Sweetener - BAB 1

88 11 10
                                    

"Melakukan apa yang bisa, untuk apa yang dicintai dengan cara yang berbeda"
🍬🍬🍬

Kehidupan, ia mengajarkan banyak hal bahkan sejak hari pertama Tuhan memberikan izin menghirup aroma kehidupan. Berawal dari sebuah sentuhan, rasa aman, dan kasih sayang membuat semua hal kecil itu terekam lekat dalam ingatan sampai ke tulang. Benar, bahwa seorang bayi yang terlahir ke dunia seperti tabula rasa, kertas kosong yang bersih dan tak bernoda, kehidupan mengisinya, mengingat sebuah proses bagaimana sentuhan lembut itu bermakna kasih sayang dan bagaimana rengkuhan bermakna 'ada'.

Orang tua, sosok yang selalu ada dan ter gambarkan sejak pertama, pengenalan yang terjadi secara natural dan membuat sosok kecil itu tahu siapa orang yang mampu melindunginya dari dunia. Semua terasa indah, membayangkan semua kesempurnaan meskipun ingatan tak menemukan bagaimana semua kenangan itu pernah ada.

Ya, kenangan itu tak pernah ada dalam kertas kehidupan seorang Adam. Sosok yang ditinggalkan dan tak diizinkan untuk merasakan semua kehidupan natural yang sempurna yang seharusnya semua orang rasakan. Adam memang tidak beruntung, bahkan ia tidak seberuntung sang kakak yang bisa merasakan semua itu sejak Tuhan meniupkan kehidupan. Pertanyaan besar mengganjal dalam diam dan tidurnya, 'why me? Mengapa aku yang harus merasakan semua ini? Mengapa aku yang hidup kesepian dan seorang diri? Mengapa aku yang harus ditinggalkan?' Adam tak pernah tahu, sekalipun ia berharap bahwa ia mendapatkan semua itu dalam gelap tidurnya namun tak juga saat ia membuka kedua matanya. Kehidupan Adam seperti sebuah mimpi buruk dan ia ingin terbangun.

"Hi babe—"

Adam yang membuka kedua matanya dengan penyesalan menatap seorang wanita yang pagi itu baru saja mengenakan pakaiannya, memakai sedikit pewarna bibir sebelum meniupkan ciuman jauh untuk Adam yang terduduk di ranjang.

"I'm late and I've to go now!"

Wanita berambut pirang itu berlalu dengan santai setelah menyerahkan malamnya pada Adam yang tak bereaksi apa pun. "Just call me when you need me, babe. Bye!" Tambahnya sebelum tubuh semampai itu menghilang dari balik pintu apartemen Adam.

Adam menyesali banyak hal, memilih hidup yang ia rasa salah dan ia ingin Tuhan memberinya menit terakhir untuk mengakhiri penderitaannya.

Amat sangat jengah. Namun suasana hectic rumah sakit dan keramaian dunia malam membuatnya lupa tentang semua sendiri dan kehilangan yang hanya Adam rasakan. Bertemu dengan banyak orang untuk mengawali harinya pagi itu cukup membuat perasaan Adam jauh lebih baik. Tentu tak hanya itu, tapi ada dua alasan penting yang membuat Adam selalu bertahan sampai dengan hari itu.

"Hey! Lee!" Pekik Adam saat melihat sosok yang ia panggil 'Lee' itu berjalan cukup jauh darinya.

Jonathan Carrington Lee, pria yang berperan penting dalam kehidupan Adam yang penuh rahasia. Sosok sahabat yang menemani Adam dimasa-masa sulit dan Adam sangat menyayanginya.

"Makan siang?" Nathan yang tersenyum menunggu tak banyak bicara.

"Yap! Sudah lama kita tidak pergi makan siang bersama."

Kedua pria gagah dengan jas dokter itu berjalan bersama menuju kafetaria rumah sakit yang selalu padat saat jam makan siang. Cukup banyak orang-orang berseragam dan berjas bergerombol membentuk sebuah obrolan pada deretan meja makan. Tak jarang ada beberapa orang berjas putih yang kemudian berlari sebelum menyelesaikan makan siang atau tenaga kesehatan yang terburu-buru untuk menghabiskan makan siangnya. Adam berdecap, menyaksikan salah seorang residen berlari kencang setelah menerima sebuah panggilan.

SWEETENER | Adam SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang