2. Kekecewaan

12.1K 1K 8
                                    

"Aku ikut masuk ya, bentar aja nggak sampai 5 menit trus aku pamit," bujuk Dena sesampai mereka di parkiran rumah sakit.

Hendra segera melepas helmnya menaruh diatas jok motor kemudian menghadap kearah Dena.

"Sayang, please ngertiin aku," pinta Hendra sembari memegang kedua pundak Dena.

"Bukan sebagai pacar, sebagai teman atau pegawai counter kamu. Anggap aja aku anterin kamu trus mampir nengok bentar," nego Dena.

"Sayang, Mama sama adikku bakalan curiga, soalnya aku nggak pernah ngajak teman wanita. Kau tau sendiri kan alasannya. Sabar ya. Aku nggak mau kita bertengkar gara-gara masalah ini lagi," ucap Hendra.

Dena menghembuskan nafas kasar. Menepis kedua tangan Hendra. Ia membalikkan badannya kemudian berjalan ke arah pintu keluar.

"Tunggu di Bison Cafe aja Yang, nanti aku kesana," teriak Hendra.

Dena terus berjalan keluar dari area rumah sakit tanpa menanggapi perkataan Hendra.

Sesampai di Bison Cafe, Dena menempati meja untuk berdua di area outdoor cafe. Dena segera memesan hot chocolate dan kentang goreng.

Bukan tanpa alasan Dena ingin menjenguk Mama Hendra yang sudah tiga hari ini dirawat di rumah sakit. Dena merasa sekarang adalah saat yang tepat untuk sekedar tahu mengenai keluarga dari lelaki yang sudah dia pacari itu. Sudah hampir dua tahun lebih mereka berpacaran tetapi belum pernah sekalipun diajak ke rumah Hendra. Padahal jarak rumah Hendra dengan kampus tidak lebih dari dua puluh menit bila berkendara dengan motor.

Entah sudah berapa lama Dena menatap nanar kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya depannya. Secangkir hot chocolate dan sepiring kentang goreng yang telah tersaji di depannya sama sekali belum tersentuh. Tanpa Dena sadari, dari dalam cafe ada sepasang mata yang tengah menatapnya tajam.

"Selalu saja seperti ini. Sepertinya hanya aku yang serius dengan hubungan ini," Dena menghela nafasnya, "Haah.. entahlah, lagian aku dah kebal. Sudah biasa menjadi orang yang tidak diharapkan. Fokus untuk masa depan saja Ca! Bahagiamu, kesuksesanmu, kamu sendiri yang tentukan. Mulai susun strategi buat magang di Chekia Fashion, skripsi, lulus, trus kerja di Chekia Fashion. Semangat Ca, Bismillah bisa!" gumam Dena menyemangati dirinya sendiri.

"Maaf Mas, mau tanya. apakah Ownernya atau manajer cafenya ada? Saya rencananya mau mengajukan izin buat penelitian skripsi," ucap Dena saat seseorang berseragam pelayan melintas disampingnya.

"Iya Kak, saya manajernya. Namun, untuk perizinan harus langsung ke Ownernya. Dan baru saja belum ada lima menit yang lalu Ownernya pergi," ucap lelaki berambut klimis dengan gaya potongan under cut.

"Yaaa.. tau gitu dari tadi tanyanya. Kira-kira kesini lagi kapan ya Mas?" tanya Dena.

"Tiap minggu pertama awal bulan Beliau selalu datang kesini Kak," jawab manajer.

"Oke Mas, terima kasih infonya," ucap Dena yang dibalas dengan senyuman dan anggukan dari manajer.

Baru akan menyeruput hot chocolate yang sudah tidak hot lagi nampak seorang wanita dengan penampilan paripurna tergopoh memasuki cafe.

"Toni, Dion ada?" teriak wanita itu.

"Maaf Mbak Risa, Pak Dionnya baru saja pergi," jawab manajer cafe yang masih berdiri di dekat meja Dena.

