuat ana semakin kesal.

" ayah tak akan mengerti. Percuma saja aku..."

" apa?, percuma apa?!. Kau kira akan ada ibumu yang mendengarkan semua kesedihan mu dengan senyum?."

Ana terdiam,

" sudah berapa kali ayah katakan, jangan pernah masuk ke kehidupan orang lain."

" jadi semua sama saja." Ana berusaha tak mengeluarkan air mata lagi.

" semua memang sama di mata mu, kau itu berhati batu ana."

" apa kau ayah ku?."

" aku bahkan tak pernah sadar telah punya putri selemah ini."

" aku tak selalu kuat, kenapa kau tak mengerti..."

"Apa yang tak kumengerti?!"

"Sekali saja! Sekali saja katakan padaku bahwa semua akan baik baik saja!, bahwa tak perlu khawatir!. Tak bisakah kau sekali saja menjadi seperti ibu!."

Max terdiam, ia benar benar merasakan amarah ana.

" aku hanya butuh itu ayah, seseorang yang mengatakan untuk tak perlu khawatir." Air matanya mengalir.

Saat ana berdiri ingin masuk kekamarnya,

" jauhi pria itu, berhenti bekerja disana."

" belum saatnya."

" turuti saja apa kata ayah!."

" kenapa?!".

" ayah akan mengirimu pada mark, kau akan tinggal dengan mark."

" tidak, aku tak mau menyusahkannya."

" ayah tak peduli, kau akan kesana."

" tidak."

Daddy ¦¦ Heachan Lee (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang