4. Panggilan Dari Masa Lalu

Start from the beginning
                                    

    Dengan nada memekik, Moonbin mengumpat dan menatap tajam buku sialan yang menjadikan kepalanya sebagai tumpuan empuk sebelum jatuh ke lantai. Tubuh Moonbin membungkuk dan tanganya terulur untuk memunguti buku yang jatuh itu. Ketika dia berencana mengembalikan buku buku tadi ke tempatnya, Moonbin melihat sebuah flasdisk ada di sana.

    Dengan penasaran, Moonbin mengambil benda itu dan mengamatinya. Tanda pengenal yang dibuat dari kertas yang di double tip itu berbunyi 'Dear My Zahuwirya'.

    Moonbin kembali ke kamarnya, dengan tidak sabar dia menyalakan laptopnya, dia ingin memastikan apakah flashdisk itu masih berfungsi atau tidak, dan itu masih berfungsi. Moonbin membukanya dan menemukan 5 file yang memiliki nama nama anak Zahuwirya.

    Moonbin membuka file dengan nama Juyeon Abuwayna, dan hanya mendapatkan satu dokumen dengan format pdf disana. Moonbin membukanya dan itu berisi sebuah foto lima batu nisan yang keseluruhannya memiliki tahun yang salah. Karena jumlah tahun kematiannya berbeda dengan umur terakhirnya. Katakanlah ada nisan dengan ukiran
   
  

R.I.P
1890 - 2014
Age 35
 

 
  
    Di bawah foto nisan itu, Seonghwa mengetik sebuah kalimat : "Juyeon Zahuwirya, aku mempercayainya lebih dari siapapun bahkan dari Joongie. Dia sudah sangat menderita. Aku akan pastikan dia tak akan menderita lagi. Karena dia berhak bahagia."
    
  
    Walau Moonbin tersentuh dengan kalimat 'dia berhak bahagia'  yang Seonghwa tujukan pada Juyeon, tetap saja, Moonbin tak mengerti tujuan Seonghwa menyertakan gambar batu nisan dengan tanggal yang salah ke dalam dokumen pdf itu.

    Kan, Moonbin jadi shuudzon kalo Juyeon diramal bakal mati di umur 35. Naudzubillah! Jangan dulu, Moonbin masih ingin menagih hutang Juyeon berupa seorang ponakan kembar.
  
  
    Setelah memastikan tak ada apapun selain dokumen tadi di sana, dia berlanjut membuka file dengan nama Moonbin Mahawira dan juga menemukan satu dokumen dengan format pdf di sana. Moonbin membukanya, dan kini dia mendapatkan sebuah gambar sebuah bunga aster putih.

    Di bawah foto yang jauh lebih indah dari foto nisan itu, Seonghwa mengetik :'Aku membantu Moonbin menulis ulang semua ceritanya karena dia tak bisa berhenti menangis. Aku tak suka melihat bunga asterku menangis, dia adalah syair yang para pujangga tulis di masa lalu."

 
    Pertanyaan yang langsung muncul di kepala Moonbin setelah membaca tulisan itu adalah, "sejak kapan Seonghwa nyebut gua bunga aster dan kenapa dia nyebut gua gitu?"

    Terlarut dengan kebingungannya, Moonbin sangat terkejut ketika suara Juyeon yang telah berdiri bersandar di pinggiran pintu memasuki indra pendengarannya. Dengan refleks, Moonbin menutup laptopnya dengan cepat.

  "Gitu banget reaksi lu, baru liatin apa, hayoo~?" Tanya Juyeon sambil menaik turunkan alisnya mengejek Moonbin.

  "Lu sadar nggak, sih, kalo muka lu sekarang kek orang utan?" Balas Moonbin berdiri dari duduknya.

  "Habis reaksi lu gitu banget.." Ucap Juyeon mengikuti langkah Moonbin menuju dapur.

  "Tumben jam segini udah pulang. Kawanan betina yang bucin ama lu udah pada ganti haluan semua?" Tanya Moonbin.

  "Nggak kok, cuma lagi ga mood aja hari ini." Jawab Juyeon mendudukkan dirinya di kursi meja makan dan menidurkan kepalanya di atas meja menghadap punggung Moonbin.

  "Nggak mood kenapa?" Tanya Moonbin berbalik dan memberikan segelas teh hangat pada Juyeon, tak lupa sepiring biskuit dari bungkus yang warnanya merah.

[✔] Klub 513 | Hidden Chapter | : Hwa! Where stories live. Discover now