"Yaaah, nggak ketemu lagi. Susah bener sih ketemu sama dia," gerutu perempuan yang mengenakan dress mini berwarna hitam dengan belahan dada rendah sambil berlalu meninggalkan Cafe.

"Eh, langsung pergi. Kagak bilang makasih gitu? Padahal cipika cipiki dulu juga boleh. Huuft.. Nasib punya bos banyak penggemarnya, silih berganti gadis cantik datang kemari tapi gak ada yang nyangkut satupun," gumam Toni sang manajer yang masih bisa di dengar Dena.

Dena terkekeh, "Masnya ngarep yaaa.. Wah saingannya berat Mas kalau sama bos," ledek Dena.

"Iya nih Kak, padahal saya juga nggak kalah ganteng lho sama Pak bos," jawab Toni sembari menaik turunkan kedua alisnya, "Saya permisi dulu ya Kak, mau lanjut kerja keras banting tulang. Biar bisa naik level setara sama pak bos," lanjutnya.

"Oke Mas, semangaat!" jawab Dena dengan senyum yang masih mengembang.

"Jadi penasaran bosnya kaya apa. Sampai-sampai mbak cantik itu rela dandan paripurna buat ngejar dia," gumam Dena sembari melanjutkan menyeruput hot chocolatenya.

Bunyi notifikasi tanda pesan masuk pada ponsel Dena. Ia segera mengambil ponselnya dan membaca pesan yang masuk.

[Yang, Maaf Mama disini sendirian. Ratri baru pulang ambil baju ganti. Jadi, kamu ketemu ownernya Bison sendiri aja ya Yang. Habis itu trus pulang aja.]

[Soalnya nanti keluarga Mama mau jenguk dan aku mau nginep di sini]

[Oh iya, pulangnya naik taksi aja, uangnya besok aku ganti. Maafin aku ya sayang.]

Dena mendengkus kesal. 'Siapa tadi yang maksa buat nemenin. Padahal sudah dibilangin aku bisa ke sini sendiri. Aah, lengkap sudah indahnya hari ini. Udah gak boleh ikut jenguk, sudah nunggu lama eh ujung-ujungnya suruh pulang. Mana gak ketemu ownernya.'

Dena segera menghabiskan kentang goreng dan juga menenggak habis sisa hot cocholate. 'Mengembalikan mood juga butuh asupan nutrisi bukan?'

Setelah semua tandas, Dena segera beranjak kekasir.

"Meja nomer delapan Kak" ucap Dena sembari mengambil dompet dari tas.

"Meja nomor delapan sudah lunas Kak. Terima kasih atas kunjunganya," kata petugas kasir.

"Hah, lunas? Saya belum bayar lho Kak. Coba check lagi," kata Dena heran.

"Benar Kak, meja nomor delapan satu hot chocolate dan french fries sudah lunas," jelas petugas kasir.

"Boleh tahu nggak Kak, siapa yang bayarin? Soalnya saya kesini sendirian dan belum merasa bayar," selidik Dena.

"Maaf Kak, karena dari tadi kasir ramai jadi tidak memperhatikan satu persatu. Sepertinya hari ini hari keberuntungan Kakak," jelas pegawai kasir dengan senyum terus mengembang.

"Oh, ya sudah kalau gitu. Makasih Kak." Dena kemudian berjalan keluar dari Bison Cafe.

'Siapa yang bayarin? Nggak mungkin manajer genit tadi kan. Ya sudah lah. Alhamdulillah aja deh. Buat siapapun itu terima kasih semoga dilancarkan urusannya, dilimpahkan rejekinya, kalau jomlo cepat ketemu jodoh, kalau sudah berkeluarga semoga langgeng sampai akhir hayat. Aamiin. Makasih sudah menghadirkan keberuntungan di tengah-tengah kesialan hariku.'

Mama Fillio?Onde as histórias ganham vida. Descobre agora